Suara Karya

Perum Bulog Ikut Berperan Perangi Stunting dengan Penyediaan Beras Sehat

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (suarakarya.co.id/Pramuji)

Semangat Pemerintah untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul melalui strategi percepatan pencegahan stunting (anak kerdil) dan program percepatan perbaikan gizi masyarakat, didukung penuh oleh Perum Bulog. Melalui penyediaan pangan sehat dan bermutu tinggi, Bulog telah menyediakan beras berfortifikasi sebagai inovasi beras sehat (healthy rice).

Dengan SDM unggul, diyakini akan mampu menjadi motor penggerak pembangunan di masa mendatang yang produktif. Dengan demikian, diharapkan bonus demografi Indonesia dapat menjadi aset bangsa yang produktif dan bukan menjadi beban karena stunting.

Diketahui, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita yang disebabkan kekurangan gizi kronis dalam waktu cukup lama. Dari hasil Riskesdas 2018, terlihat tantangan percepatan pencegahan stunting masih cukup besar antara lain prevalensi (jumlah orang dalam populasi yang mengalami penyakit) balita stunting adalah 30,8% dan baduta stunting adalah 29,9%.

Percepatan penurunan stunting dapat dilakukan dengan mengatasi masalah yang diderita ibu hamil dan balita serta menurunkan proporsi anemia pada ibu hamil yang berdampak dalam peningkatan risiko kematian ibu, penurunan gairah belajar dan kecerdasan serta produktifitas kerja Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2001.

Menindaklanjuti Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting periode tahun 2018-2024, bahwa prioritas intevensi melalui intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitive. Terkait dengan tugas Bulog dilakukan dengan mendukung program pemerintah dalam intervensi gizi sensitive melalui peningkatan akses pangan bergizi pada program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) untuk keluarga kurang mampu dan memberikan akses pada fortifikasi bahan pangan utama.

Wujud nyata dukungan Bulog dalam intervensi gizi sensitif untuk percepatan pencegahan stunting, adalah dengan merilis beras fortifikasi yaitu beras sehat yang telah diperkaya dengan vitamin dan mineral yang terdiri dari vitamin A, vitamin B1, vitamin B3, vitamin B6, vitamin B9 (Asam Folat), vitamin B12, Zat Besi (Iron), dan Zink. Pelaksanaan penyediaan beras berfortifikasi ini bekerjasama dengan salah satu perusahan penyedia kernel fortifikan.

Dirut Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas) mengatakan, beras tersebut nantinya bisa disalurkan juga untuk masyarakat miskin yang mendapat Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

“Beras terfortifikasi ini nanti bisa kita salurkan untuk masyarakat penerima BPNT.  Dengan demikian kita ingin tidak ada yang bisa mencederai Bulog dengan mengatakan beras kita jelek dan berkutu,” kata Buwas, di Jakarta, Jumat (20/9/2019).

Beras Fortivit kemasan 1Kg (suarakarya.co.id/Dok: Humas Bulog)

Dia mengatakan, cara memasak Fortivit tidak perlu dicuci, karena sudah steril dan bersih. Apalagi kemasannya divakum, jadi kalau mau masak bisa langsung dimasukkan ke rice cooker atau dandang. “Fortivit sudah mendapat jaminan dari Kementerian Kesehatan melalui BPPOM,” kata dia.

Sesuai perintah Presiden Jokowi lanjut Buwas, pihaknya harus menyediakan beras untuk penerima BPNT. Karena itu, ke depan tiap gudang Bulog di daerah akan menyediakan fasilitas rice to rice. Artinya, beras yang keluar gudang Bulog sudah bersih dan tidak ada kutunya, semuanya sudah dalam kemasan.

Menurutnya, ini sudah komitmen bersama. Bulog tidak ingin lagi dikatakan memproduksi beras berkutu. Hari ini saya katakan masyarakat tidak mampu akan menerima beras yang baik dan bervitamin.

Untuk diketahui, berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 48 tahun 2016 tentang Penugasan Pemerintah kepada Perum Bulog Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional mengamanahkan agar Bulog menjaga Cadangan Beras Pemerintah (CPB) dan menyalurkan beras kepada masyarakat berpendapatan rendah.

Atas penugasan tersebut, penyediaan dan penyaluran beras fortifikasi kepada masyarakat berpendapatan rendah diharapkan dapat semakin berdaya ungkit untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat mengingat beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia sehingga vitamin dan mineral yang ditambahkan juga lebih bisa dipastikan terasup.

Secara teknis, memproduksi beras fortifikasi bukan hal baru bagi Bulog. Pada tahun 2014, Bulog dilibatkan dalam pengembangan pilot project “Fortifikasi Beras Bagi Keluarga Miskin”, melalui kerja sama pemerintah dengan Asian development Bank (ADB) menggunakan dana hibah Japan Fund for Poverty Reduction (JFPR).

