
JAKARTA (Suara Karya): Program Vaksinasi telah dilakukan banyak negara untuk mengakhiri pandemi corona virus disease (covid-19). Namun, hal itu tidak memberi jaminan virus akan pergi begitu saja. Bahkan, jika 70-80 persen penduduk dunia sudah divaksinasi.
Karena itu, pakar kesehatan yang juga mantan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim menilai, sekarang saatnya investasi di sektor tenaga medis publik untuk mempercepat berakhirnya pandemi covid-19.
Tenaga medis publik yang dimaksud Jim Yong Kim adalah warga lokal yang dipercaya komunitas untuk melakukan ‘contact tracing’. Mereka juga bisa diberdayakan untuk distribusi vaksin. Upaya itu merupakan langkah antisipasif, jika ada warga yang menolak vaksinasi.
“Ada sebagian masyarakat yang baru mau divaksinasi, jika dilakukan oleh orang yang dipercaya di komunitasnya. Jadi warga lokal bisa dijadikan sebagai tenaga medis,” kata Kim dalam diskusi virtual DBS Asian Insight dan IDE Katadata 2021, Senin (22/3/2021).
Kim menambahkan, Bank Dunia memiliki program ‘cash transfer’ atau bantuan uang untuk mereka yang tidak mampu. Namun, bantuan itu tidak cuma-cuma. Para penerima bantuan harus bersedia mengikuti pelatihan.
“Hal semacam itu kami lakukan di Haiti dan Rwanda. Mereka menerima uang dari program ‘cash transfer’, lalu dilatih untuk melakukan contact tracing terhadap warga yang terinfeksi covid-19. Mereka juga bisa diminta melakukan distribusi vaksin. Itu menjadi bentuk investasi di sektor publich health work force,” ujarnya.
Menurut Kim, program transfer uang tunai juga bisa menjadi stimulus ekonomi di masa pandemi. Karena, uang tunai yang diberikan akan dipakai untuk konsumsi. Hal itu akan membantu perekonomian negara bersangkutan.
Kim menambahkan, pandemi covid-19 membuat semua negara harus mulai memperbanyak jumlah tenaga medis. Untuk mewujudkan hal itu, l harus ada investasi di sektor tenaga medis.
“Kita tidak pernah tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Bila 70-80 persen warga di dunia sudah divaksinasi dan pandemi berakhir, maka itu harus kita rayakan,” ujarnya.
Namun, Kim juga mengingatkan, virus covid-19 terus bermutasi dan mereka yang sudah divaksinasi masih bisa terinfeksi oleh mutasi virus tersebut. Bila skenario buruk itu terjadi, maka perlu diulang lagi dari pertama.
Kim juga menyarankan vaksinasi tidak hanya dilakukan berdasarkan usia tetapi dari wilayah yang paling banyak terdapat kasus positif. Hal itu akan jauh efektif dalam meredam penyebaran covid-19.
Bila ada satu wilayah memiliki banyak kasus positif, lanjut Kim, maka wilayah dan area di sekitarnya harus menjadi prioritas dari program vaksinasi. Pada dasarnya virus covid-19 itu mudah ditebak.
‘Asal menerapkan pemeriksaan, contact tracing, treatment, isolasi dan karantina, maka penyebaran virus tersebut bisa dikontrol,” ucapnya.
Kim menambahkan, pandemi covid-19 berbeda dengan pandemi yang pernah terjadi sebelumnya. Ini karena virus covid-19 sangat berbahaya dibanding Ebola atau SARS. Selain itu, mereka yang terinfeksi tidak memperlihatkan gejala tertentu, sehingga bisa menularkan virus ke orang lain.
Saat ini, sudah ada keajaiban lewat ketersediaa vaksin Clcovid-19 oleh sejumlah perusahaan farmasi. Namun, jumlah vaksin itu masih belum mencukupi untuk 70-80 persen penduduk dunia.
“Bila perusahaan farmasi mampu meningkatkan produksi vaksin, bukan tidak mungkin pandemi covid-19 bisa berakhir sebelum 2022,” kata Kim menandaskan. (Tri Wahyuni)