JAKARTA (Suara Karya): Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini adalah kondisi kedaruratan atau bencana global. Peningkatan jumlah kasus yang terus meningkat tajam beberapa minggu terakhir di DKI Jakarta tentunya akan berimbas pada pelayanan RS, terutama masalah ketersediaan tenaga kesehataan, sarana dan prasarana, juga logistik obat – obatan yang menunjang pelayanan kepada pasien.
RS Premier Jatinegara telah ditetapkan oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta sebagai Rumah Sakit Rujukan Covid-19 melalui SK Gubernur No. 987/ 2020 tanggal 28 September 2020. Menghadapai lonjakan kasus Covid-19 yang cukup tinggi kali ini, juga menjadi suatu tantangan tersendiri bagi RS Premier Jatinegara selain untuk mengelola pasien terinfeksi di Ruang rawat isolasi khusus , namun pada saat yang sama juga mengelola penyebaran infeksi Covid-19 di kalangan nakes yang bertugas menangani pasien, di Zona Merah tersebut.
Menanggapi pemberitaan yang beredar sehubungan dengan 148 nakes positif Covid-19 di RS Premier Jatinegara, diklarifikasi oleh dr.Levina Avissa selaku manajer operasional RSPJ, bahwa angka tersebut adalah angka kumulatif jumlah nakes yang masih menjalani karantina rumah baik dalam penyembuhan Covid-19 atau pun hasil contact traccing.
“Kami akan langsung mengkarantina nakes yang bergejala ataupun dengan riwayat kontak termasuk kontak dari luar RS. Hal ini dari awal pandemi sudah kami lakukan, demi menjaga keselamatan pasien dan staff RS, juga menjaga kualitas pelayanan RS kepada pasien non Covid yang dilayani di RS Premier,” kata dr. Levina melalui siaran persnya yang diterima suarakarya.co.id di Jakarta, Rabu (7/7/2021).
Dikatakan Levina, RS Premier Jatinegara tidak hanya menerapkan protokol khusus untuk pelayanan pasien Covid-19, namun kami juga melakukan pengawasan dan evaluasi ketat untuk protokol proteksi Nakes yang bekerja di zona risiko tinggi.
“Kami Lakukan 3T (Testing, Telusur dan Terapi) kepada nakes / karyawan yang bergejala. termasuk apabila riwayat kontak dari luar RS pun diminta untuk isolasi. Data ini masuk dalam data surveillance RS yang dimonitoring dan evaluasi ketat setiap hari oleh manajemen dan tim pengendalian infeksi di RS,” ujarnya.
Diketahui, RS Premier Jatinegara dalam mengelola kejadian infeksi didalam RS, diawasi oleh badan pengawas HICMR (Healthcare Infection Control Management Resources) , sehingga pengendalian infeksi di dalam RS sudah kami jalankan sebelum masa pandemi, bedanya saat ini ketika lonjakan kasus semakin tinggi, protokol yang diberlakukan semakin banyak dan pencatatan dan pelaporannya semakin sering.
“Kita sudah terapkan system klaster / zonasi untuk memisahkan akses penerimaan pasien Covid-19 dan pasien non Covid. Perawatan pasien covid pun kami rawat di instalasi khusus dengan tata kelola udara yang diatur sedemikian rupa agar tidak mencemari area lain didalam RS. Berikut juga tenaga kesehatan yang bertugas disana dikhususkan, dan semuanya memakai APD yang terstandard, sehingga apabila terjadi infeksi dapat dilakukan telusur dan dapat segera di lokalisir penyebab infeksinya,” ujar Manajer Keperawatan RS Premier Jatinegara, Ns.Taryudi Sarta.
Upaya yang dilakukan sebagai program Proteksi Tenaga Kesehatan di RS Premier Jatinegara yang sudah dilakukan antara lain : Screening PCR berkala sesuai dengan zona kerja, penetapan standard penggunaan APD sesuai Zona kerja, pemberian Supplementasi tambahan ( Makanan & vitamin) untuk seluruh karyawan , Spiritual Support untuk seluruh nakes , Konseling dan bimbingan Psikologi khusus untuk tenaga kesehatan yang bekerja di zona beresiko.
Sementara itu, Direktur RS Premier Jatinegara Dr. Susan Ananda MARS mengatakan, bahwa menghadirkan layanan kesehatan yang baik dan berkualitas, tentunya merupakan tantangan yang cukup besar saat ini terutama di masa pandemi dengan lonjakan kasus yang cukup tinggi seperti sekarang ini.
Namun, menghadapi pandemi berkepanjangan ini, RS Premier Jatinegara berkomitmen untuk tetap berupaya memberikan pelayanan yang maksimal dengan sumber daya & prasarana yang kami miliki, bukan hanya untuk pasien covid saja, namun juga pasien sembuh pasca covid yang masih memiliki masalah kesehatan lewat sentra pemulihan pascacovid yang sudah kami buka sejak 1 july 2021. (Bayu)
JAKARTA (Suara Karya): Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini adalah kondisi kedaruratan atau bencana global. Peningkatan jumlah kasus yang terus meningkat tajam beberapa minggu terakhir di DKI Jakarta tentunya akan berimbas pada pelayanan RS, terutama masalah ketersediaan tenaga kesehataan, sarana dan prasarana, juga logistik obat – obatan yang menunjang pelayanan kepada pasien.
