Restropeksi 100 Tahun Usmar Ismail Dijadikan Inti Peringatan HFN ke-71

0

JAKARTA (Suara Karya): Peringatan Hari Film Nasional ke-71 yang jatuh pada 30 Maret 2021 tampil beda. Karena beragam kegiatan dalam HFN menggunakan momentum 100 tahun kelahiran tokoh film Indonesia Usmar Ismail.

“Semoga peringatan HFN tahun ini dapat mengingatkan kembali kebangkitan film Indonesia di kalangan milenial,” kata Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru, Ditjen Kebudayaan, Kemdikbud, Ahmad Mahendra dalam keterangan pers secara virtual, Jumat (19/3/2021).

Hadir dalam kesempatan itu dua anak dari almarhum Usmar Ismail, yaitu Nurredin Ismail dan Heidy Ismail, sutradara kondang Riri Reza dan Ketua Lembaga Sensor Film (LSF), Romy Fibri.

Mahendra menjelaskan, penetapan Hari Film Nasional (HFN) pada 30 Maret, karena pada tanggal itu, untuk pertama kalinya sebuah film diproduksi oleh perusahaan Indonesia dan disutradarai oleh orang Indonesia. Dan Usmar Ismail ada didalamnya.

“Kami berharap HPN ke-71 dapat digelar lebih semarak, karena kita bisa banyak belajar dari momentum peringatan 100 tahun kelahiran Usmar Ismail,” tuturnya.

Serangkaian kegiatan HFN ke-71 akan digelar baik secara daring maupun luring dengan memenuhi protokol kesehatan. Kegiatan yang diinisiasi insan perfilman dan didukung Kemdikbud, pemerintah daerah serta asosiasi dan komunitas film bakal diselenggarakan di beberapa lokasi antara lain Jakarta, Bukittingggi, Makasar, Aceh, Tapanuli, Bengkulu dan lain-lain.

“Satu kegiatan istimewa dari peringatan 100 tahun Usmar Ismail adalah pameran arsip dan kekaryaan di tanah kelahirannya di Bukittinggi, Sumatera Barat,” ujarnya.

Pameran itu, lanjut Mahendra, akan bersinergi lewat pemutaran virtual karya Usmar Ismail di Kinosaurus dan Kineforum Jakarta. Selain rangkaian panel diskusi di Makassar dengan narasumber Alwi Dahlan, Mira Lesmana, JB Kristanto dan Ine Febrianty.

Sebelumnya, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid menyebutkan, kemajuan
perfilman Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Meski secara kuantitas dan perputaran industri merosot terimbas pandemi covid-19.

“Dimasa pandemi covid-19, pembuat film malah semakin kreatif dalam berkreasi dan mencari jalan keluar dari berbagai hambatan, mengingat antusiasme masyarakat untuk menonton masih tinggi,” ucap Hilmar.

Hilmar juga mengapresiasi keterlibatan pemerintah daerah dan seluruh masyarakat untuk memajukan perfilman Indonesia. Hal itu diwujudkan dalam bentuk penguatan pendidikan dan literasi.

“Diharapkan, kegiatan itu menumbuhkan semangat cinta tanah air, pembangunan karakter bangsa, serta peningkatan nilai-nilai budaya,” kata Hilmar. (Tri Wahyuni)