MATARAM (Suara Karya): Program bantuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan internet melalui Universal Service Obligation (USO) yang digagas pemerintah sejak 2017 lalu, ternyata berdampak positif pada proses pembelajaran di sekolah. Siswa terlihat makin aktif dalam kelas.
“Kalau dulu, guru bicara apa saja siswa hanya menyimak. Sekarang guru salah bicara, siswa langsung komplain sambil sodorkan informasi yang benar dari internet,” kata Firman Wijaya, Guru SMAN 3 Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) disela acara bimbingan teknis (bimtek) bagi Sekolah Gugus Depan (SGD) penerima bantuan TIK 3T – USO di Mataram, NTB, Jumat (26/10/2018).
Begitupun saat siswa diberi pekerjaan rumah (PR). Menurut Firman, siswa menerima tugas dengan senang hati. Kadang, PR diselesaikan di kelas dengam memanfaatkan internet di sekolah.
“Banyak manfaat yang diperoleh siswa dari program USO ini. Mereka makin rajin dan giat ke sekolah,” tutur guru kesenian yang juga merangkap operator TIK itu.
Dampak positif lainnya, lanjut Firman, kinerja guru juga meningkat. Ia mengaku tak perlu sering-sering keluar sekolah menuju warung internet (warnet) untuk sinkronisasi data di Dapodik (Data Pokok Pendidikan) atau memasukkan nilai siswa ke pusat pangkalan data siswa (PPDS).
“Guru juga memanfaatkan portal Rumah Belajar yang dibuat Pusat Teknologi Informatika dan Komunikasi (Pustekkom) untuk pengayaan materi. Bantuan TIK dan USO ini sangat berguna untuk pembelajaran,” ujar Firman yang masih berstatus honorer itu.
Karena itu, lanjut Firman, dirinya sering ditanya guru dari sekolah lain tentang cara pengajuan program TIK-ISO. Mereka ingin sekolahnya juga dapat fasilitas yang sama untuk kemajuan sekolahnya. “Kami minta ke pemerintah agar program ini diperluas. Agar makin banyak sekolah merasakan manfaat TIK untuk pembelajaran,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Erimansyah, operator TIK yang juga guru bahasa Indonesia di SMA PGRI, Bolo, Kabupaten Bima, NTB. Bukan hanya siswa dan guru yang jadi pinter lewat bantuan itu, tetapi juga masyarakatnya. Karena fasilitas internet hidup selama 24 jam.
“Setelah jam sekolah, masyarakat memanfaatkan fasilitas internet. Mereka menggelar tikar depan sekolah, sambil bahas segala macam hal yang infonya dari internet. Penjaga sekolah tidak kesepian lagi,” tutur Eri yang juga masih berstatus honorer tersebut.
Ia juga berharap bantuan TIK-USO bisa diperbanyak. Sehingga makin banyak siswa dan guru yang lebih aktif dalam pembelajaran. Kondisi itu pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. “Kami merasakan perbedaan itu. Kami harap program ini diperbanyak,” ucap Erimansyah.
Seperti diberitakan sebelumnya, tahun ini Pustekkom Kemdikbud meningkatkan jumlah penerima bantuan TIK dari 164 sekolah menjadi 518 sekolah. Bantuan diberikan ke sekolah di kawasan 3T (terluar, terdepan dan terpencil).
Bantuan TIK untuk sekolah merupakan bagian dari kerja sama Kemdikbud dan Kementerian Komunikasi dan Informatika yang sebelumnya telah menyediakan jaringan internet untuk sekolah di wilayah 3T denvan menggunakan USO (universal service obligation).
Lewat program itu diharapkan sekolah di kawasan 3T memiliki kualitas pendidikan yang setara dengan sekolah di perkotaan. Perangkat TIK yang diberikan berupa 4 buah laptop dengan kapasitas yang besar karena berisi konten pembelajaran yang bisa diakses secara offline, server mini, access point dan LCD proyektor.
Fasilitas internet dibiarkan hidup selama 24 jam agar bisa dimanfaatkan siswa atau warga lewat smartphone berbasis android. Akses teknologi dan infrastruktur digital penting agar tercipta koneksi antarwarga untuk penguatan pendidikan, peluang ekonomi serta penguatan nasionalisme di daerah tersebut. (Tri Wahyuni)