
JAKARTA (Suara Karya): Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington menggelar ‘Virtual Showcase Langgam Singing’ untuk memberi ruang ekspresi bagi warga Amerika yang ikut kelas menyinden.
“Kemeriahan itu bagian dari rangkaian kegiatan memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Republik Indonesia (RI) di Amerika,” kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Washington DC, Popy Rufaidah dalam siaran pers, Sabtu (14/8/21).
Popy menambahkan, banyak warga Amerika mulai tertarik terhadap budaya Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini. Salah satu yang disukai adalah kelas menyinden, salah satu seni dari budaya Jawa, Indonesia.
“Mereka telah belajar menyinden selama 14 minggu. Melalui acara ini, kami ingin unjuk kebolehan atas kemampuan menyinden dari peserta kelas langgam Jawa. Penghargaan kami berikan kepada pengajar gamelan senior, pak Muryanto karena telah melatih peserta dengan sabar,” ujarnya.
Popy berharap, kegiatan semacam jni dqpat mempererat hubungan diplomasi antara Indonesia dan Amerika Serikat. Apalagi tahun ini sudah memasuki usia ke-73.
Presiden American Indonesian Cultural and Education Foundation (AICEF), Wayne Forrest memberi apresiasi kepada KBRI Washington DC atas kegiatan budaya yang dilakukan selama ini. Karena makin banyak warga Amerika yang tertarik untuk belajar budaya Indonesia.
Andrea Decker, salah satu pemelajar, membawakan lagu syahdu karawitan Sinom Pari Jotho. Lagu ini memiliki pesan moral dan nasehat bagi manusia untuk selalu menahan nafsu. Andrea adalah calon doktor bidang etnomusikologi, yang juga dosen dan peneliti di Universitas California, Riverside. Penampilannya berhasil mengundang decak kagum para penonton.
Acara juga dimeriahkan penampilan programmer komputer di Yorktown, Virginia, Brian Magill. Ia membawakan tembang ‘Bowo Ojo Lamis’. Tembang itu mengingatkan manusia untuk tidak suka mengumbar janji. Meski baru pertama kali menyinden, Brian terlihat menguasai langgam tersebutm
Pemelajar Bahasa Indonesia memang berasal dari berbagai kalangan. Salah satunya seorang ahli kimia dari Maryland, Nicole Shyong. Nicole menampilkan Sindenan ‘Langgam Imbangana Katresnanku’ yang bercerita tentang kesetiaan menanti kekasih.
“Saya sudah 2 tahun belajar musik Gamelan Jawa dan Bali,” kata Nicole yang tampil percaya diri di depan para hadirin secara virtual.
Tidak hanya sampai di situ, penampilan lain yang juga memukau adalah Zachaary Chain, pemelajar asal Rockville, Maryland. Kemampuan bernyanyi Zachary ditambah logat Jawanya yang fasih, tidak bisa dipandang sebelah mata. Zachary membawakan tembang berjudul ‘Asmaradana Pelog Pathet’, yang mengekspresikan rasa cinta mendalam.
Acara yang dipandu Gillian Irwin, seorang doktor dari Universitas California, Davis, ini menuai respon positif penonton. Pada kolom komentar, terus mengalir ucapan kekaguman dan dukungan dari penonton kepada para peserta.
Sementara, Caping Gunung, lagu yang tidak asing di telinga Masyarakat Jawa, berhasil dibawakan dengan indah oleh Endang Isnaini Saptorini, seorang editor media digital di Arlington, Virginia.
Serentak para penonton ikut merasakan suasana syahdu pedesaan yang sangat damai. “Lagu ini sendiri bercerita tentang kerinduan orang tua kepada anaknya yang terjun ke medan perang,” ucap Rini.
Nuansa berbeda ditampilkan Evelinne Situmorang. Perempuan keturunan Sumatra Utara yang lahir dan besar di Jawa ini adalah warga Denver, Colorado. ‘Bowo Kelinci Lagu Kelinci Ucul Pelog Barang’ mengisahkan tentang seorang yang sibuk mencari kelincinya, namun ternyata kelinci itu ada dalam rumah.
Untuk mengakses rekaman Facebook Live Virtual Showcase Javanese Langgam Singing Class, dapat melalui tautan https://bit.ly/fb-show-langgam. (Tri Wahyuni)