Suara Karya

Terbukti Dongkrak Inovasi, Program MF Vokasi 2024 Diluncurkan!

JAKARTA (Suara Karya): Terbukti mendongkrak inovasi dan reputasi Indonesia di dunia internasional, Program Matching Fund (MF) atau Dana Padanan Vokasi kembali diluncurkan.

Dampak positif dari Program MF terlihat pada Global Innovation Index (GII) atau Indeks Inovasi Indonesia, selain juga pada Score University-Industry Collaboration atau skor kolaborasi antara industri dan universitas di Indonesia.

Pada 2021, GII yang menilai tingkat produktivitas dan inovasi, menempatkan Indonesia di peringkat 87. Peringkat itu lalu naik menjadi 75 pada 2022 . Tahun berikutnya, peringkat naik lagi menjadi 61 dari 132 negara.

Tak hanya GII, program MF juga berhasil menciptakan ekosistem kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri dalam menghasilkan produk inovasi. Hal itu berdampak pada peningkatan signifikan skor pada University-Industry Collaboration.

Terbukti dari hasil skor University-Industry Collaboration Indonesia pada 2020 sebesar 53.5, lalu meningkat menjadi 87.4 atau meningkat 38 persen pada 2023.

“Selain dibuka lebih awal, Program MF 2024 juga melakukan terobosan pembiayaan multiyear atau multi-tahun untuk menjamin keberlanjutan penelitian,” kata Dirjen Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek), Kiki Yuliati.

Penegasan tersebut disampaikan Kiki Yuliati dalam peluncuran Program MF Vokasi, di Jakarta, pada Jumat (27/10/23).

Kiki menegaskan, berbagai capaian Matching Fund tidak hanya membawa manfaat bagi dosen maupun industri, tetapi juga terhadap reputasi Indonesia di kancah global yang sedang terus diupayakan pemerintah.

“Kita ingin timbul kepercayaan masyarakat global tentang kesiapan Indonesia menjadi negara yang produktif dalam berbagai aktivitas ekonomi global,” ujarnya.

Dengan reputasi yang baik di kancah global, menurut Kiki, maka kepercayaan para investor terhadap Indonesia akan meningkat. Diharapkan, hal itu berdampak signifikan terhadap kemajuan ekonomi bangsa Indonesia.

Kiki menjelaskan, skema pembiayaan dalam program MF yang dapat dilakukan secara multi-tahun. Hal itu akan menjamin keberlanjutan riset.

Skema pendanaan multi-tahun diharapkan akan mendorong pelaksanaan teaching factory atau teaching industry di perguruan tinggi vokasi.

“Lewat skema multiyear ini, kami ingin terjadi percepatan pembangunan teaching factory atau teaching industry di kampus vokasi. Karena pada dasarnya, pendidikan vokasi adalah industrial based learning,” ucapnya.

Dengan skema pendanaan multi-tahun, diharapkan industri dapat bekerja sama dengan satuan pendidikan vokasi untuk mendukung pembelajaran sekaligus memproduksi barang atau jasa.

Sementara itu, dosen yang juga peneliti dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Prof. Dedid Cahya Happyanto menyambut baik terobosan baru skema pendanaan multi tahun.

“Skema ini akan menguntungkan bagi industri, sehingga diharapkan menarik lebih banyak industri untuk pengembangan inovasi di Tanah Air,” ujarnya.

Dedid menambahkan, fungsi multi tahun itu diperlukan karena penelitian bisa berkelanjutan agar menjadi lebih sempurna.

Dedid saat ini sedang mengembangkan penelitian di bidang autonomous electric vehicle. Inovasi tersebut sudah dilirik oleh industri.

Sementara itu, Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Kemdikbudristek, Beny Bandanadjaja mengatakan, skema pendanaan multi-tahun untuk penelitian skema A, yakni hilirisasi inovasi hasil riset untuk tujuan komersialisasi.

“Termasul hilirisasi kepakaran untuk menjawab kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), pengembangan produk inovasi bersama DUDI/mitra inovasi, dan peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) atau produk substitusi impor melalui proses reverse engineering,” ujarnya.

Beny menyampaikan, selama tiga tahun penyelenggaraan Program MF mendapat antusiasme yang tinggi dari perguruan tinggi vokasi. Pada 2021 ada 258 proposal yang masuk, lalu pada 2022 sebanyak 552 proposal, dan pada 2023 ada 1.026 proposal.

“Kami berhasil mengeskalasi minat para dosen vokasi dan industri untuk terlibat dalam program Matching Fund Vokasi ini,” kata Beny.

Pada 2023, disebutkan total ada 1.292 dosen yang terlibat dalam program Matching Fund Vokasi dengan jumlah mahasiswa yang diikutsertakan mencapai 5.370 mahasiswa.

“Itu artinya, para mahasiswa telah merasakan langsung proses penciptaan sebuah inovasi yang diharapkan akan meningkatkan kompetensi mahasiswa,” katanya.

Dari sisi dana padanan kolaborasi yang dikeluarkan, menurut Beny, baik oleh DUDI maupun Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, juga terus mengalami peningkatan, dengan dana dari DUDI yang lebih tinggi.

Pada 2023, total ada Rp200 miliar dana kolaborasi yang dikelola melalui program Matching Fund, di mana dana dari industri lebih besar dari dana yang disiapkan oleh Ditjen Pendidikan Vokasi.

Melihat tren yang terus positif itu, Beny berharap Program Matching Fund Vokasi dapat terus berjalan di masa depan, meski tidak lagi mendapat bantuan dana dari pemerintah. (Tri Wahyuni)

Related posts