
JAKARTA (Suara Karya) : Pendidikan merupakan hak bagi setiap anak. Tidak hanya anak yang memiliki kondisi normal. Namun juga anak yang memiliki kondisi khusus. Atau sering disebut dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan, Pasal 5 ayat (2):
“Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan layanan khusus” dan pada UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak menyatakan pada Pasal 51: “Anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa”.
Anak berkebutuhan khusus dengan ragam tunagrahita dan autisme memiliki karakter khusus yang perlu untuk didik dengan pola ajar yang khusus. Sayangnya tidak semua guru dibekali ilmu pedagogi untuk mendidik ABK, terutama untuk mengajarkan seni music.
Berdasarkan wawancara, terdapat beberapa permasalahan yang menyebabkan hal itu terjadi antara lain yaitu: (1) Belum Tersedianya Media Pembelajaran Berupa Alat Musik untuk Peserta Didik ABK Tunagrahita dan Autisme, (2) Belum terimplementasikannya IPTEK dalam pembelajaran ABK tunagrahita dan autisme, (3) Belum optimalnya pengetahuan guru terkait model pembelajaran music untuk ABK Tunagrahita dan Autisme.
Metode pelaksanaan PKM ini mengadopsi metode pelatihan yang terdiri dari: (1) Rekrutmen peserta pelatihan dilakukan setelah melihat hasil survey, yaitu Guru dan Siswa kelas 4 yang memiliki kebutuhasan khusus tunagrahita. (2) Identifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar dan kemungkinan hambatan.
Kebutuhan belajar siswa kelas 4 SDSLBN 01 adalah bagaimana melalui bahan ajar dan kegiatan dapat menarik perhatian siswa dan mendorong mereka untuk berkomunikasi baik dengan guru dan teman sebaya. Sehingga tujuan belajar yang ditentukan dalam pelatihan adalah memotivasi anak untuk berkomunikasi melalui kegiatan ansambel ritmik.
(3) Menentukan dan merumuskan tujuan pelatihan agar guru dapat menciptakan kegiatan yang meningkatkan daya ingat siswa. (4) Evaluasi dilakukan melalui tes perbuatan dengan meminta siswa menyebutkan alat music yang digunakan. (5) Menyusun urutan kegiatan pelatihan dengan melihat kondisi di kelas (6) Pelatihan untuk pelatih belum berjalan optimal, karena situasi hanya memungkinkan melatih satu orang guru.
Rekrutmen peserta pelatihan dapat menjadi kunci yang bisa menentukan keberhasilan langkah selanjutnya dalam pelatihan. Dalam rekrutmen ini penyelenggara menetapkan beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi oleh peserta terutama yang berhubungan dengan karakteristik peserta yang bisa mengikuti pelatihan model voices together di SLBN 01 Jakarta.
Model voices together yang dilakukan adalah dengan bermain ansambel ritmik secara bersama-sama. Rekrutmen peserta dilakukan setelah berdiskusi dengan guru-guru dan kelas mana yang siswanya memiliki kebutuhan khusus tunagrahita dan autism. Ternyata untuk tingkat SD kebanyakan siswa adalah tunagrahita, sehingga diambil secara acak kelas 4 SD dengan Guru Kelas Bapak Mayudi, S.Pd.
Kebutuhan Belajar
Identifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar dan kemungkinan hambatan Identifikasi kebutuhan belajar adalah kegiatan mencari, menemukan, mencatat, dan mengolah data tentang kebutuhan belajar yang diinginkan atau diharapkan oleh peserta pelatihan atau oleh organisasi; Menentukan dan merumuskan tujuan pelatihan secara umum berisi hal-hal yang harus dicapai oleh pelatihan.
Tujuan umum itu dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik. Untuk memudahkan penyelenggara, perumusan tujuan harus dirumuskan secara konkret dan jelas tentang apa yang harus dicapai dengan pelatihan tersebut. Kebutuhan belajar siswa kelas 4 SDSLBN 01 adalah bagaimana melalui bahan ajar dan kegiatan dapat menarik perhatian siswa dan mendorong mereka untuk berkomunikasi baik dengan guru dan teman sebaya. Sehingga tujuan belajar yang ditentukan dalam pelatihan adalah memotivasi anak untuk berkomunikasi melalui kegiatan ansambel ritmik.
Menyusun alat evaluasi awal dan evaluasi akhir. Evaluasi awal dimaksudkan untuk mengetahui “entry behavioral level” peserta pelatihan. Selain agar penentuan metode dan metode pembelajaran dapat dilakukan dengan tepat, penelususran ini juga dimaksudkan untuk mengelompokkan dan menempatkan peserta pelatihan secara proporsional. Evaluasi akhir dimaksudkan untuk mengukur tingkat penerimaan materi oleh peserta pelatihan. Selain itu juga untuk mengetahui materi-materi yang perlu diperdalam dan diperbaiki.
