
JAKARTA (Suara Karya): Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan meluncurkan Gerakan Guru Cerdas (Garudas) secara daring di Jakarta, pada Kamis (8/4/21). Gerakan tersebut untuk memperkuat pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas pada Juli 2021.
Gerakan Guru Cerdas merupakan langkah cepat dan tanggap dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyikapi keluarnya Surat Keputusan Bersama Empat Menteri (SKB 4 Menteri) tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 pada akhir Maret lalu.
Dalam SKB 4 Menteri disebutkan, pemerintah pusat berharap pembelajaran tatap muka (PTM) dilakukan secara terbatas pada Juli 2021, saat dimulainya tahun ajaran baru, setelah para pendidik tuntas divaksin. Langkah tersebut diambil untuk menekan terjadinya learning loss dari peserta didik di Indonesia.
Gerakan Guru Cerdas merupakan hasil kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti Center for Education Regulations & Development Analysis (CERDAS), Vox Populi Institute Indonesia, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Kantor Wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta dan didukung Epson, Microsoft, Link Net, Rumah Juara dan Pandi.id.
Gerakan Guru Cerdas akan membekali para pendidik di DKI Jakarta agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan paradigma baru, yaitu pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), dengan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran sekaligus kompetensi dasar atau capaian pembelajarannya.
Pembelajaran tersebut memanfaatkan teknologi digital dalam berproses, memberi menu yang berbeda-beda pada setiap peserta didik sesuai minat dan bakatnya. Selain juga menumbuhkan karakter yang bertaqwa dan berakhlak mulia, mandiri, gotong-royong, bernalar kritis, komunikatif, kreatif dan memahami kebhinekaan serta berwawasan global.
“Model pembelajaran semacam itulah dibutuhkan siswa di era teknologi 4.0 saat ini,” ucapnya.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Nahdiana menjelaskan, lewat gerakan tersebutnguru disiapkan untuk menghasilkan beragam portofolio. Karena pada akhir kegiatan, guru mendapat sertifikat pelatihan selama 96 jam pertemuan dari Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.
“Gerakan ini sangat terbuka dan transparan. Siapapun pendidik di Jakarta dapat ikut, baik di madrasah maupun sekolah. Karena motor penggeraknya, yaitu Indra Charismiadji sudah tidak diragukan kualitasnya,” ucap Nahdiana.
Tapi yang paling menggembirakan, menurut Nahdiana, ini adalah gerakan bersama yang tidak membebani pihak manapun baik dari segi anggaran, waktu dan tenaga. Pelaksanaannya dilakukan secara daring dan sangat fleksibel.
Sementara itu, Direktur Eksekutif CERDAS yang juga penggagas Gerakan Guru Cerdas, Indra Charismiadji. Katanya, sangatlah berbahaya jika PTM terbatas pada Juli 2021 hanya bergantung pada program vaksinasi bagi pendidik dan tenaga kependidikan.
“Kita wajib optimis kalau vaksin akan bekerja dengan baik, tetapi juga harus siap dengan kemungkinan terburuk. PTM terbatas akan menimbulkan masalah, karena pendidik dituntut untuk mengajar dengan 2 model secara bersamaan yaitu daring dan luring,” ucapnya.
Padahal, lanjut Indra, untuk satu model daring saja para guru sudah kewalahan. Untuk itu, guru harus dibekali paedagogi digital dan dibimbing agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan paradigma baru,” ujarnya.
Selama pembelajaran jarak jauh (PJJ), lanjut Indra, pihaknya sudah berhasil mentransformasi banyak sekolah untuk mengimplementasikan pembelajaran dengan paradigma baru. Sehingga ‘learning loss’ yang sering disebut menteri pendidikan dan kebudayaan (mendikbud) dapat diubah menjadi ‘learning gain’.
“Buktinya sudah banyak, bisa dilihat di channel YouTube Pendidikan Vox Point. Tinggal sekarang bagaimana menduplikasikan secara terstruktur, masif dan sistematis oleh satu provinsi yang kebetulan tidak ada kendala dengan jaringan,” ujarnya.
Jika Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak mengambil inisiatif semacam ini, Indra menyatakan, pihaknya yang akan proaktif melakukan perubahan. “Jika di DKI gerakan ini sukses, maka hal serupa bisa diimplementasikan di daerah-daerah lain,” katanya.
Ditambahkan, pelatihan akan dilakukan selama 3 bulan guna mengubah mindset dan kebiasaan para guru, yaitu mulai April hingga pertengahan Agustus 2021. Para guru akan dibagi menjadi 6 kelompok (batch) berdasarkan tingkat sekolah, yaitu KB-TK, SD kelas 1-3, SD kelas 4-6, SMP, SMA dan SMK.
Gerakan ini merupakan gerakan bersama yang sama sekali tidak menggunakan APBN, APBD maupun dana sekolah atau guru. Bahkan, tidak ada pungutan sama sekali.
Semuanya dilaksanakan secara pro bono, hanya didukung para donatur serta relawan yang peduli dengan peningkatan mutu pendidikan guna menghindari terjadinya ‘lost generation’ akibat pengelolaan pendidikan yang semrawut selama pandemi.
Pendaftaran untuk mengikuti kegiatan Gerakan Guru Cerdas terbuka bagi peserta dari sekolah/madrasah di DKI Jakarta, tidak ada batasan kuota, tidak ada batasan usia, tidak harus memiliki NUPTK dan tidak ada perbedaan status kepegawaian.
Gerakan itu juga membuka kesempatan bagi para relawan untuk membantu kegiatan maupun donatur dalam bentuk dana juga perangkat/gawai, baik untuk pelatih, peserta maupun siswa. (Tri Wahyuni)