
BEKASI (Suara Karya): Capaian 8 Indikator Kinerja Utama (IKU) yang sebelumnya ditargetkan kepada perguruan tinggi negeri (PTN), kini berlaku juga bagi perguruan tinggi swasta (PTS). Upaya itu dilakukan demi peningkatan mutu di perguruan tinggi.
“Selain sosialisasi dan membuat kebijakan terkait target capaian 8 IKU, kami juga dorong PTS dengan kualitas bagus melakukan pendampingan kepada kampus yang kurang bagus,” kata Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah III DKI Jakarta, Paristiyanti Nurwardani di kampus UEU, Bekasi, Kamis (9/2/23).
Pernyataan itu disampaikan Paris dalam acara talkshow dan Focus Group Discussion (FGD) hasil kolaborasi dengan kampus Universitas Esa Unggul (UEU).
Paris menambahkan, capaian 8 IKU memang belum diterapkan secara formal kepada PTS. Namun, kebijakan tersebut mulai diperkenalkan untuk memudahkan dalam penilaian kualitas PTS.
“Belum lama ini, perguruan tinggi yang menerapkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) mendapat penghargaan dari Kemdikbudristek. Dari 10 kampus penerima penghargaan terbaik, 9 kampus diantaranya berada naungan LLDikti Wilayah III,” ucapnya.
Paris memaparkan 8 IKU yang harus dipenuhi perguruan tinggi. Pertama, lulusan mendapat pekerjaan yang layak. “Banyak lulusan perguruan tinggi di Jakarta yang mendapat pekerjaan dengan gaji 1-2 kali UMR. Itu menandakan IKU pertama sudah dicapai,” ujarnya.
IKU ke-2 adalah mahasiswa mendapat pengalaman di luar kampus melalui kegiatan magang kerja, riset, pertukaran pelajar, wirausaha dan lewat kegiatan mengajar. “Kegiatan hari ini salah satunya. Acara semacam dilakukan secara bergiliran ke kampus di Jakarta,” katanya.
IKU ketiga yaitu dosen berkegiatan di luar kampus. IKU ke-4 adalah praktisi mengajar di dalam kampus. “Banyak industri di Jakarta memiliki perguruan tinggi, sehingga mudah bagi dosen maupun mahasiswa yang ingin magang atau berkegiatan di luar kampus,” ucap Paris.
Sedangkan IKU ke-5 adalah hasil kerja dosen digunakan oleh masyarakat. Hal itu kami lakukan lewat Kedaireka Program Matching Fund yang dikembangkan Ditjen Diktiristek, Kemdikbudristek.
“Perguruan tinggi penerima program matching fund terus meningkat hingga 10 kali lipat,” kata Paris menegaskan.
Pada IKU ke-6, yaitu program studi bekerjasama dengan mitra kelas dunia dan IKU ke-7 yaitu kelas yang kolaboratif dan partisipatif. Upaya itu dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan kelas internasional yang dijalankan sejumlah kampus.
“Dengan demikian, kampus yang kualitasnya kurang bagus bisa mendapat pengalaman lewat kolaborasi ini.
Untuk IKU ke-8 adalah program studi berstandar internasional. LLDikti melakukan pendekatan dengan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) sehingga kampus bisa mengikuti arahan sehingga target 8 IKU bisa tercapai.
“Mencapai target 8 IKU memang tidak mudah, tetapi bukan mustahil dicapai. Apalagi LLDikti Wilayah III punya klinik MBKM yang dapatbdimanfaatkan kampus untuk konsultasi. Sehingga kegiatan yang dilakukan kampus sesuai dengan harapan dari Kemendikbudriatek,” ujarnya.
Buah dari kerja keras yang dilakukan Kepala LLDikti dalam Program MBKM berbuah manis. Lembaga tersebut meraih medali emas Penghargaan Anugerah Diktiristek dalam hal fasilitasi kerja sama.
“Penghargaan ini akan menjadi amunisi bagi kami untuk terus berkolaborasi. Termasuk dengan UEU, salah satu kampus terbaik di wilayah III Jakarta,” ucapnya.
UEU meraih penghargaan untuk kategori kerja sama internasional terbaik, pelaporan kerjasama terbaik. UEU juga meraih medali emas untuk kerjasama dengan industri terbaik. (Tri Wahyuni)