Tekuni Hobi Agar Jadi Cuan di Media Digital

0

JAKARTA (Suara Karya): Perkembangan industri digital yang kian pesat memberikan sejumlah peluang baru. Berawal dari sebuah kegemaran atau hobi, berubah menjadi profesi baru yang mampu menghasilkan ”cuan”. Potensi pendapatan baru penghasil cuan ini kian terbuka, terlebih jika didukung dengan pemahaman kecakapan digital.

”Salah satunya adalah kecakapan dalam bidang audio digital,” ujar Ketua STIKOSA AWS Surabaya Meithiana Indrasari, dalam diskusi literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI untuk komunitas digital Desa Ngumpul, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Jumat (10/3/2023).

Meithiana mengatakan, audio digital merupakan teknologi yang digunakan untuk merekam, menyimpan, memanipulasi, menghasilkan, dan mereproduksi suara dengan menggunakan sinyal audio yang telah dikodekan dalam bentuk digital.

”Audio digital banyak digunakan dalam bisnis, karena suara memberikan pengalaman berbeda. Audio marketing adalah cara bagi bisnis, merek, dan influencer untuk menjangkau audiens target mereka melalui konten audio langsung atau rekaman,” jelas Meithiana.

Kini, lanjut Meithiana, muncul bintang baru dalam dunia pemasaran digital yang disebut Podcast. Jumlah konten Podcast Apple mencapai lebih dari 800.000 konten pada Desember 2019. ”Ada sekitar 2 juta konten Podcast terindeks di mesin pencarian Google sampai dengan 2019,” imbuhnya.

Menurut Methiana, Podcast memiliki banyak manfaat dalam bisnis. Selain sebagai sumber pendapatan baru, Podcast juga unggul dari kompetitor, menyampaikan pesan dengan efektif sebagai branding bisnis. Selebihnya, Podcast dapat menjadi media pembelajaran dari narasumber dan dapat didengarkan secara fleksibel.

Sekadar catatan, Kemenkominfo aktif menyelenggarakan program literasi untuk menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia pada 2024. Program Indonesia #MakinCakapDigital selalu membahas setiap tema dari sudut pandang empat pilar utama. Yakni, kecakapan digital, etika digital, keamanan digital, dan budaya digital.

Masih dari perspektif kecakapan digital, Ketua Relawan TIK Surabaya Muhajir Sulthonul Azis mengatakan, kecakapan digital yang harus dimiliki pengguna digital adalah mampu memahami perbedaan antara aplikasi percakapan dan media sosial terkait dengan produksi dan distribusi konten.

Bagi Muhajir, memproduksi konten dapat menjadi lahan baru yang menghasilkan cuan. Meski begitu, kreator konten harus paham kelebihan dan kekurangan media sosial. ”Misalnya, antara Facebook, Instagram, Twitter, dan YouTube, memiliki karakter dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing,” jelasnya.

Dalam diskusi bertajuk ”Hobi Jadi Cuan Lewat Media Digital” yang diikuti banyak peserta itu, digital enthusiast M. Adhi Prasnowo menambahkan, sebelum menjadikan hobi sebagai ladang penghasil cuan, pengguna digital perlu memahami aspek keamanan digital.

Inilah sebuah proses untuk memastikan penggunaan layanan digital, baik secara daring maupun luring, dapat dilakukan secara aman. ”Tidak hanya untuk mengamankan data yang dimiliki, melainkan juga melindungi data pribadi yang bersifat rahasia,” kata Adhi.

Meski begitu, agar hobi bisa menghasilkan cuan, fokuslah pada satu bidang. Lalu, perkuat dengan branding, baik online maupun offline. ”Juga, terus berinovasi dan bergabung dengan komunitas agar jejaring semakin bagus,” ujar Adhi dalam diskusi yang dipandu praktisi penyiaran Ari Utami itu.

Tahun ini, Kemenkominfo melaksanakan program nasional Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) 2023 sejak 27 Januari 2023. Membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta, IMCD bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman. (Pram)