
JAKARTA (Suara Karya): Politeknik Negeri Kupang (PNK) kini memiliki guru besar bidang teknik mesin sistem energi lingkungan, Prof Adrianus Amheka. Ia dikukuhkan lewat Rapat Senat Terbuka Luar Biasa PNK, di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (28/11/20).
Direktur PNK, Nonce Farida Tuati dalam sambutannya mengatakan, keberhasilan Prof Andrianus Amheka merupakan kebanggaan sekaligus tantangan bagi jajaran dosen di lingkungan kampus vokasi tersebut.
“Syarat menjadi guru besar itu terbilang berat dan sulit. Butuh komitmen serta semangat pantang menyerah. Kami harap keberhasilan ini menjadi jalan bagi dosen lain untuk meraih prestasi serupa,” ujarnya.
Nonce menyebut, jumlah guru besar di lingkup kampus politeknik negeri seluruh Indonesia masih minim. Baru ada 17 profesor, dan satu diantaranya berasal dari PNK. “Prestasi ini mendorong kami untuk terus mengembangkan sumber daya manusia (SDM) kampus agar menjadi lebih unggul di masa depan,” ujarnya.
Upaya itu, lanjut Nonce, salah satunya lewat kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi baik di dalam maupun luar negeri. Salah satunya ditempuh lewat tugas belajar untuk beberapa dosen PNK ke universitas di Taiwan.
Ia berharap pada pemerintah daerah dapat memanfaatkan SDM kampus PNK sudah mumpuni untuk pembangunan daerah. Karena perguruan tinggi tak boleh menjadi menara gading, tetapi harus memberi manfaat bagi masyarakat
Sementara itu, Prof Adrianus Amheka dalam orasinya menegaskan, gelar profesor tersebut bukan miliknya sebagai personal, tetapi milik civitas akademika PNK. Hal itu diharapkan mendorong dosen lain untuk melakukan upaya serupa. Karena pada akhirnya semua itu akan memberi kontribusi signifikan bagi kesejahteraan masyarakat.
Prof Adrianus memberi rekomendasi terkait pemanfaatan energi bagi struktur ekonomi dan tren kebijakan yang mengintegrasikan sistem energi dan lingkungan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya Kota Kupang.
“Masih ada ruang untuk menerapkan kebijakan implementasi pengelolaan energi bersih atau EBT untuk mendukung pembangunan daerah rendah karbon yang berkelanjutan,” tuturnya.
Dirjen Pendidikan Tinggi Vokasi Wikan Sakarinto pada kesempatan sama mendorong jajaran dosen di lembaga pendidikan vokasi untuk terus terpacu mencapai gelar profesor. Capaian riset terapan tersebut diharapkan bisa menghasilkan produk Indonesia yg mendunia.
“Guru besar terapan akan lebih menghasilkan ekostem riset terapan dan ekosistem pembelajaran yang lebih memastikan lulusan kompeten, tak hanya hardskills saja tetapi softskills yang kuat. Ajak industri untuk memasarkan hasil penelitian,” kata Wikan.
Ditambahkan, jika hasil riset terapan berhenti sampai publikasi saja atau tanpa hilirisasi produk riset ke pasar, maka upaya yang dilakukan perguruan tinggi tidak memberi kemanfaatan. Penting sekali hasil riset terarapn untuk diimplementasikan.
“Kita sudah terbiasa melakukan impor. Ini seharusnya bukan Indonesia di masa depan. Produk Samsung dari Korea. Tayangan Ipin Upin juga impor dari Malaysia. Daya kreasi kita harus bisa dibuat dan disebarluaskan baik di dalam maupun luar negeri,” ujarnya.
Wikan meminta civitas akademikan pendidikan vokasi untuk bergerak bersama guna mencapai sumber daya manusia yang kompeten serta produk riset terapan yang menjadi andalan Indonesia,” katanya. (Tri Wahyuni)