MATARAM (Suara Karya): Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun ini meningkatkan jumlah penerima bantuan perangkat TIK dari 164 sekolah menjadi 518 sekolah. Bantuan diberikan ke sekolah di kawasan 3T (terluar, terdepan dan terpencil).
“Agar hasilnya optimal, bantuan TIK ini juga disertai bimbingan teknis (bimtek). Jadi alatnya bisa langsung dipakai untuk pembelajaran saat tiba di sekolah,” kata Kasub Bidang Aplikasi dan Pengendalian, Pustekkom, Hendriawan Widiatmoko disela pelaksanaan bimtek bagi 47 sekolah penerima bantuan TIK, di kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (24/10/2018).
Hendriawan menjelaskan, bantuan TIK untuk sekolah merupakan bagian dari kerja sama Kemdikbud dan Kementerian Komunikasi dan Informatika yang sebelumnya telah menyediakan jaringan internet untuk sekolah di wilayah 3T denvan menggunakan USO (universal service obligation).
“Kemkominfo yang menyediakan teknologi USO, Kemdikbud memberi perangkat TIK-nya. Diharapkan sekolah di kawasan 3T memiliki kualitas pendidikan yang setara dengan sekolah di perkotaan,” ujarnya.
Perangkat TIK yang diberikan berupa 4 buah laptop dengan kapasitas yang besar karena berisi konten pembelajaran yang bisa diakses secara offline, server mini, access point dan LCD proyektor. Fasilitas internet dibiarkan hidup selama 24 jam agar bisa dimanfaatkan siswa atau warga lewat smartphone berbasis android.
“Akses teknologi dan infrastruktur digital sangat penting agar tercipta koneksi antarwarga untuk penguatan pendidikan, peluang ekonomi, serta penguatan nasionalisme di daerah tersebut,” ujar Hendriawan.
Terkait kemungkinan siswa atau warga mengakses situs-situs yang tidak baik, Hendriawan mengatakan, perangkat memiliki alat yang dapat memproteksi diri dari konten atau situs yang berisi pornografi, tindakan kekerasan dan perjudian.
“Karena itu pentingnya siswa dikenalkan literasi digital sedini mungkin, agar mereka memahami baik dan buruknya internet. Siswa bisa dapat ilmu, tetapi juga bisa bermasalah dengan hukum jika melakukan tindakan tak terpuji seperti menebarkan berita bohong atau mencaci maki di sosial media,” ujarnya.
Ditanya soal evaluasi program bantuan TIK, Hendriawan mengatakan, umumnya sekolah berterimakasih telah diberi akses internet. Karena beberapa pekerjaan jadi lebih mudah, seperti penyiapan materi belajar, memasukkan data ke Dapodik (Data Pokok Pendidikan) dan persiapan ujian nasional berbasis komputer (UNBK).
“Hanya sedikit keluhan pada konten Rumah Belajar, portal pembelajaran yang disiapkan Pustekkom. Mereka minta dibuat lebih milenial. Ini menjadi masukan buat kami untuk membuat konten yang lebih menarik di masa depan,” kata Hendriawan.
Ditambahkan, hampir sebagian besar sekolah penerima bantuan memanfaatkan teknologi semaksimal mungkin. Hal itu terlihat dari traffik penggunaan yang mencapai lebih dari 80 persen.
“Ada beberapa sekolah yang trafiknya sekitar 40 persen. Itu terjadi semata masalah teknis, yaitu listrik. Ada daerah yang listriknya hanya hidup siang, tetapi ada yang hanya malam hari. Jadi internet hanya dipergunakan minim,” kata Hendriawan seraya menambahkan sanksinya berupa penurunan kapasitas bandwith. (Tri Wahyuni)