Sektor Pariwisata Harus Jadi Prioritas Pembenahan Ekonomi

0

JAKARTA (Suara Karya): Sektor pariwisata seharusnya menjadi prioritas pemerintah dalam pembenahan ekonomi pascapandemi corona virus disease (covid-19). Namun, upaya itu perlu strategi baru agar pandemi tidak kembali terulang.

“Sektor pariwisata mulao dari sekarang harus membuat strategi-strategi baru agar dunia pariwisata kita siap menghadapi ‘new normal,” kata Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Bambang Soesatyo dalam acara seminar memperingati Dies Natalis ke-51 Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti secara daring, Selasa (2/6/20).

Seminar diikuti Dirjen Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Wikan Sakarinto, Direktur Kajian Strategis, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wawan Rusiawan, Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti, Fetty Asminiati, Ketua Umum Badan Pengurus Yayasan Trisakti, Djanadi Bimo Prakoso, Guru Besar STP Trisakti, Sundring Pantja Djati, serta CEO and Akademic Dean of IMI Switzerland, Theodore Benetatos.

Pria yang akrab dipanggil Bamsoet itu meyakini sektor pariwisata akan bangkit kembali pascapandemi. Karena masyarakat butuh hiburan, setelah “terkurung” cukup lama dalam rumah untuk menghindari penyebaran covid-19.

“Sektor pariwisata paling terdampak atas pandemi covid-19, tetapi nantinya sektor yang paling cepat bangkit. Karena orang butuh hiburan, setelah sekian lama hanya bisa bekerja atau belajar dari rumah,” tuturnya.

Tak hanya hiburan, lanjut Bambang, banyak aspek dalam sektor pariwisata mulai dari pendidikan, budaya, agama, hingga nilai sejarah. Karena itu, sektor pariwisata harus menjadi prioritas pemerintah dalam pembenahan ekonomi pascapandemi.

“Untuk itu perlu persiapan strategi baru. Karena saya yakin begitu pandemi berakhir dan kita memasuki era normal baru, kejutan pertama adalah lonjakan penerbangan dan akomodasi perhotelan,” ucapnya.

Kendati demikian, politisi Partai Golkar meminta pemerintah menerapkan prinsip kehatian-hatian dalam kebijakannya. Salah satunya, kebijakan bebas visa ke Indonesia untuk mencegah kembali penyebaran covid-19 di Tanah Air.

“Kebijakan bebas visa harus ditinjau kembali terutama dari negara-negara yang rawan covid-19,” ujarnya.

Ditambahkan, wisatawan yang datang ke Tanah Air harus diseleksi secara ketat mulai dari bandara. Selain harus memiliki bukti bebas dari virus covid-19, mereka yang akan masuk Indonesia harus menjalani pemeriksaan terlebih dahulu.

Dan yang tak kalah penting, menurut Bamsoet, sektor pendidikan terutama bidang pariwisata. Kampus harus mengembangkan strategi baru menghadapi new normal pada sektor pendidikan. Agar lulusannya memiliki kompetensi yang sesuai dengan dunia kerja.

“Perubahan dalam sektor pariwisata pascapansemi harus dipahami sektor pendidikan. Agar lulusan bisa langsung tune-in masuk dunia kerja yang kondisi akan berbeda dibanding sebelum pandemi. Kompetensinya harus berubah mengikuti kebutuhan dunia kerja,” kata Bamsoet menandaskan.

Hal itu dibenarkan Dirjen Pendidikan Vokasi Kemdikbud, Wikan Sakarinto. Pihaknya akan “mengawinkan” pendidikan vokasi dengan dunia industri dan dunia kerja. Sehingga tercipta hubungan yang erat untuk menyambut normal baru, termasuk sektor pariwisata.

Wikan termasuk pribadi yang yakin sektor pariwisata akan bangkit kembali setelah pandemi. Alasannya sama, masyarakat butuh hiburan yang bisa dipenuhi oleh sektor pariwisata. Namun, kegiatan yang dilakukan harus selektif, tak lagi dalam bentuk grup atau rombongan.

“Sektor pariwisata akan bangkit lagi, tapi dalam bentuk yang berbeda karena ada protokol kesehatan yang harus dipenuhi. Normal baru ini mau tidak mau harus dilakukan agar pandemi bisa segera berlalu,” ucap Wikan nenegaskan.

Wikan memuji STP Trisakti yang telah melakukan “pernikahan” pada setiap program studi yang dimilikinya. Ke depan, hal yang perlu dilakukan adalah memperkuat kerja sama dengan pihak industri.

“Kerja sama dengan industri jangan sekdar di atas kertas, foto-foto maupun berita di media. Harus ada kerja sama yang konkrit baik untuk kampus ataupun mahasiswanya,” imbuh dia.

Perguruan tinggi, lanjut dia, harus bisa menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan industri. Pihak industri pun harus terlibat sejak awal dalam proses itu seperti penyusunan kurikulum.

Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti, Fetty Asminiati mengatakan pihaknya telah melakukan pembelajaran daring sejak sebelum pandemi. Hal itu berkat bantuan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Namun, intensitasnya tidak sebanyak saat pandemi.

“Kami juga menjalin kerja sama dengan industri agar lulusan sesuai kebutuhan industri. Bersama pakar parawisata dan dibantu alumni, kamu tengah membuat formulasi baru dalam pendidikan pariwisata. Ini akan jadi normal baru agar lulusan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja,” kata Fetty menandaskan. (Tri Wahyuni)