
JAKARTA (Suara Karya): Program Kampus Mengajar yang digagas Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) disambut antusias mahasiswa. Pada akhir pendaftaran, Minggu (21/2/2021) tercatat ada 25.539 mahasiswa yang melamar.
“Tak menyangka jumlah pendaftar Kampus Mengajar bisa melebihi target 15 ribu mahasiswa,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemdikbud, Paristiyanti Nurwardani saat ditanya pelaksanaan seleksi program Kampus Mengajar, Minggu (21/2/21).
Paristiyani mengaku sebelumnya sempat pesimis jumlah peserta program Kampus Mengajar tak memenuhi target. Pasalnya, sekolah dasar (SD) berakreditasi C atau tanpa akreditasi, yang menjadi tempat mengajar mahasisea terbilang minim di Pulau Jawa. Sementara hampir 70 persen perguruan tinggi berada di Pulau Jawa.
“Setelah melihat perkembangan data pendaftar di website Kemdikbud dalam beberapa hari terakhir ini, rasa pesimis itu perlahan hilang. Jumlah pendaftar terus meningkat, bahkan melebihi kuota yanh ditetapkan untuk 15 ribu mahasiswa,” ujarnya.
Dalam sebuah kegiatan di Cirebon, pada Jumat (19/2/21), Paristiyanti menjelaskan, 15 ribu mahasiswa yang terpilih akan membimbing siswa di 22 ribu sekolah dasar (SD) di seluruh Indonesia, yang masih terakreditasi C maupun belum terakreditasi.
Lewat program Kampus Mengajar ini, Paristiyanti berharap mahasiswa dapat menjadi inspirasi bagi para siswa SD tentang profesi atau karir di masa depan. Sehingga siswa terbuka wawasannya, setelah lelah menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama pandemi.
Mahasiswa juga diminta ikut membantu guru dalam pembelajaran luring atau tatap muka pada Juni 2021 mendatang. Karena menurut jadwal, seluruh satuan pendidikan akan mendapat vaksinasi pada April 2021. Dan pada Juni 2021, pembelajaran tatap muka akan dilakukan.
“Mahasiswa sebelum terjun ke sekolah akan mendapat pelatihan tentang program Kampus Mengajar. Sehingga bisa lebih siap. Mereka juga tidak akan dilepas begitu saja. Ada dosen pembimbing yang akan mengawasi kegiatan mahasiswa, karena program ini memiliki bobot 12 SKS (Satuan Kredit Semester),” katanya.
Peserta Program Kampus Mengajar, lanjut Paristiyanti, akan melaporkan kegiatan harian secara online. Kemajuan apa yang didapatkan selama kegiatan. Sehingga program dapat berjalan sesuai harapan. “Kami buat sistem teknologi informasi yang dapat memantau kegiatan mahasiswa secara online,” katanya.
Ditanya jika daerah tersebut tidak tersedia fasilitas internet, Paris mengatakan, mahasiswa tetap harus menulis buku laporan, meski dilakukan seminggu sekali. “Akhir pekan, saat sekolah libur bisa dimanfaatkan mahasiswa untuk membuat laporan. Tidak boleh ditunda-tunda,” ucapnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, syarat menjadi peserta Kampus Memgajar adalah mahasiswa semester 5, tercatat dalam Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD Dikti), memiliki IPK 3.0, memiliki pengalaman mengajar dan berorganisasi serta bukan bagian dari program Kampus Perintis.
Peserta diberi uang bulanan Rp700 ribu per bulan dengan jangka waktu pelaksanaan program selama 3 bulan. Ia juga bantuan uang kuliah untuk 1 semester sebesar Rp2,4 juta, yang akan disetor langsung ke kampus.
Paristiyanti menambahkan, meski pendaftaran sudah ditutup hari ini, namun khusus Provinsi Papua, Maluku, dan daerah 3T, pendaftaran diperpanjang hingga Jumat pekan depan. Dengan demikian, mahasiswa yang berlokasi di Papua, Maluku, dan daerah 3T masih memiliki kesempatan.
Jika target itu tidak tercapai, Paristiyanti memiliki sejumlah opsi. Salah satunya mengeluarkan surat ke kampus yang ada di wilayah tersebut untuk memilihkan mahasiswanya yang sesuai dengan kriteria dalam Kampus Mengajar.
“Jadi kampus yang akan menunjuk mahasiswa, tentu saja yang memenuhi kriteria. Semoga kebutuhan mahasiswa di wilayah Papua, Maluku dan 3 T bisa tercapai,” kata Paristiyanti menandaskan. (Tri Wahyuni)