JAKARTA (Suara Karya): Dari banyak hal menarik dari penyelenggaraan pemilihan gubernur dan wakil gubernur dalam pilkada serentak pada 27 Juni 2018 adalah bahwa pasangan calon bernomor urut 1, berjaya di Jawa, yakni di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Pasangan bernomor urut 1, yakni mantan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil langsung sujud syukur dan menangis sesaat sebelum menyampaikan pidato kemenangannya bersama mantan Bupati Tasikmalaya UU Ruzhanul Ulum (Nasdem, PPP, Hanura, PKB) saat hasil hitung cepat perolehan suara terbanyak berpihak kepada mereka, dengan mengantongi 32,54 persen suara versi Litbang Kompas dan 33,65 versi LSI Denny JA.
Sementara pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Gerindra, PKS, PAN) nomor urut 3 meraih 29,53 persen dan 28,41 persen, Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi (Demokrat dan Golkar) 25,72 persen dan 25,48 persen yang bernomor urut 4, dan terakhir Tubagus Hasanuddin-Anton Charliyan (PDIP) yang bernomor urut 2 hanya meraup 12,2 persen dan 12,46 persen.
Petahana Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melenggang masuk ke periode kedua, bersama Taj Yasin (PDIP, Golkar, Nasdem, PPP, Demokrat) dengan nomor urut 1 berhasil dalam perolehan 59,52 persen suara, menggungguli lawan mereka yakni pasangan Sudirman Said-Ida Fauziah (Gerindra, PKS, PAN, PKB) yang bernomor urut 2 dengan 40,48 persen versi LSI Denny JA.
Suasana haru juga mewarnai hasil hitung cepat pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Jatim. Akhirnya, setelah dua kali gagal, usaha yang ketiga kali ini berhasil diraih oleh Khofifah Indar Parawansa ketika berduet bersama Emil Dardak (Demokrat, Golkar, PPP, Nasdem, Hanura, PAN) yang bernomor urut 1 dengan brehasil meraih 54,24 persen suara.
Khofifah mengalahkan lawan setianya, yakni Saifullah Yusuf yang telah dua periode menjabat Wagub Jatim. Cagub Saifullah yang berpasangan dengan Puti Guntur Soekarno dan diusung oleh PDIP, PKS, Gerindra, dan PKB, hanya mengantongi 45,76 persen vresi LSI Denny JA.
Larang euforia Meskipun pasangan bernomor urut 1 menang di pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Barat, calon terpilih versi hitung cepat, Ridwan Kamil, melarang pendukungnya untuk melakukan euforia kemenangan secara berlebihan dan menyarankan untuk berdoa hingga ditetapkan sebagai pemenang oleh KPU.
“Kepada pendukung saya, saya melarang eforia berlebihan. Hari ini tidak ada pawai, hari ini kita menerima berita baik yang disampaikan oleh quick count tetapi belum resmi,” ujar Ridwan Kamil saat menyampaikan pidato kemenangannya, di Kota Bandung.
Pria yang akrab disapa Emil ini, meminta para pendukungnya untuk tetap santun, tidak terpancing dengan isu-isu yang menyerang pasangan Rindu.
Ia mengungkapkan bahwa perjalanannya dalam kontestasi Pilgub Jabar 2018 hingga mencapai titik sekarang ini sangat panjang. Lebih dari 1,5 tahun. Ia melewati berbagai dinamika baik yang manis maupun pahit.
Betapa tantangan dan fitnah dunia betebaran sedemikan rupa, tapi jika Allah sudah berketetapan, maka tidak ada daya upaya dunia yang bisa melawan ketetapan Allah SWT, kata dia.
Menurut Emil, setelah KPU menetapkan dirinya sebagai gubernur, maka ia berjanji akan menjadi pemimpin bagi semua warga Jabar.
“Saya tidak akan membeda-bedakan suku, agama ras, partai pendukung atau bukan, mencoblos saya tidak, selama ia warga Jabar maka saya wajib melindunginya dan menolong hidupnya,” katanya.
Calon Gubernur Jawa Barat TB Hasanuddin mengucapkan selamat kepada Ridwan Kamil karena yang unggul dalam Pilkada Jabar berdasarkan hasil hitung cepat.
TB Hasanuddin secara langsung mendatangi Hotel Papandayan atau posko hitung cepat Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, setelah memantau proses penghitungan cepat di Buahbatu.
“Dalam sebuah kompetisi, tentu ada pihak yang kalah dan menjadi pemenangnya. Berdasarkan dari hasil hitung cepat, lembaga survei telah menyebutkan pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruhzanul Ulum sebagai pemenangnya. Saya mengucapkan Selamat untuk pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruhzanul Ulum,” ujar mantan anggota DPR RI itu.
