
JAKARTA (Suara Karya): Program Studi Doktor Institut Pariwisata (IP) Trisakti yang resmi dibuka pada 2020 lalu akhirnya melahirkan lulusan. Lulusan perdana itu disemat Arief Faizal Rachman (47).
Disertasinya membahas destinasi wisata berbasis kopi kultur di kawasan Priangan, Provinsi Jawa Barat. Kopi yang dulu dianggap sebagai komoditi, kini naik kelas menjadi bagian dari pariwisata dan gaya hidup.
“Daerah penelitian saya, kebun kopi di pegunungan di Malabar selama ini dikenal sebagai wisata alam. Tetapi, berkat kopi menjadi daerah wisata yang mampu menarik orang ke sana,” ujar Arief usai sidang terbuka program doktornya, di kampus IP Trisakti Tanah Kusir, Jakarta, Kamis (15/6/23).
Sidang dipimpin oleh Ketua Program Studi Doktor IP Trisakti, Prof. Dr. Sundring Pantja Djati, M.Si, MA dan didampingi Rektor IP Trisakti, Fetty Asmaniati.
Arief menilai, pengembangan kopi memerlukan campur tangan dari berbagai pihak, salah satunya perguruan tinggi. Sumber daya manusia (SDM) perguruan tinggi akan melakukan pendampingan dalam ilmu dan teknologi.
“Selain pendampingan dalam ilmu pertanian, perguruan tinggi juga dapat membantu petani dalam segi produksi, membuat kemasan yang bagus serta membantu dalam pemasaran,” kata peraih gelar doktor dengan predikat cum laude tersebut.
Ditambahkan, dari sisi pertanian bukan hanya menanam, tetapi juga bisa membantu dalam pengadaan alat pengolahan kopi. Yang dulu kopi dijemur oleh petani secara manual, sekarang sudah bisa menggunakan mesin dengan beragam pilihan harga.
“Dulu, alat pengolahan kopi kebanyakan impor. Sekarang, industri kita sudah bisa bikin dengan harga yang lebih murah. Bantuan ini kita sebut agroteknis perkopian,” tutur Arief yang sehari-hari berprofesi sebagai dosen tersebut.
Dalam salah satu kesimpulan disertasinya Arief mengatakan, model struktur sosial kopi kultur di kawasan Priangan, Jawa Barat memiliki beberapa tahapan. Dimulai sejak 1711, dibawah dikelola Belanda.
Pada pascakemerdekaan setelah 1945, produksi kopi sudah dikelola petani pribumi, yang tadinya hanya sebagai buruh tani kebun kopi milik Belanda. Komoditi kopi Indonesia itu dikenal global dengan sebutan Java Coffee.
Kopi sebagai daya tarik pariwisata pada akhirnya membentuk pola perjalanan, mulai dari transportasi, penginapan, tempat wisata lewat agrowisata, pemandu wisata yang akan menjelaskan sejarah kopi di wilayah tersebut hingga pendirian toko oleh-oleh untuk dibawa pulang.
“Banyak makanan, cemilan dan minuman yang bisa dibuat dari kopi. Semua itu melibatkan banyak orang dan memberi kesejahteran bagi orang-orang di sekitar,” tutur Arief.
Di kota, kopi telah menjadi bagian dari gaya hidup. Karena setiap acara, meski bersifat individu kini digelar di coffee shop, tak lagi di rumah. Sehingga tak heran banyak bermunculan coffee shop baru, baik jaringan besar hingga perorangan di garasi rumah.
“Anak mudanya pun mengerjakan tugas sekolah atau kampus di kedai kopi dari yang paling murah hingga paling mahal. Kopi telah membuat interaksi sosial, bisnis, ekonomi,” katanya.
Rektor IP Trisakti, Fetty Asmaniati usai acara mengaku bangga karena program studi doktor telah melahirkan lulusan. “Saudara Arief Faizal menjadi lulusan perdana Program Doktor Pariwisata IP Trisakti,” ujarnya.
Ketua Program Studi Doktor IP Trisakti, Prof Dr Sundring Pantja Djati mengaku lega karena proses sidang terbuka perdana itu berlangsung sukses. Apalagi 8 penguji hadir baik secara luring maupun daring.
“Ada tiga penguji yang kami datangkan dari kampus luar, guna memperluas wawasan kami,” kata Prof Djati.
Ia menyebut masih ada 8 mahasiswa program doktor yang akan menjalani sidang terbuka dalam tiga bulan kedepan.
Ujian terbuka tersebut diakhiri dengan pengumuman predikat kelulusan dan penyerahan Surat Keterangan Kelulusan oleh Ketua Sidang Ujian Terbuka. (Tri Wahyuni)