JAKARTA (Suara Karya): Presiden Joko Widodo membuka Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2020 yang digelar secara daring pada Sabtu (31/10/20) malam. Perhelatan tersebut menjadi bukti pelaku seni tak menyerah meski merasa sulit karena pandemi corona virus disease (covid-19).
“Di masa sulit seperti ini, budayawan dan pelaku seni harus terus berkreasi dan bergerak maju membangun memori di masa depan yang lebih baik,” kata Presiden saat membuka PKN 2020 secara virtual dari Istana Negara, Sabtu (31/10/20) malam.
Presiden Joko Widodo menilai sikap optimis dan pantang menyerah bangsa Indonesia itu terbentuk oleh tantangan alam dengan kondisi geografis beribu pulau. Selama berabad-abad nenek moyang bangsa Indonesia melampaui tantangan tersebut, menjaga harmoni dengan alam serta membangun kebudayaan dan nilai-nilai keutamaan diatasnya.
“Kami minta teruslah berkarya, namun tetap mematuhi protokol kesehatan. Gali kearifan lokal dan hargai bumi dengan sehormat-hormatnya,” kata Presiden menutup pidatonya.
Dalam pembukaan Pekan Kebudayaan Nasional yang bertajuk Napas Bumi itu tampil pula Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim. Ia membacakan Prolog Napas Bumi, sementara Dirjen Kebudayaan Kemdikbud Hilmar Farid membacakan puisi dengan iringan lagu oleh penyanyi cilik, Naura.
Sebagai informasi, Napas Bumi adalah pertunjukan kolosal yang menampilkan kolaborasi tarian nusantara, hasil karya seniman dan budayawan Nusantara. Napas Bumi menyisipkan pesan kearifan budaya Indonesia untuk mengalahkan tantangan kehidupan.
Indonesia memiliki tradisi yang bisa menjadi benteng ketahanan dan kekuatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pagelaran Napas Bumi yang digawangi oleh Rama Soeprapto sebagai penata artistik.
Perhelatan Nafas Bumi juga budaya lintas generasi yang melibatkan maestro seni seperti Ananda Sukarlan, Rianto Manali, Eko Supriyanto, Danu Kusuma Wardhana hingga Naura yang mewakili generasi milenial.
Napas Bumi menghadirkan kekayaan seni tradisi seperti Ritual Nyangahatn dari Kalimantan Barat, Dana Sarah dari Jambi, Tari dan Musik Hu dari Aceh, Tari Ritual Patung Kayu Sigele-gele dari Toba, Joged Lambak dan Pucuk Pisang serta penampilan spesial tari bersama yang dipandu Mbah Minto dan Ayu Laksmi.
Ananda Sukarlan tampil dengan garapan musik piano yang digubah dari dasar Naskah Proklamasi dengan tema “Kemerdekaan Untuk Semua Insan”.
Keseluruhan pembukaan PKN 2020 dapat disaksikan melalui https://pkn.id pada hari Sabtu (31/10/20) pukul 19.00- 21.00 WIB maupun di TVRI pada waktu yang sama.
PKN 2020 menjadi sebuah perhelatan kebudayaan tradisi melalui daring yang terbesar di dunia. Karena melibatkan 4791 seniman dan pekerja seni, 27 tema konferensi, 93 pergelaran, 1477 karya seni rupa yang dipamerkan secara virtual dalam lima kategori pameran.
Tema yang diusung PKN 2020 dilatarbelakangi oleh situasi pandemi. Hal itu membawa kita untuk kembali mengingat kekayaan budaya nusantara. Protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah dan organisasi kesehatan dunia WHO memiliki banyak kaitan dengan akar tradisi sehat di nusantara.
Tradisi mencuci tangan, tradisi tolak bala, tradisi mengisolasi diri, tradisi bersih desa, semuanya mengajarkan tentang relasi manusia dengan alam. Pengaruhnya kemudian pada kesehatan dan kekuatan tubuh manusia dan lingkungan sosialnya.
Relasi itu pula yang melahirkan macam-macam pengetahuan tentang bagaimana mengolah, merawat dan memuliakan alam dengan sang Pencipta. Dari sana lahir ragam pangan dan pengolahan pangan, ragam pakaian dari ilmu simpul-ikat serat-serat tanaman, ragam bangunan dan sarana transportasi hingga ragam ekspresi artistik.
Pekan Kebudayaan Nasional 2020 diharapkan menjadi bentuk interaksi budaya dalam adaptasi baru dengan memberi lebih banyak akses kepada seluruh pemangku kepentingan untuk bersama melakukan upaya pemajuan kebudayaan dan pencapaian strategi kebudayaan nasional. (Tri Wahyuni)