RS Premier Jatinegara telah ditetapkan oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta sebagai Rumah Sakit Rujukan Covid-19 melalui SK Gubernur No. 987/ 2020 tanggal 28 September 2020. Menghadapai lonjakan kasus Covid-19 yang cukup tinggi kali ini, juga menjadi suatu tantangan tersendiri bagi RS Premier Jatinegara selain untuk mengelola pasien terinfeksi di Ruang rawat isolasi khusus , namun pada saat yang sama juga mengelola penyebaran infeksi Covid-19 di kalangan nakes yang bertugas menangani pasien, di Zona Merah tersebut.
Menanggapi pemberitaan yang beredar sehubungan dengan 148 nakes positif Covid-19 di RS Premier Jatinegara, diklarifikasi oleh dr.Levina Avissa selaku manajer operasional RSPJ, bahwa angka tersebut adalah angka kumulatif jumlah nakes yang masih menjalani karantina rumah baik dalam penyembuhan Covid-19 atau pun hasil contact traccing.
“Kami akan langsung mengkarantina nakes yang bergejala ataupun dengan riwayat kontak termasuk kontak dari luar RS. Hal ini dari awal pandemi sudah kami lakukan, demi menjaga keselamatan pasien dan staff RS, juga menjaga kualitas pelayanan RS kepada pasien non Covid yang dilayani di RS Premier,” kata dr. Levina melalui siaran persnya yang diterima suarakarya.co.id di Jakarta, Rabu (7/7/2021).
Dikatakan Levina, RS Premier Jatinegara tidak hanya menerapkan protokol khusus untuk pelayanan pasien Covid-19, namun kami juga melakukan pengawasan dan evaluasi ketat untuk protokol proteksi Nakes yang bekerja di zona risiko tinggi.
“Kami Lakukan 3T (Testing, Telusur dan Terapi) kepada nakes / karyawan yang bergejala. termasuk apabila riwayat kontak dari luar RS pun diminta untuk isolasi. Data ini masuk dalam data surveillance RS yang dimonitoring dan evaluasi ketat setiap hari oleh manajemen dan tim pengendalian infeksi di RS,” ujarnya.
Diketahui, RS Premier Jatinegara dalam mengelola kejadian infeksi didalam RS, diawasi oleh badan pengawas HICMR (Healthcare Infection Control Management Resources) , sehingga pengendalian infeksi di dalam RS sudah kami jalankan sebelum masa pandemi, bedanya saat ini ketika lonjakan kasus semakin tinggi, protokol yang diberlakukan semakin banyak dan pencatatan dan pelaporannya semakin sering.
“Kita sudah terapkan system klaster / zonasi untuk memisahkan akses penerimaan pasien Covid-19 dan pasien non Covid. Perawatan pasien covid pun kami rawat di instalasi khusus dengan tata kelola udara yang diatur sedemikian rupa agar tidak mencemari area lain didalam RS. Berikut juga tenaga kesehatan yang bertugas disana dikhususkan, dan semuanya memakai APD yang terstandard, sehingga apabila terjadi infeksi dapat dilakukan telusur dan dapat segera di lokalisir penyebab infeksinya,” ujar Manajer Keperawatan RS Premier Jatinegara, Ns.Taryudi Sarta.
Upaya yang dilakukan sebagai program Proteksi Tenaga Kesehatan di RS Premier Jatinegara yang sudah dilakukan antara lain : Screening PCR berkala sesuai dengan zona kerja, penetapan standard penggunaan APD sesuai Zona kerja, pemberian Supplementasi tambahan ( Makanan & vitamin) untuk seluruh karyawan , Spiritual Support untuk seluruh nakes , Konseling dan bimbingan Psikologi khusus untuk tenaga kesehatan yang bekerja di zona beresiko.
Sementara itu, Direktur RS Premier Jatinegara Dr. Susan Ananda MARS mengatakan, bahwa menghadirkan layanan kesehatan yang baik dan berkualitas, tentunya merupakan tantangan yang cukup besar saat ini terutama di masa pandemi dengan lonjakan kasus yang cukup tinggi seperti sekarang ini.
Namun, menghadapi pandemi berkepanjangan ini, RS Premier Jatinegara berkomitmen untuk tetap berupaya memberikan pelayanan yang maksimal dengan sumber daya & prasarana yang kami miliki, bukan hanya untuk pasien covid saja, namun juga pasien sembuh pasca covid yang masih memiliki masalah kesehatan lewat sentra pemulihan pascacovid yang sudah kami buka sejak 1 july 2021. (Bayu)