Suara Karya

Sosialisasi PTM Terbatas ala SMPN 1 Bogor, Wah Bisa Ditiru Nih!

JAKARTA (Suara Karya): Banyak cara bisa dilakukan sekolah untuk sosialisasi pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Satu yang dilakukan SMPN 1 Bogor adalah membuat video yang dibagikan ke satuan pendidikan lewat aplikasi WA.

“Dengan melihat video itu, diharapkan satuan pendidikan mulai dari siswa, guru dan tenaga kependidikan serta orangtua dapat memahami alurnya, misalkan batas orangtua mengantar anaknya hingga ruang kelas,” kata Wakil Kepala SMPN 1 Kota Bogor, Lukman dalam diskusi bertajuk “Persiapan PTM Terbatas” yang digelar Forum Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan (Fortadik) di Bogor, Sabtu (17/4/2021).

Lukman menjelaskan, ide pembuatan video tentang PTM terbatas itu belajar dari pengalaman sejumlah guru untuk memudahkan siswa memahami mata pelajaran saat pembelajaran jarak jauh. Sehingga sekolah tak perlu menjelaskan prosedur PTM terbatas kepada orangtua satu per satu.

“Kami bagikan video tersebut ke grup WA siswa dan orangtua untuk dipelajari. Jika ada orangtua yang belum paham bisa bertanya melalui grup WA tersebut. Sehingga tidak perlu mengumpulkan orangtua yang berpotensi menimbulkan kerumunan di sekolah,” ujarnya.

Persiapan lain yang dilakukan SMPN 1 Bogor antara lain penyediaan tempat cuci tangan di sejumlah tempat yang dinilai strategis bagi anak untuk mencuci tangan secara teratur. Sedangkan di kelas disediakan botol hand sanitizer. “Sekolah juga menyediakan masker cadangan untuk siswa jika ada yang hilang atau rusak,” kata Lukman.

Ditambahkan, orangtua juga diminta untuk antar dan jemput peserta didik selama PTM terbatas. Hal itu guna menjamin anak tidak berkumpul dengan peserta didik lain sepulang sekolah. Karena penularan covid-19 bisa saja terjadi sepulang sekolah.

“Kami berupaya keras agar sekolah tidak menjadi cluster baru dalam penularan covid-19. Termasuk meminta pengertian dari orangtua siswa untuk mengantar dan menjemput lagi peserta didik dari sekolah,” tuturnya.

Video yang dibuat SMPN 1 Bogor mendapat apresiasi Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor, Hanafi. Karena ada beberapa sekolah yang membuat video serupa yang diperankan guru dengan memakai seragam peserta didik. “Video jadi terlihat lucu,” ujarnya.

Hanafi menegaskan, Kota Bogor siap untuk PTM terbatas yang mengacu pada Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri, yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Menteri Kesehatan (Menkes) dan Menteri Agama (Menag).

Selain kesiapan, lanjut Hanafi, daftar periksa dan protokol kesehatan juga harus diperhatikan. Disdik dan sekolah menanyakan kepada orangtua siswa untuk izin agar anaknya ikut PTM terbatas.

“Kami tak memaksa anak untuk ke sekolah. Jika orangtua tak kasih izin, anak tetap ikut kelas pembelajaran jarak jauh,” tuturnya.

Hanafi juga mengatakan, Pemkot Bogor juga mempersiapkan kurikulum yang akan digunakan PTM terbatas nanti. Karena sekolah akan menggelar dua model pembelajaran, yaitu daring dan luring.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur SMA, Kemdikbud Purwadi Sutanto pada kesempatan yang sama menegaskan, PTM terbatas harus diikuti kesiapan sekolah untuk menyediakan sarana dan prasarana sesuai protokol kesehatan (prokes).

Caranya, lanjut Purwadi, sekolah wajib mengisi daftar periksa. Data terakhir sekolah yang sudah mengisi daftar periksa baru mencapai 60 persen. “Sekolah malas mengisi wajib isi daftar periksa, karena pertanyaannya dinilai rumit,” paparnya.

Menurut Purwadi, seharusnya isi daftar periksa cukup mencantumkan pertanyaan utama, seperti ketersediaan fasilitas cuci tangan air mengalir, alat pengukur suhu, dan hand sanitizer.

“Kalau harus ada cuci tangan di tiap kelas, ini memberatkan sekolah. Di tiap kelas cukup hand sanitizer. Kita akan terus evaluasi isi daftar periksa sekolah,” ungkapnya.

Persiapan sarana dan prasarana untuk PTM terbatas, Purwadi menyebutkan, sekolah bisa menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS). “Jadi tak ada alasan lagi untuk segera melaksanakan PTM terbatas pada tahun ajaran baru Juli mendatang,” ucapnya.

Hal lain yang harus diperhatikan sekolah adalah transportasi pelajar dan guru dari rumah ke sekolah atau sebaliknya. Sebaiknya orangtua dapat mengantar dan menjemput anak saat PTM terbatas. Hal ini mengurangi risiko anak berkumpul saat akan berangkat dan pulang sekolah.

Jika orangtua tidak bisa, dia berharap Pemerintah Daerah (Pemda) bisa memberi fasilitas transportasi kepada pelajar. Hal ini agar seluruh kegiatan pelajar di luar sekolah dapat terpantau.

“Seperti di Bogor kan ada wacana Wali Kota Bima Arya menyewa dan membiayai anak-anak pakai angkot. Jadi, saat jam berangkat harus angkut anak sekolah dan pulang juga begitu,” katanya.

Purwadi ingin pemantauan PTM terbatas dilakukan secara ketat. Hal itu demi proses pembelajaran di tengah pandemi dapat mengalami perbaikan. “Kita harus terus mencoba terus dan melakukan banyak best practice di lapangan,” ucapnya.

Soal upacara bendera, Purwadi mengatakan, kegiatan itu untuk sementara ditiadakan. Kecuali sekolah yang memilili lapangan luas, upacara bendera bisa dilakukan dengan menjaga jarak. “Tapi itu sifatnya tidak wajib. Takutnya setelah upacara, peserta didik saling berlarian sehingga terjadi kontak fisik yang berpotensi penularan,” ujar Purwadi.

Ditegaskan, selama PTM terbatas, siswa dilarang berkegiatan selain mengikuti pembelajaran di dalam kelas. Termasuk kegiatan ekstrakulikuler. “Karena kantin tidak buka, orangtua harus membawakan bekal bagi anaknya,” katanya.***

Related posts