Suara Karya

Pemerintah akan Dorong 11 Kampus Masuk 500 Besar Dunia

DEPOK (Suara Karya): Pemerintah akan mendorong 11 kampus ternama di Indonesia masuk dalam rangking 500 besar dunia. Diusulkan dana Rp10 triliun untuk mewujudkan target besar tersebut.

“Dana khusus sebesar Rp10 triliun sudah diusulkan pada anggaran 2020. Dana itu untuk riset di perguruan tinggi dan kegiatan yang mendukung peningkatan kualitas,” kata Menristekdikti Mohammad Nasir dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2019 di kampus Universitas Indonesia (UI), Kamis (2/5/2019).

Merujuk data Kemristekdikti, saat ini baru ada tiga perguruan tinggi (PT) di Indonesia yang masuk dalam 500 besar Quacquarelli Symonds (QS) World University. Ketiga PT itu adalah UI pada peringkat 292, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 359 dan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 391.

Padahal, total keseluruhan PT Indonesia ada sekitar 4.747, yang tersebar di seluruh Indonesia. “Kami targetkan pada 2024, ada 11 PT masuk dalam 500 besar dunia. Ini usaha besar, karena baru 3 PT yang masuk peringkat itu,” ujarnya.

Selain target meningkatkan jumlah PT terbaik, Nasir juga akan meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) PT melalui peningkatan sistem pendidikan jarak jauh (PJJ). Pasalnya, saat ini APK pendidikan tinggi Indonesia baru mencapai angka 34,58 persen.

“Itu artinya, masih ada sekitar 65 persen anak Indonesia yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan tinggi. Kemristekdikti menargetkan APK di pendidikan tinggi akan meningkat hingga 50 persen,” kata Nasir.

Untuk itu, ia menyebutkan, upaya yang akan dilakukan pemerintah untuk mencapai target. Salah satunya, memperbanyak pendidikan jarak jauh.

“Kita harus mengembangkan kuliah secara online. Ini yang harus kita dorong agar makin banyak anak Indonesia yang menikmati pendidikan tinggi,” ujarnya.

PJJ, menurut Nasir, solusi untuk mendongkrak APK pendidikan tinggi. Karena itu, upaya yang harus dilakukan adalah memperbanyak online education dan kampus siber, namun tetap mengutamakan kualitas pendidikan.

Nasir menuturkan, di era teknologi informasi ini banyak pekerjaan diganti oleh teknologi otomatisasi. Maka, PT harus beradaptasi dengan perubahan tersebut agar lulusan yang dihasilkan memiliki daya saing.

“Daya saing dosen juga harus dikembangkan melalui peningkatan literasi. Tak cukup dengan literasi baca, tulis, hitung (calistung) tetapi juga literasi data, teknologi, dan keuangan hingga kebudayaan,” katanya.

Terkait dengan kesiapan dosen, Nasir menambahkan, pihaknya telah menginstruksikan ke Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) bersama Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti (SDID) untuk melakukan focus group discussion (FGD) untuk peningkatan kualitas dosen pada kuliah daring. (Tri Wahyuni)

Related posts