
JAKARTA (Suara Karya): Kuliah di Swiss merupakan impian Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti, Fetty Asmaniati sejak usia muda. Namun siapa sangka, mimpi tersebut bisa terwujud bertahun-tahun kemudian.
“Saya senang sekali impian saya tentang kuliah di Swiss itu bisa terwujud, meski itu dilakukan oleh mahasiswa saya,” kata Fetty dalam acara bertajuk ‘Trisakti Tourism International Gathering’ di Jakarta, Sabtu (11/2/23).
Hadir dalam kesempatan itu, International Marketing Manager I IMI Switzerland, Henrik Kavander.
Lebih dari 100 alumni, mahasiswa dan calon mahasiswa program internasional STP Trisakti beserta keluarga kumpul bareng. Mereka saling berbagi pengalaman tentang pelaksanaan program double degree yang dijalankan mahasiswa STP Trisakti selama 1-2 tahun di kampus luar negeri.
Perguruan tinggi asing yang menjalin kerja sama dengan STP Trisakti, yaitu IMI Switzerland, Burapha University Thailand, Dong A University Korea Selatan, Guilin Tourism University (GTU), China dan UCSI University Malaysia.
Fetty menjelaskan, kerja sama dengan perguruan tinggi dilakukan untuk meningkatkan kualitas lulusan STP Trisakti, agar memiliki kompetensi dan pola pikir global. Jika tidak ingin bekerja di perusahaan, bisa mengembangkan bisnisnya sendiri.
“Banyak juga lulusan STP Trisakti membuka bisnis sendiri setelah lulus. Upaya itu harus apresiasi karena telah membuka banyak lapangan pekerjaan,” tutur Fetty.
Ia mengaku senang karena program internasional menarik minat mahasiswa baru. Apalagi memilih IMI Switzerland sebagai pilihan kampus di akhir masa perkuliahan. Karena kampus itu memiliki reputasi yang baik sebagai salah perguruan tinggi pariwisata terbaik dunia.
“Mahasiswa yang kuliah di Swiss, saya yang paling merasa senang. Karena apa yang mahasiswa lakukan itu berpijak dari mimpi saya,” ucap Fetty menegaskan.
Karena itu, lanjut Fetty, pihaknya akan memberi pelayanan terbaik kepada mahasiswa program internasional. Karena tidak mudah bisa kuliah di luar negeri. Termasuk pengurusan magang hingga kesempatan kerja 1 tahun setelah lulus.
Program international student telah digagas STP Trisakti sejak 2008 lalu. Program tersebut terus berkembang hingga kini memiliki alumni lebih dari 100 orang. Peminat program tersebut makin tinggi setelah banyak negara membuka gerbangnya, pascapandemi covid-19.
“Banyak pilihan kampus luar negeri, bisa memilih lanjut ke Korea, China, Malaysia atau Thailand. Tetapi jika ingin merasakan pendidikan dengan kualitas Eropa bisa lanjut ke IMI,” ucap Fetty menandaskan.
Henrik Kavander dalam diskusi yang dipandu moderator oleh Kepala Departemen S1 Pariwisata, Amrullah itu mengaku bangga bisa berkolaborasi dengan STP Trisakti. Apalagi perguruan tinggi yang memiliki pengalaman dalam bidang pariwisata itu memiliki beragam program yang bisa dikembangkan bersama.
“IMI Switzerland saat ini masuk top-ranking hospitality school in The QS World Rangking. Ini bisa jadi modal bagi STP Trisakti untuk membuat joint research demi kemajuan pendidikan bersama,” tuturnya.
Disebutkan alumni IMI Switzerland lebih dari 6 ribu orang dengan karir cemerlang di seluruh dunia. “Kami juga punya program magang yang bisa dimanfaatkan mahasiswa STP Trisakti. Ada lebih dari 20 perusahaan kelas dunia yang menjalin kerja sama dengan IMI,” kata Kavander menegaskan.
Profesionalisme IMI Switzerland diakui Ari Purnomo, orangtua dari Arbi, mahasiswa program internasional STP Trisakti angkatan 2018. Rencana kuliah di Swiss sempat terkendala pada 2021 karena pandemi covid-19.
“Waktu pandemi sedang parah-parahnya. Semua temannya batal berangkat, tinggal Arbi yang galau. Saya motivasi dia untuk tidak ragu. Dibantu kampus mengurus dokumen, akhirnya Arbi ‘nekat’ berangkat sendiri. Sampai di Swiss, pihak IMI pun serius dalam memberi pelayanan,” ujarnya.
Termasuk kesempatan kerja di berbagai negara di dunia bagi Arbi yang saat ini sedang bekerja di salah satu hotel di USA setelah lulus selama satu tahun. “Melihat peluang kerja di luar negeri, Arbi sempat berpikir untuk menetap di Eropa,” kata Ari Purnomo.
Hal senada dikemukakan alumni program internasional STP Trisakti Kevin Kowara angkatan 2009 dan Annisa, angkatan 2018. Kevin mengaku banyak pengalaman yang diperoleh ketika bekerja diindustri perhotelan membuatnya mantap membuka usaha coffee shop dan telah 3 cabang dibuka. Sedangkan Annisa memilih membuka restoran Duke and Duchessdi di kota asalnya, Bogor. (Tri Wahyuni)