BANDUNG (Suara Karya): Pembangunan infrastruktur harusnya diikuti pula dengan kajian sosial budaya agar pembangunan itu tepat sasaran.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhub Sugiharjo mengatakan hal itu terkait pembangunan nerbagai infrastruktur khususnya Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka Jawa Barat.
“Kalau hanya infrastruktur yang dibangun tanpa kajian sosial budaya maka akan biaa menimbulkan kerugian, tergantung posisi kita dengan wilayah yang akan dihubungkan (terkoneksi),” kata Sugiharjo dalam lokakarya perkembangan infrastruktur yang dilaksanakan Kementerian Perhubungan bersama Forum Wartawan Perhubungan (Forwahub) di Lembang, Bandung, Sabtu (2/11/2018).
Sugarjo menekankan perlunya kajian sosial budaya dalam pembangunan infrastruktur seperti bandara agar jangan sampai bandara yang dibangun tidak atau lambat berkembang. Sehingga bisa diantisipasi kerugian yang bakal dihadapi dalam membangun konektivitas daerah.
“Konektivitas harus diikuti dengan kesiapan sosial budaya, tanpa itu kita tersedot. Misalnya, pembangunan jalan yang menghubungkan wilayah kita dengan Malaysia di Entikong dan Tempedu yang masuk wilayah Malaysia. Antisipasinya bangun pula sarana yang mendukung di Entikong,” jelasnya.
Kemudian Sugiharjo kembali menyebutkan pembangunan BIJB yang perlu didukung agar wiayah di sekitar tumbuh menjadi sentra-sentra ekonomi. Karena sentra ekonominitu akan menumbuhkembangkan bandara.
“Kalau di Selatan Jabar itu, tidak hanya sekedar soal transportasi tapi bagaimana membangun sentra-sentra enkonomi. Jadi komprehensif yang membuat bandara berkembang,” jekas dia.
Sekarang seperti sudah diketahui, kata Suharjo BIJB masih sepi. Harusnya pembangunannya menyeluruh diikuti sarana pendukung yang dibangin berdasarkan kajian soaial budaya.
“Baru citilink yang terbang ke Surabaya dan Lion Air untuk angkuran umrah. Tanpa kinprehensif, saya khawatir BIJB lambat berkembang,” kata Sugiharjo. (Indra)