Begitu pula yang disampaikan oleh “Jenderal Nagabonar” Deddy Mizwar. Mantan Wakil Gubernur Jawa Barat yang mencalonkan diri menjadi Gubernur, juga mengucapkan selamat kepada pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum yang unggul sementara berdasarkan perhitungan cepat oleh sejumlah lembaga survei.
“Saya ucapkan selamat kepada paslon nomor satu yang akan jadi gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat untuk lima tahun ke depan,” kata Deddy Mizwar dalam jumpa persnya di Media Center Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi di Intercontinental Hotel Bandung.
Dia berharap pasangan M Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum atau Rindu bisa menjalankan amanah dengan teguh sehingga bisa menjalankan pemerintahan lima tahun ke depan dengan sebaik-baiknya.
Pada kesempatan tersebut ia mengajak seluruh masyarakat Jawa Barat untuk merekatkan tali persaudaran dan silaturahim pasca pelaksanaan Pilgub Jawa Barat 2018.
Tunggu KPU Sementara itu, Calon Gubernur Jawa Tengah terpilih Ganjar Pranowo meminta para pendukungnya agar menunggu keputusan resmi dari KPU.
Secara legal formal memang harus menunggu penetapan oleh KPU agar tidak menjadi perdebatan. Mudah-mudahan angka ini tidak berubah terlalu banyak sehingga menjadi prediksi kemenangan.
Menurut dia, hal tersebut bertujuan menjaga situasi kondusif. Guna menghadapi keputusan KPU, tim pemenangan pasangan Cagub Ganjar-Yasin sudah menyiapkan data lengkap beserta keterangan saksi-saksi di TPS.
Ganjar yang didampingi Gus Yasin, sapaan akrab Taj Yasin Maimoen, mengungkapkan keinginannya bertemu dengan pasangan cagub Jateng Nomor Urut 2 Sudirman Said dan Ida Fauziyah.
“Langkah pertama ingin sekarang bisa bertemu dengan Pak Dirman dan Mbak Ida, mau bilang terima kasih sudah bekerja sama bareng-bareng, komunikasi sementara belum ada. Saya mau ketemu keluarga dulu, durhaka nanti kalau tidak ditemui,” katanya.
Di Jawa Timur, kemenangan Khofifah setelah tiga kali mencoba, menurut Direktur LSI Network Adjie Alfaraby, salah satu kunci kemenangannya adalah mampu mengambil suara kaum nasionalis di basis-basis suara. Emil Dardak bisa mengangkat suara Khofifah di kantong suara nasionalis dibandingkan Puti.
Khofifah dan Emil mampu menampilkan kombinasi dukungan yang besar yaitu kaum nahdliyin dari sosok Khofifah dan nasionalis dari Emil sehingga berdampak kemenangan bagi pasangan tersebut. Hal ini seperti lima tahun lalu, Pakde Karwo (Soekarwo) punya pengaruh di basis massa nasionalis dan Gus Ipul di kaum nahdliyin.
Sosok Khofifah secara personal lebih kuat di basis Nahdatul Ulama (NU) dibandingkan Gus Ipul dan juga di basis pemilih perempuan. Pemilih perempuan lebih loyal terhadap pilihannya sehingga menjadi salah satu penentu kemenangan Khofifah-Emil. Citra Gus Ipul sebagai petahana tidak terlalu kuat dan bisa disaingi Khofifah yang pernah menjadi menteri di Kabinet Kerja Presiden Jokowi.
Kemenangan Khofifah-Emil Dardak adalah milik masyarakat Jawa Timur, kata pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid di Surabaya. Masyarakat sudah cerdas memilih pemimpin yang lebih baik.
Adik kandung mendiang mantan Presiden Abdurrahman Wahid mengaku dia salah seorang yang mendorong Khofifah untuk kembali maju di pencalonan Pilkada Jatim 2018 yang kemudian dipasangkan dengan Emil Elestianto Dardak, diusung oleh koalisi partai politik Demokrat, Golkar, Hanura, PPP, Nasdem dan PAN.
“Alhamdulillah perjuangan kami selama berbulan-bulan akhirnya membuahkan hasil,” ucapnya. Mudah-mudahan apa yang telah diperjuangkan bisa memberi manfaat bagi masyarakat Jawa Timur.
Gus Solah, panggilan akrab Salahuddin Wahid, meyakini amanah dari hasil Pilkada Jatim ini dapat dijalankan oleh pasangan Khofifah-Emil dengan sebaik-baiknya.
Pasangan bernomor urut 1 telah membuktikan bisa menjadi nomor 1 meskipun di antara mereka ada yang telah tiga kali berjuang mengikuti pilkada, ada yang melanggengkan kekuasaan ke periode kedua, dan ada yang “naik kelas” dari Wali Kota Bandung menjadi Gubernur Jawa Barat.
Selamat mengemban amanah rakyat. (Pram)