Jumat 12 Januari 2024, sekitar pukul delapan pagi, saya sudah tiba di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banten, di Kota Serang.
Hari itu, adalah jadwal pengambilan hasil CT Scan yang telah dilakukan sepuluh hari sebelumnya.
CT Scan adalah pemindaian dengan komputer dan sinar-X untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari tulang, jaringan lunak, dan organ di dalam tubuh.
Pemeriksaan dengan menggunakan CT Scan ini dapat membantu dokter untuk mendiagnosis penyakit.
Beberapa kasus yang biasanya memerlukan diagnosis menggunakan CT scan, yakni tentang seseorang yang mengalami gangguan otot dan tulang, seperti tumor tulang dan patah tulang.
Kasus lain yang sering juga menggunakan diagnosis CT Scan adalah kanker, penyakit jantung, paru-paru, strok dan serta penyakit hati.
Perlu diketahui bahwa tak banyak rumah sakit yang memiliki alat CT Scan ini.
Hal itu dikarenakan bahwa harga alat Kesehatan mesin CT Scan tersebut yang sangat mahal.
Salah seorang petugas Radiologi di RSUD Banten menyebutkan, di Provinsi Banten hanya dua rumah sakit kecuali Tangerang, yang memiliki alat tersebut.
“Rumah sakit yang memiliki alat CT Scan tersebut, hanya ada di Rumah Sakit Krakatau Medika di Kota Cilegon dan RSUD Banten di Kota Serang,” kata petugas Radiologi di RSUD Banten tersebut, yang tak mau namanya dipublikasikan.
Itulah sebabnya biaya pasien yang akan melakukan CT Scan juga terhitung cukup mahal, yakni berkisar Rp 1,5 hingga 3,5 juta rupiah.
Menurutnya dari sekian banyak Rumah sakit yang ada di Indonesia, lebih dari 90 persen diantaranya belum memiliki alat Kesehatan berupa CT Scan.
Tindakan CT Scan yang dilakukan untuk saya pada hari itu, merupakan rangkaian dari pengobatan terhadap penyakit yang saya rasakan sejak hamper tiga bulan terakhir.
Dua ahli jantung RSUD Banten, masing-masing dr Nurmamia Qurie Proklamartin, Sp. Jp dan dr Ibnu Adam, Sp. Jp yang menangani saya, sama-sama menyimpulkan bahwa saya terkena gangguan pada jantung.
Berdasarkan diagnosis awal sebelum dilakukan CT Scan, dua dokter tersebut, sudah memvonis saya sebagai pasien dengan gangguan jantung akibat penyumbatan pada pembuluh darah.
Sehingga obat-obat yang diberikan oleh dua dokter tersebut, adalah yang berkaitan dengan gangguan jantung.
Ada beberapa jenis gangguan yang tergolong penyakit jantung.
Yaitu, penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, hipertensi, gagal jantung, gangguan irama jantung, gangguan pacu jantung, infeksi dan gangguan pada pembuluh darah tepi yang bisa menyebabkan performa jantung menurun.
Penyakit jantung sudah terbukti sebagai silent killer yang banyak mengejutkan Masyarakat di seluruh dunia.
Seseorang yang terlihat sehat-sehat saja pada setiap harinya, namun tiba-tiba dikabarkan mendadak meninggal dunia karena serangan jantung.
Menurut World Health Organization (WHO), 35 persen dari seluruh kematian manusia di seluruh dunia adalah akibat serangan jantung.
Setelah melalui sekitar 10 kali pemeriksaan dan pengobatan selama hamper tiga bulan, dr Ibnu atau satu dari dua dokter tersebut, menganjurkan agar saya dilakukan CT Scan.
Menurutnya ini dimaksudkan, agar lebih mudah untuk mengetahui penyebab penyakit yang dirasakan oleh pasien.
dr Ibnu kemudian menulis surat rujukan untuk dilakukan CT Scan.
Tahapan Untuk Melakukan CT Scan
Sebelum sampai pada Tindakan CT Scan, biasanya pasien akan dilakukan pengambilan sample darah di laboratorium.
Selanjutnya hasil pemeriksaan sample darah tersebut, dibawa ke petugas yang berada di loket Radiologi untuk didaftarkan sebagai pasien yang akan melakukan CT Scan.
Selanjutnya petugas loket akan mencatat dan menjadwalkan kapan akan dilakukan CT Scan.
Selain itu biasanya petugas loket akan memberi tau kepada calon pasien yang akan melakukan CT Scan tentang apa saja yang akan dilakukan sebelumnya.
Umpamanya sebelum dilakukan CT Scan pada esok hari, maka pasien harus melakukan puasa sejak pukul 11 malam hingga pada waktu akan dilakukan CT Scan.
Pada hari itu, saya dijadwalkan oleh petugas Radiologi akan melakukan CT Scan besok.
Keesokan harinya saya kembali ke RSUD Banten menemui petugas di loket Radiologi dalam keadaan sudah berpuasa.
Di Ruang Radiologi
Di ruang Radiologi RSUD Banten kala itu, saya menyaksikan satu mesin CT Scan dalam ukuran cukup besar dengan merk Siemen.
Seorang Perempuan paruh baya yakni petugas Radiologi, memerintahkan saya berbaring di atas tempat tidur, yang berada di depan mesin CT Scan tersebut.
Tidak boleh ada orang lain, selain saya dan petugas tersebut di ruangan itu.
Perempuan tersebut sepertinya adalah salah satu perawat senior di RSUD Banten.
Suasana ruangan sangat terang yang dipancarkan dari beberapa bohlam listrik dengan watt yang sangat tinggi.
Tidak hanya terang benderang, suhu di dalam ruangan Radiologi tersebut juga sangat dingin.
Petugas tersebut mengatakan, Wanita hamil dilarang masuk ke ruangan itu karena bahaya radiasi.
Menurutnya, karena dikhawatirkan bayi yang dikandung akan terpapar x-ray dari mesin CT Scan tersebut dan bisa berisiko janin yang dikandung mengalami kerusakan sel-sel tubuh, hingga meningkatkan risiko kanker di kemudian hari.
Petugas tersebut menyuruh saya berbaring dan membuka seluruh kancing baju.
Selanjutnya dada saya dipasangi kabel peralatan yang terhubung ke mesin induk CT Scan.
Tidak hanya itu, Petugas tersebut juga memasukan jarum infus yang terhubung dengan botol berisi cairan zat kontras di sekitar lipatan siku sebelah lengan kanan saya.
Dia mengingatkan kepada saya, bahwa nanti akan ada aba-aba yang harus diikuti.
Begini aba-abanya : Tarik nafas…, lepas. Tarik nafas…, tahan. Tarik nafas…, lepas.
Saya juga diingatkan, bahwa nanti selama pemberian zat kontras melalui suntikan selang infus tadi, akan ada reaksi rasa panas di seluruh tubuh termasuk rasa pahit di tenggorokan.
Beberapa saat kemudian suara mesin CT Scan bergemuruh, tanda proses Ct Scan sudah dimulai.
Tidak berlangsung lama, yakni sekitar tiga sampai lima menitan proses CT Scan sudah selesai.
Setelah selesai di CT Scan, petugas tersebut menyarankan, agar saya beristirahat sejenak duduk-duduk di bangku di luar ruangan sebelum pulang ke rumah selama kurang lebih satu jam.
Menurutnya, hal ini untuk memastikan bahwa cairan zat cotras yang dimasukan ke dalam tubuh saat di CT Scan tadi tidak menimbulkan reaksi yang mengkhawatirkan pada tubuh. ***