
JAKARTA (Suara Karya): Pemerintah akan menerapkan digitalisasi pendidikan di wilayah 3 T (terdepan, terluar dan terpencil). Materi pembelajaran akan menggunakan konten “Rumah Belajar” buatan Pusat Teknologi Komunikasi (Pustekkom) Kemdikbud.
“Lewat digitalisasi pendidikan diharapkan mutu pendidikan di wilayah 3T bisa meningkat secara signifikan,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy usai melantikan pejabat eselon 1-4 di lingkungan kerja Kemdikbud, di Jakarta, Jumat (6/9/2019).
Muhadjir menambahkan, peluncuran program Digitalisasi Pendidikan di Wilayah 3T akan digelar di sebuah sekolah di Kepulauan Natuna pada 16 September mendatang. Acara tersebut rencananya akan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.
Ditanya soal pilihan wilayah 3 T, Mendikbud mengatakan, hal itu sesuai arahan Presiden Joko Widodo bahwa pembenahan pendidikan dimulai dari pinggiran. Pada kesempatan itu, ada sekitar 2 juta gadget akan dibagikan kepada siswa di sekolah yang terpilih pada tahap awal.
“Penerapannya akan dilakukan bertahap di wilayah 3T seluruh Indonesia. Pada tahap pertama, ada 2 juta gadget yang akan dibagikan,” ujarnya.
Saat ini, lanjut Muhadjir, dana yang digunakan untuk program Digitalisasi Pendidikan diambil dari dana BOS (Biaya Operasional Sekolah) Afirmasi dan BOS Kinerja. Karena dana terbatas, baru tersedia 2 gadget untuk program tersebut.
Ditanya nantinya satu siswa akan dapat 1 gadget, Mendikbud mengatakan, hal itu bagian dari rencana jangka panjang. Tahun depan, jumlah gadget akan ditingkatkan hingga 10 kali lipat. “Presiden berjanji akan mengalokasikan dana khusus untuk program ini. Katanya, anggaran untuk digitalisasi pendidikan akan ditingkatkan hingga 10 kali lipat,” ujar Muhadjir.
Soal konten pembelajaran, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu menambahkan, sekolah diminta untuk mengakses konten Rumah Belajar milik Pustekkom Kemdikbud atau konten pembelajaraj lain yang berbayar. “Sebagai leading sector dari program ini, kami harus pastikan setiap sekolah sudah memiliki konten pembelajaran,” ucapnya.
Muhadjir menambahkan, uji coba Digitalisasi Pendidikan di Wilayah 3T akan dilakukan selama 2 tahun. Jika sudah tercipta platform pembelajaran, maka program tersebut akan dicanangkan secara nasional.
“Bukan hanya konten yang dipersiapkan, tetapi juga gurunya. Para guru akan diikutkan pelatihan tentang Teknologi Informasi,” katanya.
Ditanyakan Digitalisasi Pendidikan akan diterapkan pada jenjang sekolah tertentu, Muhadjir menegaskan, program tersebut diterapkan mulai dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA).
Ditanya soal jaringan internet dan ketersediaan listrik, Mendikbud mengatakan, pihaknya sudah bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) untuk jaringan internet dan Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) untuk ketersediaan listrik.
“Jika wilayah itu tidak tersedia jaringan internet, maka proses pembelajaran akan dilakukan offline. Kami berikan unduhan dari Rumah Belajar yang bisa dibuka tanpa perlu jaringan internet. “Internet ini nantinya bisa dimanfaatkan oleh warga di sekitar sekolah. Jadi, kalo pagi internet akan dipakai siswa, malam untuk warga,” tuturnya.
Soal kesiapan gurunya, Muhadjir belum dapat menjelaskan. Karena hal itu bersifat teknis. “Nanti akan dibicarakan dulu dengan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan, berapa yang dibutuhkan. Yang penting, pada tahap awal ini tersedia guru dengab ilmu IT yang mumpuni agar proses digitalisasi pendidikan bisa berjalan dengan baik,” ujarnya. (Tri Wahyuni)