Program WCP Dorong Dosen Percepat Publikasi Internasional

0

JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) kembali menggelar program World Class Professor (WCP). Program itu dilakukan guna mendorong dosen untuk meningkatkan publikasi ilmiah di jurnal internasional.

“Tahun ini program WCP diikuti 115 profesor. Tidak semua orang asing. Ada 12 profesor asal Indonesia yang bekerja di kampus asing,” kata Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti, Kemristekdikti, Ali Ghufron Mukti usai membuka Annual Seminar WCP, di Jakarta, Kamis (15/11/2018).

Isu masuknya professor asing ini sempat menjadi polemik di kalangan akademisi Tanah Air. Ali Ghufron menegaskan, program WCP tak dimaksudkan untuk menyaingi dosen Indonesia. Program itu justru akan memperkuat kolaborasi antara dosen dalam negeri dengan professor kelas dunia.

Dijelaskan, program WCP terbagi dalam 2 skema. Skema A terdiri atas 8 perguruan tinggi negeri (PTN) yaitu Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi 11 November Surabaya, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universitas Syiahkuala dan 1 perguruan tinggi swasta (PTS) yaitu Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

“Skema B mencakup 21 perguruan tinggi, dengan rincian 15 PTN dan 6 PTS,” katanya.

Untuk profesor asing, lanjut Ali Ghufron, jumlahnya ada 103 orang dari 23 negara. Jumlah itu melebihi target yang direncanakan untuk 70 orang. “Dari 103 profesor asing yang ikut, sebanyak 67 profesor masuk skema A dan 48 orang sisanya pada skema B,” ucapnya.

Ditambahkan, program WCP diikuti profesor kelas dunia, dengan kriteria publikasi ilmiah memenuhi h-index scopus lebih dari 10. Profesor dengan kriteria seperti itu masuk dalam skema B. Sementara skema A adalah profesor yang memiliki h-index scopus lebih dari 20.

“Kegiatan penelitian dalam program WCP sebenarnya telah dimulai sejak Mei 2018 lalu. Penelitian berlangsung selama 2-4 bulan. Capaian publikasi saat ini tengah dimonitoring tim pakar WCP sebesar 60 persen,” ujarnya.

Disebutkan, hasil penelitian dengan status published ada dua, revised sebanyak empat, accepted sebanyak satu, under reviewed sebanyak 20 dan submitted sebanyak 35. Targetnya program ini bisa menghasilkan 115 publikasi.

Selain publikasi, lanjut Ali Ghufron, pihaknya juga mendorong peningkatan jumlah pengutipan, inovasi dan hak paten. Karena itu, penting bagi setiap universitas untuk terhubungan dengan industri dan masyarakat.

“Jumlah profesor Indonesia sekarang sudah lumayan banyak. Program ini diharapkan memacu para lektor untuk produktif agar bisa meraih profesor,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Karier dan Kompetensi SDM Kemristekdikti, Bunyamin Maftuh menegaskan, meski hasil dari program ini berupa publikasi, namun program WCP tidak memberi hibah penelitian. Program WCP dikhususkan bagi dosen yang sudah selesai meneliti dan memiliki draft tulisan untuk publikasi di jurnal internasional bereputasi.

“Trend sekarang banyak dosen muda yang sudah bergelar doktor, memiliki semangat tinggi untuk menulis publikasi. Mereka itulah yang kami bantu,” kata Bunyamin menandaskan. (Tri Wahyuni)