Suara Karya

Tahun Depan, Peserta Lolos SNMPTN ‘Dikunci’ Tak Bisa ke SBMPTN

Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), Prof Nasih dalam keterangan pers secara virtual, Sabtu (12/12/20). (Suarakarya.co.id/Tri Wahyuni)

JAKARTA (Suara Karya): Peserta Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2021 diingatkan untuk serius dalam memilih program studi (prodi) pilihan. Pasalnya, jika sudah diterima di SNMPTN, maka namanya akan “terkunci’ dan tak bisa daftar ke SBMPTN.

“Sistem baru ini diberlakukan, karena banyak kursi kosong di SNMPTN yang ditinggalkan pemiliknya lantaran prodi yang diterima adalah pilihan kedua. Jika seperti itu, lebih baik ambil satu prodi saja,” kata Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), Prof Nasih dalam keterangan pers secara virtual, Sabtu (12/12/20).

Rektor Universitas Airlangga itu menjelaskan beberapa perubahan dalam pelaksanaan SNMPTN 2021. Diharapkan sekolah dapat memahami sistem terkini dalam proses penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri tersebut.

Perubahan itu, disebutkan, antara lain LTMPT akan menetapkan kuota siswa per sekolah yang boleh didaftarkan ke Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Kuota itu, dihitung berdasarkan status akreditasi. Untuk akreditasi A yaitu 40 persen dari yang terbaik, B sebesar 25 persen dan C sebesar 5 persen.

Sekolah juga diminta untuk melakukan pemeringkatan siswa lebih dahulu. Pemeringkatan itu mempertimbangkan nilai mata pelajaran yaitu matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan tambahan untuk IPA adalah kimia, fisika dan biologi. Untuk IPS adalah sosiologi, ekonomi dan geografi.

Untuk kelas Bahasa, lanjut Prof Nasih, tambahannya adalah sastra Indonesia, anthropologi dan salah satu bahasa asing. Untuk SMK, selain tiga mata pelajaran ditambah kompetensi keahlian.

Proses selanjutnya, kata Prof Nasih, sekolah harus membuat akun portal resmi LTMPT. Lewat akun tersebut, sekolah memasukkan data siswa berdasarkan pemeringkatannya. Jumlah siswanya harus sesuai dengan kuota yang ditetapkan. “Jumlahnya harus sesuai, tidak boleh lebih,” ujarnya.

Peserta SNMPTN dapat memilih dua prodi di satu PTN atau dua PTN. Jika pilihan di dua PTN, maka salah satunya harus PTN yang ada di provinsi dimana peserta tinggal. Peserta dianjurkan untuk tidak lintas minat. Maksudnya, siswa IPA tidak memilih prodi di IPS seperti akuntasi, manajemen atau hubungan internasional. Atau kelas IPS memilih prodi IPA.

“Banyak pengalaman siswa IPS yang memilih prodi IPA kesulitan saat kuliah dan IPK-nya selalu minim. Bahkan tak sedikit yang putus di tengah jalan. Jika ada yang berhasil itu hanya segelintir orang. Karena itu dianjurkan untuk tidak lintas minat,” katanya.

Ditanyakan jika dalam pemeringkatan nilainya sama, Prof Nasih mengatakan, sekolah bisa menerapkan kriteria lain, hingga siswa terpilih sesuai kuota.

Kriteria lainnya adalah sekolah harus memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) dan memakai kurikulum nasional. Sekolah yang ingin siswanya ikut SNMPTN, dapat segera mengurus NPSN. Karena proses registrasi dan pengisian data akan berlangsung mulai 4 Januari hingga 1 Februari 2021.

“Sekolah dengan kurikulum internasional belum bisa ikut SNMPTN maupun SBMPTN,” kata Prof Nasih menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts