
DENPASAR (Suara Karya): Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir bersama Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati meresmikan pameran inovasi bertajuk “Ritech Expo 2019”. Pameran akan berlangsung hingga 28 Agustus mendatang.
“Lewat Ritech Expo ini kami ingin semangat inovasi terus bertumbuh di daerah. Karena saya lihat respon dari mereka sangat luar biasa,” kata Nasir usai membuka pameran yang digelar di lapangan Puputan, Renon, Denpasar, Bali, Minggu (25/8/2019).
Hadir dalam kesempatan itu, seluruh jajaran eselon satu di lingkungan Kemristekdikti dan sejumlah pimpinan perguruan tinggi di Bali.
Ritech Expo merupakan gelaran tahunan yang selenggarakan berpindah dari daerah ke daerah. Pameran itu menjadi ajang penampilan hasil riset dan inovasi karya anak bangsa. Ini adalah Ritech Expo ketiga yang digelar di luar Pulau Jawa, setelah Makassar, Sulawesi Selatan dan Pekanbaru, Riau.
Masyarakat dapat mengikuti semua gelaran secara gratis. Pameran tersebut menampilkan ratusan produk inovasi yang menarik dari perguruan tinggi, Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) di bawah Kemristekdikti, Unit Utama Kemenristekdikti, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian atau Lembaga Negara (K/L), Balitbang Daerah, BUMN, Industri, Pusat Unggulan Iptek (PUI) komunitas dan sosiasi, serta mitra luar negeri.
Gelaran Ritech Expo Bali menampilkan seminar, demo produk inovasi, demo sains, temu bisnis, teater terbuka yang menyuguhkan live musik serta pemutaran film dan lomba-lomba dengan hadiah menarik. Dengan demikian, masyarakat yang tertarik dengan bisnis dapat datang ke Ritech Expo.
Menristekdikti sekali lagi berharap penyelenggaraan Ritech Expo di Bali dapat merangsang munculnya inovasi-inovasi di daerah. “Tadi saya lihat inovasi dari Papua, Bali, dan daerah lainnya. Nampaknya inovasi di daerah mulai bergairah sejak Ritech Expo ini dilakukan secara rutin,” ucapnya.
Bertumbuhnya teknologi, lanjut Nasir, akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Apalagi saat ini sudah ada payung hukum terkait teknologi dan inovasi, yaitu Undang-Undang (UU) No 11 tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek).
Ditambahkan, Indonesia memiliki penelitian bernilai ekonomis, dengan skala bervariasi mulai dari besar, menengah dan kecil. Contoh yang besar, bagaimana minyak sawit bisa dijadikan bahan bakar minyak, seperti solar dan avtur.
“Kalau bisa diselesaikan dalam dua tahun ke depan, Indonesia tidak perlu impor Bahan Bakar Minyak (BBM) lagi. Negara bisa hemat 17,6 miliar dollar atau Rp250 triliun,” kata Nasir menandaskan. (Tri Wahyuni)