JAKARTA (Suara Karya): Siswa Indonesia ikuti kompetisi keahlian Worldskills Asia (WSA) yang digelar pada 24 November hingga 1 Desember 2018 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA). Indonesia menargetkan 10 emas dalam kompetisi yang diikuti 19 negara di Asia itu.
“Target 1 orang dapat 1 emas memang terkesan ambisius. Target semacam itu perlu, agar muncul semangat juang tinggi di kalangan siswa,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat melepas keberangkatan 10 siswa Indonesia ke Abu Dhabi, Jumat (23/11/2018) petang.
Muhadjir menambahkan, keikutsertaan Indonesia dalam WSA sekaligus untuk mengukur kualitas pendidikan di sekolah menengah kejuruan (SMK) di Tanah Air. Jika target itu tercapai makan pendidikan kejuruan di Indonesia patut disandingkan dengan negara-negara lain di Asia.
“Kompetisi internasional semacam ini perlu untuk mengukur kemampuan siswa kita, apakah mereka bisa bersaing secara global. Pendidikan kejuruan kita setara diantara negara-negara lain di Asia,” ucapnya menegaskan.
Pembuktian itu menjadi penting, menurut Muhadjir, karena saat ini kondisi SMK tengah mendapat tekanan publik. Lulusan SMK yang tak mumpuni, menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka pengangguran di Tanah Air.
“Desakan untuk revitalisasi SMK tengah dimatangkan bersama dunia industri, agar pendidikan kejuruan kita dapat menghasilkan lulusan yang sesuai kebutuhan industri,” ujarnya.
Muhadjir menilai prestasi siswa SMK Indonesia di kompetisi internasional sebenarnya tak terlalu buruk. Dalam World Skill Competition (WSC) 2017 lalu delegasi SMK Indonesia berhasil menoreh prestasi lewat peringkat 12 dari 87 negara peserta.
“Negara yang berada di urutan atas Indonesia adalah negara maju yang pantas untuk menang seperti Rusia, Inggris dan Jerman. Karena itu saya terkejut, siswa kita bisa unggul dari siswa Kanada,” tuturnya.
Untuk itu, lanjut Direktur Pembinaan SMK Kemdikbud, Bakrun, pihaknya tak hanya menyiapkan tim dari segi penguasaan materi, tetapi juga rasa percaya diri. Karena hal itu bisa menjadi modal untuk berhasil dalam kompetisi.
Bakrun menyebut 10 bidang keahlian yang diikuti siswa Indonesia yaitu fashion technology, IT network system administration, welding, electrical instalation, electronic, refrigeration and AC, automobile technology, car painting, web design dan IT software solutionfor business.
“Kami hanya mengirim siswa yang potensial meraih medali emas. Karena itu siswa yang dikirim hanya 10 orang saja. Proses pelatihan dilakukan selama 10 bulan dibantun kalangan industri,” ujarnya.
Ditambahkan, pelatihan yang diberikan partner industri tetap mengacu pada standard kompetensi internasional. Kompetitor mengikuti pelatihan baik fisik, mental maupun soft skill di masing-masing training center. (Tri Wahyuni)