Pendidikan Tinggi Vokasi Bisa Jadi Mitra Strategis UMKM

0
(Suarakarya.co.id/Tri Wahyuni)

JAKARTA (Suara Karya): Pendidikan tinggi vokasi seharusnya menjadi mitra strategis dalam pemajuan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Kemitraan itu terutama pada pengembangan produk dan penguatan sumber daya manusia (SDM).

Pola kemitraan itu menguak dalam diskusi bertajuk ‘Membangun Kemitraan Pendidikan Tinggi Vokasi dan UMKM, Jalan Strategis Membangun Ekonomi Nasional’ yang digelar di Bogor, Sabtu (26/9/20).

Acara yang digagas Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI), Ditjen Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) itu dihadiri puluhan pelaku UMKM di Kota dan Kabupaten Bogor.

Hadir sebagai pembicara pengusaha muda Sandiaga Uno, Dekan Sekolah Vokasi IPB, Arif Darjanto dan pemilik francise produk dengan nama Baba Rafi, PT Sari Kreasi Boga, Nilam Sari.

Sandiaga Uno menuturkan, pendidikan tinggi vokasi dapat menjadi mitra strategis bagi UMKM agar bisa bertahan di masa pandemi. Kolaborasi yang terbangun tak cukup secara linear, tetapi harus bersifat multidimensi.

Untuk itu, lanjut Sandi, perlu dibuat satu inkubasi bisnis sebagai tahapan penting mendirikan usaha yang fit. Merujuk pada hasil studi, tingkat kesuksesan UMKM yang didampingi oleh inkubator bisnis mencapai 87 persen.

“Pendidikan tinggi vokasi dapat menjadi ‘jembatan’ untuk menyambungkan UMKM dengan inkubator bisnis,” tuturnya.

Ditambahkan, peran inkubator bisnis sangat relevan, yakni memberi pelatihan dan pendampingan, serta pengembangan SDM. Sedangkan mitra vokasi memiliki andil untuk membantu UMKM agar dapat bertahan dan bangkit dari dampak yang terjadi selama pandemi.

Sandi menilai, sinergi antara pendidikan tinggi vokasi, inkubator bisnis dan UMKM harus dibangun dengan semangat inovasi yang tinggi. Pasalnya, UMKM yang dapat bertahan dalam berbagai kondisi adalah mereka yang mampu berinovasi.

“Lewat inovasi, UMKM punya kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi,” ucapnya menegaskan.

Karena itu, menurut Sandi, pendidikan tinggi vokasi harus aktif berinovasi dan mencari terobosan untuk UMKM agar mampu bertahan. Di masa pandemi, setiap usaha harus menerapkan protokol keuangan sesuai dengan omzet melalui pengelolaan yang ketat.

“Dengan begitu, para usaha mikro dapat bertahan setidaknya selama bulan, usaha kecil tiga bulan serta usaha menengah selama 6-12 bulan,” kata Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu.

Sandi menilai, potensi UMKM sangat besar. Sayangnya, ekonomi Indonesia saat ini masih belum mengandalkan mutu produk dan jasa karya anak bangsa. Perlu ada program dan langkah strategis dari Pemerintah untuk menghadapi tantangan kualitas produk lokal tersebut.

“Kasus yang sering saya ditemui di lapangan, banyak UMKM mampu bikin produk dan memasarkannya, tetapi saat pesanan melonjak, mereka kesulitan dalam menjaga kualitas. Di sini peran konkret SDM vokasi untuk mengatasinya,” kata Sandi.

Sandi memberi apresiasi kepada Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Kemdikbud yang membuat program pendanaan bagi perguruan tinggi vokasi (PTV) untuk memperkuat kemitraan dengan UMKM.

“Hal itu dapat mewujudkan keterkaitan dan kecocokan (link and match) pendidikan vokasi dan dengan kebutuhan industri, serta meningkatkan jumlah entrepreneur di Tanah Air,” ucap Sandi seraya menambahkan pihaknya siap berkolaborasi melalui Program Rumah Siap Kerja yang saat ini tengah dibina.

Ditambahkan, program penguatan vokasi dari Mitras DUDI adalah langkah konkret yang perlu didukung bersama. “Sekarang konsepnya semua adalah kolaborasi, saling mendorong untuk menyukseskan ‘pernikahan’ pendidikan vokasi dengan industri,” katanya.

Direktur Mitras DUDI, Ahmad Saufi menyatakan, pihaknya siap berkerja sama dengan berbagai pihak untuk memperkuat pendidikan vokasi di Indonesia. Alasannya, pendidikan vokasi harus dekat dengan masyarakat.

“Jiwa kewirausahaan itu akan tumbuh jika dipupuk terus. Kami berharap, lulusan vokasi tak hanya menjadi tenaga kerja terampil, tetapi juga bisa menjadi entrepreneur yang mampu menciptakan lapangan kerja baru,” ucapnya.

Kepada perguruan tinggi vokasi penerima Program Penguatan Kemitraan dengan Industri dan DUDI, Saufi berharap, dapat memaksimalkan dana untuk pengembangan UMKM. Sekolah Vokasi IPB misalkan, dapat memperkuat UMKM bidang agromaritim yang menjadi potensi besar di negara kita.

Sementara itu, Dekan Sekolah Vokasi IPB, Arif Darjanto mengatakan, penguatan kemitraan dilakukan tak hanya lewat nota kesepahaman, tetapi juga menjamin pelaksanaannya. Kemajuan dunia usaha, termasuk UMKM membutuhkan komitmen dari dunia akademik.

“Perguruan tinggi vokasi dapat menjadi jembatan bagi UMKM melalui pengembangan riset. Sehingga UMKM memiliki nilai tambah serta mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi dan lingkungan yang berubah,” katanya.

Pada akhir diskusi, pemilik usaha francise Baba Rafi, Nilam Sari memberi tips seputar usahanya. Katanya, dalam menjalankan bisnis, yang penting adalah proses pengemasan produk dan promosi.

“kami menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan untuk promosi. Untuk pengemasan, kami juga berkerja sama dengan perguruan tinggi jurusan desain komunikasi visual supaya orang tidak hanya tertarik dengan kemasan, tetapi juga cara makan yang praktis,” kata Nilam menandaskan. (Tri Wahyuni)