Suara Karya

RBI Tokyo Promosikan Jamu kepada Warga Jepang

JAKARTA (Suara Karya): Rumah Budaya Indonesia (RBI) Tokyo menggelar lokakarya untuk mempromosikan jamu sebagai minuman tradisional Indonesia kepada warga Jepang. Partisipan lokakarya tersebut terbilang cukup tinggi, mencapai 84 orang.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Atdikbud RI) di Tokyo, Yusli Wardiatno dalam siaran pers, Minggu (18/7/21) menyebut pembicara dalam lokakarya adalah alumni salah satu universitas terkemuka di Jepang, yang saat ini tengah merintis bisnis jamu, Riskina Juwita.

Hadir dalam kesempatan itu, istri mantan Duta Besar Jepang untuk Indonesia periode 2017-2021, Sayoko Ishii, dan istri Duta Besar Jepang untuk Indonesia aktif, Yasuko Kanasugi.

Yusli menjelaskan, jamu menjadi pilihan tema dalam lokakarya karena selain menyehatkan, jamu juga warisan bangsa yang harus dipertahankan secara turun menurun. Apalagi di masa pandemi saat ini, dimana tubuh butuh asupan untuk meningkatkan imunitas, guna terhindar dari penularan virus corona.

“Anak muda sekarang ini mulai menyukai jamu. Bahkan tak sedikit yang suka ke tempat jamu, ketimbang ke kafe,” ujarnya.

Sayoko Ishii memberi apresiasi atas terselenggaranya acara tersebut. Pengenalan jamu yang bertepatan dengan pandemi covid-19 sangat membantu. Karena warga Jepang bisa ikut menikmati minuman herbal tradisional asal Indonesia.

“Saya dulu sering minum jamu, setelah mendengar Presiden Joko Widodo meminum jamu setiap pagi,” ucap Sayoko yang mengaku mendapat resep jamu dari media.

Ia menunjukkan jamu kemasan dari salah satu merek jamu kemasan populer yang digemari Dubes Masafumi Ishii. “Kalau saya suka mencampur jamu kemasan itu dengan air dan es batu, sehingga terasa lebih segar,” tuturnya.

Ia mengaku terkesan setelah tahu bahwa resep jamu telah diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Sungguh tradisi yang indah,” kata Sayoko memuji.

Sementara itu, Yasuko Kanasugi, mengungkapkan, dirinya juga suka minum jamu. Ia minum jamu yang terdiri dari campuran jahe, kayu manis, madu dan gula jawa sekitar 2-3 kali seminggu.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Darma Wanita Persatuan Kedutaan Besar Republik Indonesia (DWP KBRI) di Tokyo, Nuning Akhmadi mengemukakan, jamu adalah kekayaan budaya Indonesia sejak dulu dan perlu dipopulerkan, terutama di kalangan generasi muda.

“Saya masih ingat aroma jamu yang dibuat nenek saya. Beliau membuat jamu dari tanaman di rumah dengan resep turun temurun. Saya sangat suka kunyit asam dan beras kencur. Brotowali terlalu pahit untuk saya,” ucap Nuning sambil mengingat masa kecilnya.

Dalam kesempatan ini, RBI juga ikut membagikan resep dan cara pembuatan kunyit asam, wedang jahe dan beras kencur serta menunjukkan bahan-bahan aslinya yang bisa dibeli di wilayah Tokyo.

“Kami juga ajak sebagian peserta yang telah dikirim sampel jamu untuk minum bersama dalam acara RBI ini. Acara RBI yang digelar di Marunouci Building lantai 4 akan berlangsung hingga 30 Juli. Kalau sedang ada di Tokyo, silakan mampir,” kata Atdikbud Yusli menandaskan.

Acara dimeriahkan dengan tarian “Mbok Jamu” oleh anggota Sanggar Duta Melati, Chika dan ditutup dengan bersama-sama menyanyikan Lagu “Suwe Ora Jamu” dengan iringan piano Noriko Sasaki. (Tri Wahyuni)

Related posts