Teknologi Kian Masif, Idealnya Indonesia Punya 5 Ribu PTP

0

JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) membutuhkan 5 ribu pengembang teknologi pembelajaran (PTP), untuk mengejar penggunaan teknologi yang kian masif.

“Saat ini baru ada sekitar 2 ribu PTP di Indonesia. Jumlah itu masih belum ideal, jika melihat penggunaan teknologi di dunia pendidikan yang kian masif,” kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin), Hasan Chabibie di Jakarta, Rabu (23/11/22).

Pernyataan itu disampaikan dalam kegiatan Simposium Regional PTP Tahun 2022 bertajuk ‘Peran PTP Dalam Menyukseskan Transformasi Digital’.

Hasan menambahkan, pihaknya belum melakukan kajian secara ilmiah terkait kebutuhan PTP saat ini. Tetapi, jika merujuk pada perhitungan tahun 2017, maka kebutuhan PTP saat ini diperkirakan mencapai 5 ribu orang.

“PTP ini diusulkan dari Kementerian dan Lembaga (K/L) dan pemerintah daerah. Jika tidak ada formasi PTP dalam penerimaan pegawai baru, ya kami hanya bisa pasrah,” ujarnya.

Keberadaan PTP, menurut Hasan, erat kaitannya dengan tranformasi pembelajaran digital. Ia memastikan pembelajaran daring tetap berjalan jika ke depan muncul kembali pandemi. Hal itu berkaca dari pengalaman pandemi covid-19.

“Mau tidak mau kita harus lakukan refleksi, sehingga efek covid-19 pada titik tertentu sudah membuka digital ke depan dalam dunia pendidikan kita. Dan hal itu bisa kita lampaui dengan sebaik-baiknya,” ujarnya.

Hasan menambahkan, teknologi juga menjadi bagian penting dari upaya transformasi digital di bidang pendidikan. Karena saat ini tersedia platform Merdeka Mengajar, Rapor Pendidikan, SIPLah, maupun Rumah Belajar.

“Lewat simposium ini, kami harapkan peran terbaik PTP bisa dibagikan ke kementerian atau lembaga sehingga bisa saling tiru, saling menginspirasi, dan diterapkan. Kami ingib tranformasi digital betul-betul merata di satuan pendidikan,” kata Hasan.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemdikbudristek, Suharti yang hadir secara virtual meminta, para PTP terus mengembangkan kompetensi diri dengan berbagai macam mekanisme.

“Tak harus selalu bertemu, tetapi bagaimana melatih diri dengan cara terus mencari dan membangun diri secara mandiri. Kolaborasi juga menjadi kunci, baik itu dengan pemerintah, teman sesama PTP baik di Kemdikbudristek maupun di kementerian lain,” ucap Suharti menandaskan. (Tri Wahyuni)