STP Trisakti Bahas Persiapan “New Normal” di Dunia Pariwisata

0

JAKARTA (Suara Karya): Dunia pariwisata di Indonesia harus mulai mempersiapkan diri menghadapi ‘new normal’, seiring dengan rencana pemerintah menghapus kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berkala Besar) pada Juni mendatang. Perubahan itu harus diantipasi cepat, agar dunia pariwisata dapat bangkit lagi pascapandemi corona virus disease (covid-19).

“Kita perlu segera buat SOP (Standard Operational Prosedure), misalkan untuk perhotelan seperti apa dalam kondisi pandemi seperti ini. Kita bisa belajar dari pengalaman negara lain yang memiliki kasus serupa,” kata Kepala Departemen Perhotelan, STP Trisakti, Agus Riyadi sebagai salah satu pembicara dalam seminar berbasis internet (webinar) bertajuk “How Room Division Can Adopt in A New Normal”, Sabtu (30/5/20).

Pembicara lain dalam acara yang digelar STP Trisakti adalah staf pengajar Departemen of Rehabilitation Medicine Division, RS Cipto Mangunkusumo-FKUI, dr Wanarani Aries, Executive Housekeeper at Oakwood Premier Cozmo Jakarta, Rina Purnamasari, Director of Operation & Commercial AR Hospitality, Muhammad Muchlis, General Manager 5 Star Reputable International Chain Hotel, Ulil Azmi dan Ketua Asosiasi Profesi Laundry Divisi Komersial, Jiman Gunarto.

Agus menambahkan, pembuatan SOP menjadi urgen bagi dunia pariwisata agar pelaku usaha memiliki standar yang sama dalam menyikapi “new normal” agar bisnis pariwisata dapat bangkit kembali pascapandemi. Perubahan perilaku konsumen akan menuntut industri pariwisata memberikan jaminan (Safe travels) .

“Karena nantinya, setiap ruangan harus sering disterilkan. Belum lagi, bagian yang sering dipegang tangan, seperti tombol lift, pintu atau elevator yang butuh penanganan ekstra karena jadi sumber penularan virus. Semua upaya itu bisa menguras dana dan tenaga,” ujarnya.

Hal senada dikemukakan dr Wanarani. Katanya, pandemi yang terjadi setiap 100 tahun sekali itu disebabkan terganggunya keseimbangan alam. Sehingga butuh tatanan baru dalam semua bidang usaha, termasuk bisnis pariwisata agar mampu bertahan menghadapi covid-19.

“Seperti apa tatanan baru dalam dunia pariwisata, mari kita rumuskan bersama mulai dari pembuatan SOP, edukasi ke masyarakat hingga persiapan sarana dan prasarana agar masyarakat terhindar dari covid-19,” tuturnya.

Ia menambahkan, bisnis pariwisata tetap menjanjikan pascapandemi. Karena orang butuh refreshing untuk mentalnya setelah menjalani karantina selama berbulan-bulan. Karena itu, bisnis pariwisata harus bisa memberi jaminan akan kebersihan dan keamanan dari covid-19 kepada masyarakat.

“Ruangan dibersihkan dengan disinfektan secara rutin, sediakan hand sanitizer yang berbeda untuk dewasa dan anak-anak, kewajiban memakai masker, benda yang sering dipegang tamu harus segera dibersihkan setiap waktu. Protokol kesehatan semacam ini harus dipatuhi baik karyawan maupun tamu,” ujarnya.

Sementara itu, Rina Purnamasari meminta pada pengelola bisnis pariwisata untuk menambah karyawan agar proses pembersihan ruang dapat berlangsung optimal. Jika satu roomboy bertanggungjawab atas 20-25 kamar per hari, kini beban itu harus dikurangi karena waktu bersih-bersih kamar jadi lebih lama.

“New normal ini membawa konsekuensi bagi pengelola di bisnis pariwisata untuk mengeluarian uang lebih banyak. Karena harus beli disinfektan yang anti virus, butuh tenaga tambahan untuk urusan bersih-bersih serta sarana dan prasarana lainnya,” katanya.

Selain itu, lanjut Rina, pengelola harus memberi makanan bergizi baik kepada karyawan agar tidak mudah sakit. Terutama makanan yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh. “Dana esktra untuk beli vitamin bagi karyawan jangan dianggap beban. Jika karyawan sakit, justru biayanya lebih mahal,” ucapnya.

Pernyataan serupa dikemukakan Muhammad Muchlis dan Ulil Azmi. Perhotelan harus membuat perencanaan investasi hingga 10 tahun kedepan terkait pandemi covid-19. Membuat analisa biaya kamar agar perusahaan untung, namun harganya tetap terjangkau.

“Mulai dari sekarang hotel melakukan room cost analysis, sebagai langkah antisipasi saat perekonomian masyarakat mulai berputar dan bisnis pariwisata kembali menggeliat,” kata Muchlis menandaskan. (Tri Wahyuni)