Siswa Indonesia Raih Emas di Kompetisi Young Inventors Challenge 2019

0

JAKARTA (Suara Karya): Dua siswa Indonesia yaitu Siti Nur Kholizah dan Suprihatin berhasil meraih medali emas dalam kompetisi bagi peneliti muda atau Young Inventors Challenge (YIC) 2019 yang digelar di Cyberjaya, Malaysia pada 21 September lalu. Ajang YIC tahun ini diikuti 133 tim dari 10 negara di Asia.

“Prestasi ini sungguh membanggakan. Meski kompetisi ini hanya tingkat Asia, tapi persaingannya sangat ketat,” kata Kepala Seksi Kepribadian, Subdit Peserta Didik, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (SMA), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Alex Firngadi di bandara Soekarno-hatta Jakarta, Senin (23/9).

Alex menjelaskan, Indonesia sebenarnya mengirim 3 tim dalam kompetisi yang diikuti 10 negara Asia Tenggara yaitu Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam, Myanmar, Indonesia, Vietnam, Timor Leste dan China.

Tim pertama beranggotakan Siti Nur Kholizah dan Suprihatin dari SMAN 1 Kedungpring, Lamongan, Jawa Timur. Karyanya berjudul Biofoam Engkong. Tim kedua yaitu Safira Aprilia Safitri dan Esti Indriani dari SMAN 1 Cisarua, Jawa Barat. Karyanya berjudul Nature Pot atau pot yang terbuat dari limbah media tanam jamur.

Tim ketiga terdiri dari Noni Mila Ardani dan Ni Putu Ayu Ratna Dewi, siswa SMAN Banua Kalimantan Selatan dengan karya temuan yang berjudul Pake-Ka atau kertas yang terbuat dari daun Kalakai.

Menurut Alex, tim pertama menarik perhatian juri karena karya mereka dinilai relevan dengan permasalahan yang ada saat ini, yaitu fenomena pemanasan global. Temuan siswa jika dikembangkan lebih lanjut, akan menjadi produk industri inovatif berbasis kearifan lokal.

“Tim pertama membuat foam atau busa dari bahan eceng gondok dan tepung singkong. Foam itu dirancang sebagai thermal insulator/penahan panas dalam ruangan,” tuturnya.

Inovasi yang dihasilkan kedua siswa juga sesuai dengan tema YIC 2019 dalam pencapaian target Sustainable Development Goals 12 (SDGs-12). Salah satu komponen dalam SDG’s adalah memastikan pola konsumsi dan produksi bertanggungjawab terhadap lingkungan, sosial dan budaya.

Alex menjelaskan, siswa peserta YIC 2019 merupakan para juara Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) dan Festival Inovasi Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) tahun 2018. Dua kegiatan itu dilaksanakan untuk menjaring siswa yang memiliki talenta dalam penelitian dan kewirausahaan.

Hal senada kemukakan Alvanov Zpalanzani Mansoor, dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) yang bertugas sebagai pendamping siswa saat berkompetisi. Katanya, YIC yang diadakan Asosiasi Sains Teknologi dan Inovasi (ASTI) itu diharapkan muncul berbagai inovasi yang memberi solusi atas masalah yang terjadi di lokasi lokal namun memiliki konteks global.

“Itu yang menjadi benang merah atas keberhasilan siswa Indonesia di YIC 2019. Karya siswa Indonesia menarik perhatian karena produknya memiliki konteks global,” ucap Alex menamdaskan. (Tri Wahyuni)