JAKARTA (Suara Karya): Perhelatan Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2024 di ICE BSD, Tangerang, Banten pada 21 Oktober 2023 lalu berlangsung meriah. Ada 72 koleksi busana karya 12 satuan pendidikan vokasi ditampilkan.
Kegiatan yang didukung bersama Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) itu memberi banyak pembelajaran bagi siswa.
“Para siswa mendapat banyak pembelajaran dari JMFW 2024 ini, bagaimana mengelola bisnis di bidang fesyen, sehingga nantinya bisa mengembangkan merek sendiri,” kata Dirjen Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati disela gelaran, Sabtu (21/10/23).
Penampilan talenta fesyen insan vokasi dalam Parade 9 bertajuk ‘Mahakarya Vokasi Adibusana’ itu sekaligus ajang pembuktian bahwa pembelajaran di pendidikan vokasi telah selaras dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Dalam sambutannya secara virtual, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim mengungkapkan rasa bangganya pada keikutsertaan satuan pendidikan vokasi pada JMFW 2024.
Nadiem menegaskan pentingnya kolaborasi dunia pendidikan dengan industri untuk melahirkan sumber daya manusia (SDM) unggul dan berdaya saing.
‘Satu hal yang membuat saya bangga pada JMFW 2024 adalah jumlah pendaftar mencapai 142 satuan pendidikan vokasi,” ujarnya.
Meski banyak satuan pendidikan vokasi yang belum berkesempatan untuk tampil, hal ini menunjukkan semakin kuatnya link and match antara dunia pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri.
Ia berharap, semakin banyak mitra industri dan masyarakat luas mendukung gerakan Merdeka Belajar, dan bermitra dengan satuan pendidikan vokasi di masa depan.
Nadiem mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Perdagangan yang telah memberi ruang kepada insan vokasi untuk belajar, berkarya, dan tampil di depan khalayak luas.
Pada akhir pergelaran, tampak Sekretaris Jenderal Kemdikbudristek, Suharti dan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemdikbudristek,Kiki Yuliati berjalan di atas catwalk sebagai muse.
Keduanya mengenakan karya busana SMK NU Banat Kudus dan SMK Syubbanul Wathon.
“Saya memakai karya siswa SMK NU Banat. Luarnya lurik, dalamnya batik tulis. Batik tampaknya menjadi pilihan anak muda sekarang,” katanya.
Kiki Yuliati menambahkan, kementerian mendukung penuh sekolah vokasi agar semakin berkembang menyesuaikan dengan kebutuhan industri, salah satunya lewat program SMK Pusat Keunggulan (SMK PK).
“Sebagian besar dari sekolah yang ikut JMFW 2024 berasal dari SMK Pusat Keunggulan. Kementerian memfasilitasi mulai dari anggaran hingga penyiapan kurikulum, pelatihan guru, dan mencarikan mitranya,” ucap Kiki.
Ditambahkan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi terus meningkatkan relevansi pendidikan vokasi dengan dunia industri, termasuk industri busana muslim yang sedang berkembang di Indonesia.
“Dari keikutsertaan satuan pendidikan vokasi tahun lalu, beberapa produk busana SMK sudah masuk ke katalog komersial dan mendapatkan buyer,” katanya.
Tidak hanya buyer, tapi beberapa desainer terkemuka juga memberi kesempatan magang atau bekerja di tempat mereka. Hal itu yang diharapkan, ketika industri, dunia kerja bermitra dengan SMK.
“Target kita bukan cuma produk, tapi pengalaman belajarnya. Diharapkan para siswa menjadi lulusan mumpuni dan mereka juga memahami bagaimana transaksi bisnis di bidang fesyen seperti apa. Jadi mereka lulus sudah lengkap,” kata Kiki menegaskan.
Ditambahkan, saat siswa harus bikin pameran, maka kementerian akan mendukung. Namun, ketika ada proses bisnis atau transaksi dagang, maka kami ajari bagaimana menghadapinya. Bagaimana memenuhi deadline pesanan dan sebagainya,” tutur Kiki.
Sebanyak 12 Satuan Pendidikan Vokasi yang berpartisipasi adalah ISI Yogyakarta; ISBI Bandung; AKS Ibu Kartini Semarang; Universitas Kristen Maranatha; ISWI Fashion Academy; SMK NU Banat Kudus; SMK Syubbanul Wathon; SMKN 1 Batu; SMK Cendika Bangsa Kepanjen; SMKN 1 Kasreman; SMK NU 2 Kedungpring; dan SMKN 3 Magelang.
JMFW 2024 merupakan ajang pertemuan pemangku kepentingan industri, khususnya di bidang fesyen. Keikursertaan pendidikan vokasi pada JMFW 2024 menjadi pembuktian hasil pembelajaran dan membuka peluang ekonomi serta kerja sama antara akademisi dengan industri fesyen.(Tri Wahyuni)