Teaching Factory’ Tingkatkan Pembelajaran di SMK hingga 7 Persen!

0

JAKARTA (Suara Karya): Model ‘teaching factory’ yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) meningkatkan pembelajaran hingga 7 persen, dari 45 persen pada 2020 menjadi 52 persen pada 2021.

Data tersebut merupakan hasil survei penguatan pendidikan vokasi yang dilakukan lembaga survei Indikator Politik Indonesia (IPI) pada akhir 2021.

“Peningkatan itu menjadi semangat bagi para pengajar yang sedang menerapkan Program Merdeka Belajar, yaitu SMK Pusat Keunggulan dan Merdeka Belajar Vokasi,” kata Dirjen Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek), Wikan Sakarinto dalam acara Silaturahmi Merdeka Belajar secara daring, Kamis (13/1/22).

Sebagai informasi, ‘teaching factory’ adalah model pembelajaran di SMK yang berbasis produksi/jasa. Penerapannya mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri, serta suasana kelas dibuat seperti di industri.

“Sejak 2019 hingga 2021 terjadi tren peningkatan BMW (bekerja, melanjutkan studi dan wirausaha) di SMK. Begitu pun penerapan ‘teaching factory’. Kondisi ini sangat baik, karena ‘teaching factory’ merupakan level spesial yang mendukung link and match,” ujar Wikan.

Ditambahkan, jumlah praktisi industri yang mengajar di SMK hingga 50 jam per semester pun meningkat sebesar 20-40 persen. “Kenaikan tenaga pengajar dari industri menjadi penting, agar makin banyak lulusan SMK yang terserap di dunia kerja atau menjadi wirausaha,” tuturnya.

Sekolah yang terpilih, lanjut Wikan, diharapkan bisa menjadi rujukan lewat program pengimbasan. Hal itu akan mendorong peningkatan kualitas dan kinerja SMK di sekitarnya.

Kepala SMKN 1 Batam, Lea Lindrawijaya Suroso dalam kesempatan yang sama mengatakan, pihaknya mendapat manfaat besar dari program SMK Pusat Keunggulan, terutama dalam pembentukan sumber daya manusia yang unggul.

“Respons stakeholder kian kuat hingga menambah kelas industri. Alhasil, transfer industri ke guru maupun siswa berdampak pada mutu sekolah,” ujarnya.

Lea yakin, penerapan kurikulum SMK PK membuat peserta didik merasa bahagia dalam pembelajaran. Namun, dengan catatan, pengajar harus mengubah pola berpikir dengan menguatkan semua mata pelajaran.

Direktur Riset Indikator Politik Indonesia, Adam Kamil, mengatakan, minat calon peserta didik masuk SMK masih tinggi. Untuk peningkatan keterampilan, mayoritas peserta didik merasakan peningkatan kualitas di SMK PK.

“Respons DUDI (dunia usaha dan dunia industri) juga sangat positif atas program ini, sehingga tercipta kerja sama baru. Keterserapan lulusan masuk DUDI juga mengalami peningkatan. Dengan respons positif, penting untuk mempertahankan program tersebut,” tuturnya.

Terkait program Kampus Merdeka Vokasi, visinya adalah terintegrasinya pendidikan tinggi vokasi dengan dunia kerja untuk menghasilkan lulusan yang lebih kompeten, produktif dan kompetitif. Integrasi perguruan tinggi vokasi dengan dunia kerja dilaksanakan melalui program ‘link and match’ 8+i yang tidak sekadar adanya nota kesepahaman.

Ada dua fokus utama dalam Kampus Merdeka Vokasi, yakni Dana Kompetitif Kampus (Competitive Fund) Vokasi dan Dana Padanan Kampus (Matching Fund) Vokasi.

Wikan menjelaskan, pendanaan matching fund vokasi pada 2021 mencapai Rp22,6 miliar. Dana itu dibagikan ke 43 perguruan tinggi vokasi (PTV), 98 program studi, serta melibatkan 4.440 mahasiswa. Program akan dirilis kembali pada Februari 2022, agar perguruan tinggi vokasi lebih berkualitas

Selain itu, minat yang tinggi untuk ‘competitive fund’, terutama program D3 menjadi sarjana terapan. Demikian pula minat program D2 ‘fast track’ yang terus bertambah.

Direktur Politeknik Negeri Bali, I Nyoman Abdi menyebutkan, program D2 ‘fast track’ disambut baik oleh semua jurusan di politeknik yang dipimpinnya. Sehingga mereka membuka 8 program studi D2 ‘fast track’.

“Kami di kampus membuka program ini merujuk pada kebutuhan industri. Karena itu dibuka 8 prodi D2 ‘fast track’ ini bukan rekayasa,” ujar Abdi.

Ditambahkan, kampusnya juga berkolaborasi dengan SMK-PK sebagai mitra dalam mengembangkan kompetensi siswa SMK. “Saya memberi apresiasi setinggi-tingginya, program D2 ‘fast track’ ini. Kolaborasi sudah dilakukan di semua SMK partner, yang merupakan SMK PK,” ucap Abdi. (Tri Wahyuni)