
JAKARTA (Suara Karya) : Rapat Kerja (Raker) KONI DKI Jakarta yang akan digelar 14 – 15 Desember 2021 di Grand Cempaka Resort Cipayung, Jabar, menjadi evaluasi besar atas kegagalan kontingen DKI Jakarta di PON XX Papua 2021 dan membidik juara umum di pekan olahraga di Sumut dan Aceh tahun 2024.
Kontingen DKI Jakarta gagal mengejar juara umum berturut – turut dua kali di pesta olahraga nasional dari tahun 2016 di Jabar dan tahun 2021 di Papua. Semua itu tentunya menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi jajaran pengurus, apalagi Ketua KONI DKI Laksma TNI (Purn) Djamhuron P Wibowo, SE. yang masa jabatannya berakhir per Desember 2021 setelah diperpanjang 1 tahun sejak 2020.
Pasalnya, sebelum menurunkan atletnya di 38 cabang olahraga yang diikuti dalam PON XX, jajaran pengurus sudah memberikan prediksi dalam peraihan medali baik emas, perak dan perunggu untuk mengejar kembali juara umum.
Namun prediksi perolehan medali yang dipaparkan dan dituangkan dalam setiap rapat, banyak yang tidak memenuhi sasaran. Bahkan terkesan DKI ditinggal terlalu signifikan oleh pesaing beratnya Jabar. Meski sudah mampu menjinakkan kontingen Jatim yang disodok posisinya diperingkat dua.
Sementara kontingen Jatim di tahun 2016 berada diposisi kedua, saat tampil di Papua melorot keposisi tiga. Hal ini patut diberikan apresiasi bagi kontingen DKI mampu mengambil alih posisi Jatim diperingkat kedua saat tampil di Papua 2021.
Namun masyarakat olahraga DKI Jakarta tetap belum bisa menerima dan menginginkan kontingen Jakarta pulang membawa perubahan dengan mengulang sukses menjadi juara umum di PON XX Papua.
Keinginan dan harapan masyarakat DKI Jakarta agar kontingennya tampil sebagai juara umum di PON memiliki pertimbangan dan alasan cukup kuat. Dengan fasilitas yang memadai dan ditunjang dengan biaya persiapan dan keberangkatan menuju PON Papua cukup besar dibanding daerah lain di Indonesia, sudah seyogyanya tampil sebagai juara umum bukan sekedar janji, namun diperlukan bukti.
Tampaknya harapan itu menuai kekecewaan yang mendalam dibenak masyarakat. Untuk itu adanya Raker KONI DKI Jakarta nanti diperlukan evaluasi yang dalam, dengan harapan mampu meraih kembali juara umum di PON 2024 di Sumut dan Aceh yang waktu persiapannya relatif sempit ketimbang di Papua.
Bahkan selain evaluasi hasil PON XX Papua 2021 dan pemetaan kekuatan atlet dan cabang olahraga menuju multi event nasional di Sumut dan Aceh tahun 2024, Raker KONI DKI tentunya membahas tim penyaringan dan penjaringan Ketua KONI DKI Jakarta menuju Musyorda DKI Jakarta.
Bumerang
Musyorda KONI DKI Jakarta sudah seharusnya cepat digelar. Dengan harapan
persiapan menuju PON XXI Sumut dan Aceh cepat digulirkan dengan pengajuan dana pembinaan yang cepat dan tidak terlambat hingga Maret 2022.
Bila dana pembinaan terlambat diajukan ke pemerintah DKI Jakarta, dikhawatirkan persiapan pembinaan atlet menuju PON XXI di Sumut dan Aceh 2024 juga tersendat. Hal itu tentunya yang akan menjadi bumerang dalam mengejar target juara umum di PON XXI, bila Musyorda KONI DKI tidak segera dilaksanakan.
Masyarakat olahraga DKI Jakarta sudah tentu tidak ingin menelan pil pahit lagi menyaksikan atletnya dipecundangi lawan dari Jabar, Jatim dan daerah lain yang sudah melakukan persiapan sejak dini menuju PON XXI seperti tuan rumah Sumut dan Aceh tentunya.
Bila kegagalan hanya semata-mata karena terbentur non tehnik seperti terlambat Pelatda karena menunggu terpilihnya Ketua dan terbentuknya jajaran pengurus KONI DKI Jakarta, maka masyarakat DKI Jakarta akan lebih sakit lagi. Bahhkan tidak simpati lagi pada pembinaan olahraga yang memakan dana cukup besar, namun hasilnya tidak bisa diharapkan untuk mengejar juara umum di PON XXI di Sumut dan Aceh.
Saat tampil di PON Papua 2021, DKI Jakarta menempati peringkat kedua dengan torehan 111 emas, 91 perak, dan 99 perunggu. Bahkan DKI Jakarta sempat tertahan di peringkat ketiga, meski akhirnya berhasil menyalip Jawa Timur (Jatim).
Jatim finis di peringkat ketiga dengan koleksi 110 emas, 89 perak, dan 88 perunggu. Dibawah Jatim terdapat kontingen tuan rumah, Papua. Papua finis di peringkat keempat dengan torehan 93 emas, 66 perak, dan 102 perunggu.
Sedang Kontingen Jabar yang tak mampu dikejar kontingen lain hingga hari penutupan PON XX Papua 2021 pada Jumat (15/10/2021) berhasil mengumpulkan 133 emas, 105 perak, dan 115 perunggu dan keluar sebagai juara umum kedua kalinya secara berturut-turut.
Keberhasilan kontingen Jabar dalam memuncaki klasemen medali PON Papua 2021 tak lepas dari dominasi yang mereka tunjukkan di beberapa cabang olahraga.
Berdasarkan laporan pusat pemberitaan PON Papua, InfoPublik.id, Jabar mampu merajai 15 cabor yang dipertandingkan, yakni dayung canoeing, dayung rowing, dayung traditional boat, taekwondo, dan karate.
Selain itu, mereka juga menguasai cabor hockey indoor, bola voli indoor, angkat besi, angkat berat, bulu tangkis, menembak, catur, aerosport-gantole, pencak silat, dan atletik.
Adapun sumbangan medali emas terbanyak berasal dari cabor atletik dan menembak (11 keping) serta angkat berat (8).
Ketangguhan atlet dari cabang yang mendominasi perolehan medali emas Jabar itu harus diantisipasi dan dipelajari dari jauh hari sebelum mengirim atletnya tampil di PON XXI Sumut dan Aceh tahun 2024.
Namun bila persiapan atlet DKI Jakarta menuju PON tahun 2024 terlambat karena faktor non teknik, sangat disayangkan. Sekali lagi Musyorda DKI Jakarta harus segera digelar. Dengan harapan, dapat pimpinan yang mampu mendorong dan memajukan prestasi atlet menuju PON XXI tahun 2024 nantinya. (Warso)