Selain itu, Perum Bulog juga terlibat aktif dalam kerja sama tersebut khususnya dalam bidang produksi dan distribusi Raskin fortifikasi. Pada saat itu, kandungan vitamin dan mineral yang ditambahkan dalam beras Raskin sebagai upaya untuk mengurangi dampak anemia bagi masyarakat berpendapatan rendah terutama bagi ibu hamil, menyusui dan anak balita.

Hasil acceptance trial terhadap beras fortifikasi oleh SEAFAST Center, Institut Pertanian Bogor menunjukkan bahwa beras fortifikasi dapat diterima dengan baik oleh konsumen karena tidak merubah warna, rasa, dan bau dari beras biasanya. Komposisi dan level fortifikasi dalam 100 gram Raskin tahun 2014 mencakup Zat Besi (8 mg), Asam Folat (20 µg), Vitamin B1 (0,64 mg), Vitamin B12 (1,0 µg), Niasin (6 mg) dan Zinc (3 mg).

Pengalaman global membuktikan, fortifikasi beras telah dilakukan dan efektif dalam mengatasi masalah gizi antara lain:

1. India,

* a. beras fortifikasi diberikan kepada anak sekolah 6-13 bulan, selama 7 bulan dapat menurunkan prevalensi Anemia Gizi Besi (AGB) dari 78% ke 28%, (Morreti D et al, 2006);
* b. beras fortifikasi diberikan kepada anak sekolah 5-11 bulan, selama 7 bulan dapat menurunkan prevalensi Anemia Gizi Besi (AGB) dari 33% ke 14%. (Radihika MS et al, 2011);
* c. melalui program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada anak sekolah menggunakan beras fortifikasi di Kabupaten Gajapati selama sekitar 3 tahun dapat menurunkan prevalensi anemia di Gajapati dan tingkat kehadiran siswa sekolah juga meningkat menjadi 69.8% (A case for fortified rice, World Food Programme, 2017);

2. Mexico, beras fortifikasi diberikan kepada Ibu-ibu (18-49 tahun) selama 6 bulan dapat menurunkan prevalensi AGB dari 33% ke 23 %, (Hotz c et al, 2008);

3. Brasil, beras fortifikasi diberikan pada anak umur 5 bulan – 2 tahun selama 5 bulan dapat menurunkan prevalensi AGB dari 69% ke 25 %, (Beinner MA et al , 2010);

4. Filipina, beras fortifikasi diberikan kepada anak sekolah 6-9 tahun selama 6 bulan dapat menurunkan prevalensi anemia sebesar 72-77%, (Angeles-Agdepp et al, 2008);

5. Costa Rica, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mengeluarkan kebijakan fortifikasi beras pada tahun 2001, dari hasil survei nasional pada tahun 2008-2009 menunjukkan status gizi masyarakat meningkat dan prevalensi anemia pada anak-anak dan Wanita Usia Subur turun secara signifikan baik di wilayah metropolitan, perkotaan, maupun pedesaan (Scaling up rice fortification in Asia, 2015);

6. Indonesia, selain di Karawang, juga telah dilakukan studi klinis di Pondok Pesantren di Medan, Sumatera utara, beras fortifikasi diberikan kepada remaja perempuan, selama 15 minggu kadar Ferritin dan Asam Folat meningkat (Production and Clinical Impact Study of Micronutrients Fortified Rice for Teen Girls in Islamic Boarding School in Medan Indonesia, Pergizi Pangan Indonesia in Collaboration with GIZ, 2017)

Bagi Bulog yang memiliki tugas dalam menjaga jumlah stok beras tertentu sebagai Cadangan Beras Pemerintah dengan jumlah 1 – 1,5 juta ton yang harus tersedia setiap saat, akan memudahkan dalam menjalankan penugasan Pemerintah untuk penyedian beras fortifikasi di seluruh Indonesia dengan tambahan vitamin dan mineral sesuai dengan kebutuhan sasaran tugas publik pemerintah.

Dengan demikian strategi nasional dalam rangka mencegah stunting dan menciptakan SDM unggul dalam Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional dapat dilaksanakan dalam satu program yang terintegrasi dengan penugasan kepada Bulog untuk menjaga CBP dan menyalurkannya kepada masyarakat berpendapatan rendah.

Dalam pengembangan pangan sehat berfortifikasi baik beras maupun pangan lainnya; Perum Bulog siap bekerjasama dengan semua pihak. Bulog siap bekerjasama dengan Pemerintah Daerah yang memiliki tujuan yang sama untuk penyediaan tambahan gizi bagi masyarakatnya. Bulog siap dengan konsumen di setiap lini untuk penyediaan pangan sehat berfortifikasi (tambahan vitamin dan mineral). (*)

Related posts