JAKARTA (Suara Karya): Perguruan tinggi negeri (PTN) diminta mengakses aplikasi Dasbor IKU (Indikator Kinerja Utama) untuk mengawasi perhitungan capaian kinerja. Perhitungan tersebut jadi dasar pemberian insentif Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN).
“Dasbor IKU membantu PTN mengawasi capaian IKU yang dihitung berdasarkan poin pencapaian target dan pertumbuhan capaian, serta pengurangan poin jika ada temuan audit,” kata Mendikbud Nadiem Anwar Makarim dalam peluncuran Selancar PAK, Dasbor IKU dan Command Center Pendidikan Tinggi yang digelar virtual, Jumat (5/3/2021).
Ditambahkan, pengawasan terhadap capaian IKU menjadi penting karena digunakan sebagai dasar pemberian insentif BOPTN. Dengan demikian, proses perhitungan berlangsung transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Mendikbud menyebutkan 8 Indikator Kinerja Utama (IKU) antara lain, lulusan mendapat pekerjaan yang layak, mahasiswa dapat pengalaman di luar kampus, dosen berkegiatan di luar kampus, praktisi mengajar di dalam kampus dan hasil kerja dosen digunakan masyarakat dan mendapat rekognisi atau pengakuan internasional.
Selain itu, program studi bekerjasama dengan mitra kelas dunia, kelas yang kolaboratif dan partisipatif, serta program studi berstandar internasional. Hal itu tertuang dalam Keputusan Mendikbud Nomor 754/P/2020 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Pendidikan Tinggi.
Dirjen Dikti Kemdikbud, Nizam menambahkan, melalui Dasbor IKU, PTN bisa menilai kinerja instansi yang mereka pimpin dan merencanakan kinerja ke depan. Mulai dari proses sudah bisa dikelola guna mencapai hasil sesuai target yang ditetapkan.
“Harapannya, pengawasan Delapan IKU bisa berjalan sesuai rencana, dikelola dengan baik, dan kalaupun muncul hambatan bisa diminimalisir. Semua itu dilakukan dengan mengakses Dasbor IKU,” ucapnya.
Terobosan ketiga adalah Command Center, layanan data pendidikan tinggi terpadu yang berfungsi membantu memantau keseluruhan aktivitas dan program pendidikan tinggi lewat berbagai aplikasi data.
Aplikasi itu berfungsi mendukung koordinasi, monitoring, evaluasi, serta pengambilan kebijakan dan diseminasi tridarma perguruan tinggi. Selain menjadi wadah berbagai pemangku kepentingan untuk berkoordinasi dan berbagi informasi seputar program dan kebijakan bidang pendidikan tinggi seperti Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM), Kedaireka hingga bantuan pemerintah seperti Bantuan Subsidi Upah (BSU) dan bantuan kota.
Melalui Command Center, Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti), kementerian atau lembaga lain dapat mengakses informasi terkait pengembangan dunia pendidikan tinggi. Lokasi Command Center bertempat di Gedung D Lantai 10, Kompleks Kemendikbud, Senayan, Jakarta.
Nizam menjelaskan, data Command Center berasal dari PDDikti. Nizam berharap, Command Center bisa berfungsi memantau perkembangan, mengelola, dan mengawasi pendidikan tinggi secara real-time.
“Kita bisa memantau berbagai dinamika di perguruan tinggi secara real time/online. Misalkan, jumlah dosen hari ini ada 312.890 dosen, beserta sebarannya di berbagai prodi dan perguruan tinggi,” katanya.
Command Center, lanjut Nizam, juga memantau berbagai program Kampus Merdeka yang tengah berjalan. “Seperti Program Bangkit, yang saat ini diikuti 3.216 peserta. Di sini, kita bisa melihat informasi sebaran dan perguruan tinggi mereka. Contoh lain, ada 8.483.213 mahasiswa dari Sabang sampai Merauke, beserta informasi distribusi prodi dan asal mereka,” kata Nizam menegaskan. (Tri Wahyuni)