Sekolah di Zona Hijau dan Kuning Diminta Buka Kelas Tatap Muka

0
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim. (Suarakarya.co.id/Tri Wahyuni)

ROTE (Suara Karya): Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT) guna memastikan program dan kebijakan pemerintah berjalan dengan baik, pada Rabu (11/11/20).

Mendikbud ingin melihat langsung bagaimana kondisi pembelajaran selama pandemi corona virus disease (covid-19) di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Karena kondisi di daerah tidak bisa diketahui secara langsung jika hanya dipantau dari Jakarta.

“Dari kunjungan ini, saya jadi tahu program dan kebijakan pemerintah apa saja yang sudah dilaksanakan dan mana yang belum,” kata Mendikbud saat berkunjung ke Taman Kanak-kanan (TK) Negeri Pembina, Londalusi, Rote Timur.

Hal yang paling berkesan dari kunjungannya ke daerah 3T, kata Mendikbud, tantangan yang luar biasa bagi daerah-daerah yang tidak punya infrastruktur sebaik di Pulau Jawa.

“Saya baru dari Palu, Gianyar, setelah itu ke Rote. Jelas sekali kelihatan infrastruktur yang belum baik, jaringan internet yang belum merata, sarana dan prasarana itu yang sangat besar kesenjangannya. Jadi, semua itu harus benar-benar kita jembatani dan menjadi prioritas,” ujarnya.

Di SMA Negeri 1 Lobalain, Mendikbud Nadiem mengimbau kepada pemerintah daerah di wilayah zona hijau dan kuning untuk membuka kelas tatap muka. Hal itu guna meminimalisir dampak psikologis pada siswa dan orangtua dari dampak pembelajaran jarak jauh.

“Yang penting sekolah menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Jam belajar bisa dibuat dalam 2 shift agar kelas tak penuh,” katanya.

Selain itu, Mendikbud menambahkan, siswa wajib menggunakan masker selama proses belajar. Kantin belum boleh buka dulu untuk menghindari kerumunan. Siswa diminta untuk langsung pulang, setelah pembelajaran. Waktu belajar dibuat lebih pendek dibanding sebelum pandemi.

“Yang penting anak belajar secara serius di sekolah, meski waktunya tidak penuh. Karena saya khawatir, anak malas belajar jika hanya tinggal di rumah,” tuturnya.

Sebagai informasi, Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri, yakni Mendikbud, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tentang pembelajaran tatap muka di zona hijau dan kuning. Pembukaan sekolah di zona tersebut harus atas kesepakatan bersama antara pemerintah daerah, kepala sekolah dan orang tua siswa.

Mendikbud khawatir atas kondisi siswa yang tidak punya gawai dan jaringan internet yang tidak memadai. Pembelajaran jarak jauh membuat siswa tidak belajar sama sekali.

“Saya khawatir mereka tidak belajar apa-apa di masa pandemi ini. Jangan sampai pandemik membuat anak Indonesia menjadi tertinggal,” ujarnya.

Karena itu, Mendikbud berharap relaksasi yang diberikan kepada pemerintah daerah dan sekolah, agar siswa yang tidak bisa melaksanakan PJJ segera bisa kembali belajar di sekolah. “Asal orang tua setuju, pemerintah daerah bisa membuka kembali sekolah,” katanya.

Seperti diberitakan di media, pembelajaran jarak jauh yang diterapkan dalam 8 bulan terakhir ini menimbulkan dampak psikologis terhadap anak dan orangtua. Banyak anak dan orangtua yang menjadi ‘frustasi’ lantaran tak memahami materi pelajaran selama belajar dari rumah.

“Saya berharap, sekolah di NTT yang masuk zona kuning ini sudah bisa dibuka kembali. Ternyata masih banyak yang belum buka,” ujarnya.

Kepala sekolah SMK Negeri 1 Rote Timur, Julius Ndun mengatakan, sekolahnya belum dibuka hingga saat ini. Pembelajaran dilakukan secara daring. Bagi siswa yang tak punya gawai, diminta datang ke sekolah untuk mengambil tugas pembelajaran.

Ditanya alasan belum buka sekolah meski Rote masuk zona kuning, Julius mengatakan, pihaknya belum mendapat perintah untuk itu dari dinas pendidikan. “Jika diperintahkan dinas untuk buka sekolah, ya kami buka,” ucapnya menandaskan. (Tri Wahyuni)