
JAKARTA (Suara Karya): Hasil survei yang dilakukan Program PINTAR Tanoto Foundation di masa pandemi corona virus disease (covid-19) menunjukkan 9 dari 10 sekolah di area perdesaan dan semi perkotaan kesulitan dalam menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
“Kondisi serupa juga terjadi di area perkotaan. Karena hanya 1/3 sekolah yang menyatakan siap menerapkan PJJ,” kata Global CEO Tanoto Foundation, Satrijo Tanudjojo dalam keterangan pers, Kamis (1/4/2021).
Satrijo menjelaskan, survei dilakukan di 450 sekolah dasar dan menengah mitra Tanoto Foundation di 21 kabupaten di Indonesia. “Survei juga menemukan tantangan PJJ yang dihadapi guru dan kepala sekolah,” ujarnya.
Tantangan itu disebutkan, antara lain terkait infrastruktur dimana murid dan guru memiliki akses internet terbatas dan perangkat yang kurang memadai. Begitu pun kompetensi guru. Mereka kesulitan menggunakan teknologi dan media digital untuk menilai pemahaman siswa atas materi pembelajaran serta memantau perkembangan siswa.
Sebagai informasi, sejak dinyatakan pandemi covid-19 di Indonesia pada awal Maret 2020, pemerintah menerapkan PJJ untuk memastikan keberlangsungan kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran jarak jauh memanfaatkan teknologi dan metode pembelajaran kreatif.
“Karena PJJ ini dilakukan tanpa adanya pelatihan, maka siswa juga kesulitan untuk memahami metode pembelajaran yang berbeda. Begitu pun ketidaksiapan orang tua untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
“Semua pihak, termasuk pemerintah perlu waktu untuk beradaptasi dengan perubahan di sektor pendidikan ini. Apalagi, banyak sekolah belum akrab dengan teknologi dalam pembelajaran,” tutur Satrijo.
Merujuk pada survei tersebut, ditambahkan, fasilitator program PINTAR mengembangkan rencana yang berfokus pada pembekalan pendidik dengan kompetensi dan fasilitas yang sesuai. Sehingga mereka dapat memanfaatkan teknologi dalam PJJ secara efektif.
“Kami luncurkan platform pelatihan e-teacher untuk membiasakan guru dengan sistem manajemen pembelajaran dan kolaborasi sederhana melalui kelompok kerja guru,” katanya.
Untuk mencapai target dan keberlanjutan, lanjut Satrijo, TF mengalihkan pengeluaran dari infrastruktur fisik ke teknologi pendukung pembelajaran.
Di bidang pendidikan tinggi, Satrijo mengemukakan, TF membuka rekrutmen beasiswa Teladan angkatan 2021 untuk pertama kalinya secara daring. Proses itu meliputi pendaftaran daring, seleksi awal tiga langkah (termasuk tes gamifikasi dan tulis) hingga seleksi akhir (diskusi kelompok secara daring, gamifikasi, dan wawancara daring). Hal itu untuk memastikan kualitas peserta yang terpilih.
“Yayasan telah menseleksi 172 penerima program Teladan dari 10.895 pendaftar. Selama periode 2004-2020, TF telah memberi beasiswa kepada 7.825 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia,” katanya. (Tri Wahyuni)