Evaluasi awal dengan mengadakan wawancara dengan guru dan siswa tentang lagu-lagu yang mereka kuasai, dan kemampuan motoric apa yang mereka dapat lakukan. Sehingga kegiatan pelatihan disesuaikan dengan keterampilan kognitif dan psikomotor yang sudah dimiliki anak.
Menyusun urutan kegiatan pelatihan, pada tahap ini penyelenggara pelatihan menentukan bahan belajar, memilih dan menentukan metode dan teknik pembelajaran, serta menentukan media yang akann digunakan. Urutan yang harus disusun disini adalah seluruh rangkaian aktivitas mulai dari pembukaan sampai penutupan. Dalam menyusun urutan kegiatan ini faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain: peserta pelatihan, sumber belajar, waktu, fasilitas yang tersedia, bentuk pelatihan, dan bahan pelatihan. Untuk kegiatan pelatihan ansambel ritmik:
1 Membuka kelas dengan menyapa siswa dan guru
2 Menanyakan kepada guru alat-alat music ritmik yang akan digunakan di kelas.
3 Guru diminta bertanya kembali kepada siswa alat yang akan digunakan. Karena kelas ini adalah tunagrahita, dimana daya ingat mereka tidak optimal, maka pengulangan sering dilakukan agar anak dapat mengingat benda/kata.
4 Guru dan Siswa diminta untuk memilih salah satu alat music yang tersedia yaitu tamborin, triangle, kastanyet dan kabasa.
5 Guru dan Siswa diminta untuk “membaca” symbol notasi yang sudah disiapkan.
6 Guru dan Siswa diminta untuk bernyanyi lagu yang mereka sudah bisa sambil bermain alat music ritmik.
7 Pelatih meminta guru dan siswa membaca symbol notasi dengan alat music yang berbeda
8 Guru dan siswa diminta untuk bermain alat music ritmik sambil bernyanyi.
Pelatihan untuk pelatih harus memahami program pelatihan secara menyeluruh. Urutan kegiatan, ruang lingkup, materi pelatihan, metode yang digunakan, dan media yang dipakai hendakhnya dipahami betul oleh seorang pelatih.
Selain itu pelatih juga harus memahami karakteristik dari masing-masing peserta pelatihan. Oleh karena itu orientasi untuk pelatih sangat penting untuk dilakukan. Melaksanakan evaluasi awal bagi peserta evaluasi awal yang biasanya dilakukan dengan pretest dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.
Mengimplementasikan pelatihan, tahap ini merupakan kegiatan inti dari pelatihan yaitu proses interaksi edukatif antara sumber belajar dengan warga belajar dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses ini terjadi berbagai dinamika yang semuanya harus diarahkan untuk efektifitas pelatihan. Pada kegiatan pelatihan kali ini difokuskan pada satu orang guru kelas, yang nantinya diharapkan dapat melatih teman-teman guru lainnya.
Hal ini terpaksa dilakukan karena tidak semua guru bisa ikut pelatihan dan tidak dapat meninggalkan kelas. Anak berkebutuhan khusus sangat bergantung kepada gurunya. Akhirnya diambil jalan tengah, dengan melatih satu orang orang yang kemudian akan meneruskan pelatihan kepada rekan sejawat guru lainnya.
Seluruh kemampuan dan seluruh komponen harus disatukan agar proses pelatihan menghasilkan output yang optimal. Evaluasi akhir, tahap ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan belajar. Dengan kegiatan ini diharapkan diketahui daya serap dan penerimaan peserta pelatihan terhadap berbagai materi yang telah disampaikan. Dengan begitu penyelenggara dapat menentukan langkah tindak lanjut yang harus dilakukan.
Evaluasi program pelatihan, m erupakan kegiatan untuk menilai seluruh kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir dan hasilnya menjadi masukan bagi pengembangan pelatihan selanjutnya. Dalam kegiatan ini evaluasi yang perlu dilakukan terkait rekrument peserta. Akan lebih baik bila pelatihan guru dilakukan secara terpisah.
Pemilihan siswa juga lebih homogen. Dalam kelas pelatihan ada siswa tunagrahita dan ada satu siswa tuna rungu. Alat music yang digunakan sebaiknya lebih beragam, karena siswa cepat bosan dengan alat music yang disediakan. Dalam penyiapan media, bisa melibatkan siswa. Sehingga ada kebanggaan mereka dapat membaca notasi symbol yang mereka buat. Progam pelatihan melibatkan berbagai guru dan siswa berkebutuhan khusus.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan pembelajaran music untuk guru dan siswa sangat penting, karena selain guru dan siswa merasa gembira, kegiatan ini juga dapat meningkatkan daya ingat siswa.* * *