JAKARTA (Suara Karya): Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo mengatakan, potensi kekayaan laut Indonesia seperti sektor kelautan dan kemaritiman, belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor kelautan dan perikanan yang baru menyumbang sekitar 3,7% terhadap Produk Domestik Bruto.
Angka tersebut masih dikatagorikan rendah jika dibandingkan dengan negara lain yang memiliki laut lebih kecil seperti Jepang, Korea Selatan, maupun Vietnam, yang memiliki kontribuasi sektor kelautan antara 48% sampai dengan 57% terhadap GDP.
“Laut kita menyimpan 37% spesies sumber daya hayati dunia, 17,75% terumbu karang dunia, 30% hutan bakau, dan padang lamun. Dengan potensi kekayaan laut seperti itu, sektor kelautan dan kemaritiman seharusnya bisa menjadi pendorong perekonomian dan menjaga ketahanan pangan secara nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia”, kata Pontjo dalam FGD virtual Teknologi Kelautan dan Kemaritiman, Jumat (27/11/2020).
Lebih lanjut Pontjo menjelaskan, bahwa laut Indonesia juga menyimpan sejumlah energi terbarukan seperti panas air laut, gelombang laut, arus laut, serta sumber daya energi tidak terbarukan seperti minyak dan gas bumi.
Diperkirakan, potensi ini bisa mencapai US$ 1.338 miliar atau Rp19,6 triliun per tahun (KKP, 2020).
Adapun faktor penyebab belum optimalnya pengelolaan laut dan belum berkembangnya ekonomi kelautan yang berkelanjutan, antara lain:
1. Kendala kultural yang tercermin dari rendahnya perhatian masyarakat terhadap dunia kelautan/kemaritiman.
2. Pembangunan kelautan kurang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).
3. Tidak menerapkan pendekatan supply chain system secara terpadu, kurang inklusif dan tidak ramah lingkungan.
4.Masih kecilnya jumlah pelaku usaha di sektor kelautan dan kemaritiman. (Agus Sunarto)