Terobosan Baru Sekolah Tingkatkan Minat Baca Siswa, Patut Dicontoh!

0

JAKARTA (Suara Karya): Pengalaman Kartika Isnaini, pustakawati di SDN 173/V Desa Tanjung Benanak, Jambi dalam meningkatkan minat membaca siswa di sekolahnya patut dicontoh. Salah satunya mengajari anak menulis dan membuat buku cerita sederhana.

“Ternyata siswa suka sekali membaca buku cerita yang ditulis teman-temannya. Ini bisa menjadi solusi mengatasi minimnya bahan bacaan di perpustakaan sekolah,” kata Kartika dalam acara “Festival Perpustakaan Kemdikbud 2018”, di Jakarta, Jumat (30/11/2018).

Kartika menuturkan, sekolahnya ada di wilayah perkampungan transmigrasi SP3 di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Sekolah berdiri sejak 1996, namun baru memiliki perpustakaan sekolah pada 2012 lalu.

“Sebenarnya tak terlalu kaget jika sekolah kami baru punya perpustakaan sekolah setelah 14 tahun berdiri. Karena data Kemdikbud 2018 menunjukkan hingga kini baru 63,78 persen sekolah dasar yang punya perpustakaan sekolah,” ujarnya.

Inspirasi membuat perpustakaan, lanjut Kartika muncul pada akhir 2011 setelah sekolahnya mendapat bantuan buku bacaan dan pelatihan pengembangan budaya baca dari Tanoto Foundation (TF). “Karena tak ada lahan, kami renovasi toilet rusak ukuran 2 x 3 meter menjadi perpustakaan sekolah,” tuturnya.

Ditambahkan, pihaknya juga membuat pojok-pojok baca di sudut kelas guna mendorong minat baca siswa. Dua hari sekali, sirkulasi buku dilakukan untuk pembaruan bahan baca.

“Hanya beberapa bulan saja, bahan bacaan bantuan TF habis terbaca. Kepala sekolah mengajak berembuk bagaimana mengatasi masalah ini, padahal kami tak punya anggaran buat beli buku baru,” ujarnya.

Hasil rapat memutuskan 4 gagasan yang langsung ditindaklanjuti. Pertama, menghadap kepala desa agar bisa pinjam buku milik perpustakaan desa. Hasilnya, sekolah mendapat pinjaman 200 buku bacaan per semester. Kedua, melibatkan alumni agar menyumbang satu buku bacaan sebelum lulus.

Ketiga, lanjut Kartika, menggunakan 4 persen dana BOS (biaya operasional sekolah) untuk membeli buku bacaan. Keempat, orang tua siswa diminta ikut menyumbang buku bacaan di rumah yang sudah terbaca.

“Upaya itu lumayan menghasilkan. Sedikitnya ada 400 buku bacaan baru bisa dibaca siswa per semesternya,” ujarnya.

Ditambahkan, sekolah sejak 2014 lalu juga menerapkan kebijakan Kemdikbud agar siswa membaca buku 15 menit setiap hari. Kebijakan itu menimbulkan budaya baca di kalangan siswa.

Setelah siswa senang dan terbiasa membaca, sekolah memiliki program untuk mendorong siswa lebih memahami isi buku yang dibaca. “Bentuknya dengan melatih siswa menulis, menceritakan kembali isi buku, menggambar tokoh buku dalam poster, atau membuat kegiatan bedah buku,” ujarnya.

Ditambahkan, siswa sejak kelas 3 juga dibiasakan membuat buku cerita sendiri. Ide, gambar, dan isi ceritanya semua dari siswa. Guru membimbing mereka dalam proses pembuatannya. Setelah selesai dibuat, buku tersebut dijilid sendiri.

Bukunya disimpan di pojok baca kelas dan juga di perpustakaan sekolah. “Ternyata buku buatan siswa menarik minat siswa lain untuk membacanya,” katanya.

Perjuangan Kartika bersama warga sekolah, berhasil menghadirkan fungsi dan peran perpustakaan untuk meningkatkan kemampuan literasi anak. Dari jurnal membaca yang ditulis oleh siswa, tampak dalam seminggu siswa membaca setidaknya 2-3 buku bacaan. Hal ini menunjukkan minat membaca siswa sudah berkembang dengan baik.

Bahkan kegiatan literasi ini juga dikembangkan dalam pembelajaran. Misalnya, dalam membuat laporan percobaan IPA, siswa menulis laporan dalam bentuk buku tutorial. Buku itu berisi tulisan siswa yang menceritakan alat dan bahan, cara kerja, sampai kesimpulan setelah percobaan.

“Kini banyak buku tutorial yang dibuat siswa. Seperti buku tutorial tentang kincir angin, praktik membuat rangkaian listrik lampu lalu lintas, cara kerja parasut, simetri lipat,” kata Kartika seraya menyebutkan keteladanan menjadi faktor penting dalam menumbuhkan minat baca siswa.

Inisiatif baik itu, lanjut Kartika, ternyata mendapat penghargaan dari Tanoto Foundation. Pada 2016, sekolah mendapat bantuan berupa pembangunan perpustakaan baru berukuran 36 meter persegi yang dilengkapi lemari, mebeleir, dan buku-buku bacaan. (Tri Wahyuni)