Suara Karya

Pembinaan Olahraga di Indonesia “Carut Marut” Seyogyanya DBON Segera “Dibubarkan”

JAKARTA (Suara Karya) : Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang meng klaim sudah berhasil membina atlet menuju SEA Games Kamboja dan sukses di Asian Games di Hangzhou 2023, ternyata belum memenuhi harapan masyarakat olahraga di Tanah Air.

‘DBON lahir dengan payung hukum Peraturan Presiden (Perpres) No 86 tahun 2021. Sedang SEA Games Kamboja digelar Mei 2023 dan Asian Games di Hangzhou juga baru selesai 8 Oktober 2023,”tegas Mantan atlet gulat nasional, Suryadi Gunawan, Rabu (11/10/2023).

Membina atlet hingga masak untuk berjuang sebagai juara katanya, membutuhkan waktu 8 hingga 10 tahun. Hal itu yang menjadi tanda tanya tiba-tiba DBON mengklaim keberhasilan menghantar atlet menempati peringkat tiga di SEA Games Kamboja 2023 dengan 87 medali emas, 80 perak, dan 109 perunggu.

Padahal DBON lahir tahun 2021 ketika Mempora dijabat Zainudin Amali yang sudah mengundurkan diri dan kini menjadi Wakil Ketua Umum PSSI. Dengan bukti yang ada, maka keberhasilan atlet yang tampil di SEA Games Kamboja 2023 merupakan binaan cabor masing – masing, bukan hasil pembinaan DBON yang hanya sebagai perantara setelah lahir tahun 2021.

Dengan banyaknya organisasi olahraga yang ada di Indonesia, pembinaan atlet makin “Carut Marut”. Bahkan tumpang tindih yang menghabiskan dana cukup besar dan mubazir yang dikeluarkan pemerintah, baik di Pusat dan Daerah.

Melalui berbagai permasalahan itulah Suryadi sebagai mantan atlet nasional menghimbau, agar pembinaan olahraga di Indonesia dikembalikan jadi satu pintu dibawah KONI Pusat dan dengan bawahannnya diberbagai daerah di Indonesia, tanpa susah payah mendirikan DBON lagi diberbagai. daerah.

Bahkan dia mengusulkan agar UU Olahraga direvisi lagi di DPR RI agar KONI dan KOI menjadi satu atap dibawah kendali Menpora. Sedang di daerah dibawah kendali Gubernur.

“Bila pembinaan olahraga menjadi satu pintu baik di pusat dan daerah dibawah KONI yang sudah satu atap dengan KOI, maka lebih gampang mengendalikan untuk meraih prestasi internasional hingga Olimpiade yang dicanangkan masuk 10 besar di tahun 2045.

Dengan munculnya organisasi baru yang diusulkan Deputi 4 Peningkatan Prestasi Olahraga yang dinamakan DBON seyogyanya tidak diperlukan lagi alias dihapus sebelum menghabiskan dana cukup besar hingga tahun 2045.

Menpora Masih Evaluasi

Pasalnya DBON selalu mengklaim keberhasilannya, setelah SEA Games Kamboja kini di Asian Games Hanzhou setelah kontingen Indonesia membawa pulang 7 medali emas, 11 medali perak dan 18 medali perunggu diperingkat 13 besar. Torehan itu gagal memenuhi target Menpora menempati peringkat 12 dengan meraih 12 medali emas.

Atas hasil yang diraih kontingen Indonesia di Hangzou, katanya program DBON yang digadang-gadang memiliki akurasi tinggi dan manfaat konkret untuk atlet sama sekali tak nyata.

Pada ajang pesta olahraga terbesar di Asia itu, kontingen Indonesia berkekuatan 413 atlet terdiri dari 235 putra dan 178 putri yang tampil dalam 30 cabang olahraga gagal memenuhi target 12 medali emas.

Kegagalan ini jelas akibat “carut marutnya” pembinaan olahraga di Indonesia. Terutama pada kinerja tim review yang hanya berpatokan pada SEA Games 2023 Kamboja lalu, dimana Indonesia mampu bertengger di posisi ketiga dengan torehan 87 medali emas, 80 perak, dan 109 perunggu.

Padahal, Asian Games merupakan ajang kejuaraan olahraga se-Asia, bukan hanya Asia Tenggara yang hanya diikuti oleh beberapa negara tetangga.

Tercatat hanya segelintir cabang olahraga yang mampu meraih medali emas dari 30 cabor yang diikuti oleh kontingen Indonesia. Untuk itu, kegagalan ini harus ditebus dengan evaluasi besar-besaran.

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo dengan berat hati meminta maaf kepada seluruh masyarakat dan juga Presiden Joko Widodo atas gagalnya kontingen Indonesia di Asian Games 2023, Hangzhou, China.

“Kita akan mengadakan rapat dengan tim review dan juga seluruh cabor untuk evaluasi. Dengan berat hati saya harus minta maaf kepada seluruh masyarakat dan juga Bapak Presiden, di mana kita meleset kalau dari target tim review Kemenpora, (hasilnya) 7 medali emas dan juga nomor 13. Jadi melesetnya sangat dikit tapi jauh dari yang Bapak Presiden harapkan,” kata Dito Ariotedjo usai membuka kegiatan Festival Pemuda Indonesia 2023 di halaman Kantor Kemenpora, Selasa (10/10/2023).

Menteri berusia 33 tahun itu juga memastikan akan ada evaluasi besar-besaran dan juga melayangkan punishment kepada para cabang olahraga yang tidak meraih medali dan lolos dari target di Asian Games 2023 kemarin.

“Nah ini pasti akan kita evaluasi dan juga akan ada pertanggung jawaban dan ini yang pastinya sebagai catatan kita untuk ke depan. Soal punishment pasti ada dan itu terkait dengan program pelatnas dan juga masalah support dari pemerintah untuk ke multi-event berikutnya,” tegas Dito.

“Tapi ini pasti akan kita rapatkan dahulu nanti bersama para cabor dan kita lihat apa yang kita punishkan,” ujar Dito.

Melalui keinginan besar dari Menpora untuk membenahi kegagalan di Asian Games di Hangzhou, merupakan tindakan yang tegas dan bagus. Dengan harapan, para atlet yang dipromosikan ke Olimpiade Paris tahun 2024 memenuhi target. (Warso)

Related posts