Perjuangan Resto d’SDL Bertahan di Masa Pandemi, Andalkan Ilmu Ikhlas!

0

JAKARTA (Suara Karya): Pandemi covid-19 yang terjadi dalam tiga tahun terakhir ini telah meluluhlantakan seluruh sendi kehidupan, termasuk bisnis kuliner. Meski katanya bisnis itu paling cepat bangkit karena semua orang butuh makan, namun pada kenyataannya tidak seperti itu.

Hal itu dirasakan pemilik restoran sunda d’SeuhahDaLada (dSDL), Sumarna Surapranata. Kondisi kehidupan saat ini sudah hampir seperti normal, tetapi tidak bisnisnya. “Kondisinya baru sekadar bertahan saja,” kata pria yang akrab dipanggil Pranata di restonya Jalan Bumi, Mayestik, Jakarta Selatan, belum lama ini,

Pranata menuturkan, saat pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di awal pandemi covid-19, ia justru kebanjiran order.

“Karena orang tidak bisa kemana-mana, pesanan nasi box justru banyak. Alhamdulillah, uangnya cukup untuk menggaji pegawai yang jumlahnya 20 orang,” ucapnya.

Ketika gelombang pandemi mulai surut, pesanan nasi box pun ikut surut. Sementara kunjungan pelanggan ke restorannya belum seramai dulu. “Kondisi saat itu memang berat, tapi kita berusaha tidak ada PHK. Karena mereka sudah seperti saudara sendiri,” ujarnya.

Berbagai upaya dilakukan Pranata, termasuk promosi di sosial media, seperti kanal Youtube, Instagram maupun TikTok. Jika ingin tahu, menu apa saja yang tersedia di restoran dSDL atau siapa saja tokoh terkenal yang pernah makan di sana, bisa dilihat lewat saluran media sosialnya.

Semua cara dilakukan Pranata karena ia yakin bahwa ‘rezeki tak akan salah alamat’, yang penting tetap ikhtiar dan berusaha. Lalu ikhlaskan atau menerima dengan lapang dada atas apa yang terjadi.

“Jika kita sudah ikhlas, hati menjadi tenang. Begitu pun dengan karyawan. Jika tidak banyak pekerjaan di dapur, para pegawai sibuk memperbaiki sana sini agar restoran terlihat bersih dan apik,” tuturnya.

Menjadi pengusaha resto memang bukan kegiatan baru bagi Pranata dan keluarga. Sejak awal berkarir di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) hingga menduduki jabatan puncak sebagai Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Pranata telah membangun bisnis restonya di Lembang, Bandung.

“Istri yang pegang, saya hanya pantau dari jauh karena masih bekerja. Saat pensiun beberapa tahun lalu, saya buka cabang di Jakarta, biar bisa kumpul bareng anak cucu di Jakarta. Resto yang di Lembang, tetap istri yang pegang sambil bolak balik Jakarta Bandung,” tuturnya.

Cita rasa menu di dSDL, menurut Pranata memang sangat khas, karena dimasak dengan resep warisan karuhun (leluhur). Hal itu pula yang mengundang tak hanya masyarakat umum, namun juga sejumlah selebritas.

Saat itu, hadir bintang idola di masa remajanya, Yessy Gusman. Pranata mengaku tidak pernah membayangkan sebelumnya bisa duduk satu meja dengan aktris kondang dalam film Gita Cinta dari SMA tersebut.

“Saking sukanya dengan Yessy Gusman, saya nonton Gita Cinta dari SMA sampai berulang-ulang,” kata Pranata saat menjamu ibu dua anak itu.

Yessy memuji kelezatan citarasa menu di dSDL. Apalagi menu Ayam Ngumpet dan Sate Goreng, yang jarang ditemuinya di resto Sunda lain. “Ayam Ngumpet ini gila enak banget. Sangat recommended. Rasa ayamnya gurih dan wangi karena digoreng bersama daun-daunan yang wangi,” tuturnya.

Bagi Pranata, layaknya dunia pendidikan, memasak dan menggeluti bisnis kuliner telah menjadi bagian dari passionnya. Hal itu yang membuatnya selalu merasa tertantang dalam menjalankan usaha bersama istri dan anak-anaknya.

Selama Ramadhan, Pranata menyebut, pihaknya membuat promo paket makan untuk 4 orang dengan potongan harga sebesar 25 persen, dari Rp225 ribu menjadi Rp180 ribu saja.

“Isi paketnya ada beberapa pilihan, dengan menu andalan dSDL yaitu ayam ngumpet dan sate goreng dan dua sayur. Bisa dipesan untuk buka puasa atau sahur. Ada tambahan menu takjil untuk pesan buka puasa,” ujarnya.

Ditanya apakah jiwanya sudah sepenuhnya menjadi pebisnis, Pranata mengaku masih mencintai dunia pendidikan yang digeluti sepanjang karirnya. Penyandang gelar PhD dalam bidang pendidikan dari University of New South Wales, Sydney itu
masih menjabat sebagai Anggota Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah (BAN-S/M).
(Tri Wahyuni)