TF Gandeng “Room to Read” Hibahkan Buku Bacaan Ramah Anak

0
Buku bacaan ramah anak. (Suarakarya.co.id/Tri Wahyuni)

JAKARTA (Suara Karya): Tanoto Foundation (TF) gandeng “Room to Read” menghibahkan buku bacaan ramah anak. Karena penyediaan buku bacaan berkualitas di sekolah dapat mendorong minat dan kemampuan membaca siswa.

“Pada tahap awal ini, ada 17.880 buku bacaan telah didistribusikan ke 298 SD dan MI di 5 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Jambi, Riau, Jawa Tengah dan Kalimantan Timur,” kata Program Manager Provisi Education yang menjadi mitra operasional Room to Read Indonesia, Saifullah, di Jakarta, Selasa (29/1/2019).

Saifullah menjelaskan, hibah atau donasi diberikan dalam bentuk buku karena banyak sekolah yang hingga kini minim dalam menyediakan buku bacaan berkualitas. Terutama para siswa kelas awal yang baru belajar membaca.

“Pendataan awal yang kami lakukan di 28 persen sampel sekolah dan madrasah yang menjadi mitra Program PINTAR Tanoto Foundation, hanya 9 persen sekolah yang memiliki inisiatif untuk menyediakan buku bacaan nonbuku paket,” ujarnya.

Ditambahkan, buku bacaan itu disebut ramah anak karena mulai teks, ilustrasi gambar dan isi pesannya disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan anak. Buku bacaan itu dibuat berjenjang dan disesuaikan dengan kemampuan membaca anak, bukan berdasarkan jenjang kelas atau usia anak.

Saifullah mengemukakan, hingga Januari 2019, sudah ada 55 judul buku yang dikembangkan Room to Read bersama para penulis dan illustrator lokal. Pada Maret 2019, jumlahnya bertambah hingga 20 judul cerita anak terbaru.

“Isi cerita yang dikembangkan bervariasi dan banyak mengambil dari kisah rakyat di beberapa daerah di Indonesia. Seperti kisah persahabatan Putri Pandan Berduri yang merupakan cerita lokal dari Kepulauan Riau, I Belog yang mengambil karakter anak dari Bali dan cerita Gatot Kaca.

“Buku yang dikembangkan Room to Read berfokus pada penjenjangan level rendah. Teks ceritanya mulai dari kalimat pendek sampai beberapa kalimat yang bervariasi dengan ilustrasi. Hal itu dapat menarik minat anak untuk membaca buku,” ujarnya.

Direktur Program PINTAR Tanoto Foundation, Stuart Weston mengatakan, hibah buku diharapkan dapat memantik pengelola sekolah menciptakan ragam kegiatan untuk mendorong minat membaca siswa. Budaya baca dapat berhasil bila ada buku yang meningkatkan minat membaca siswanya.

“Lebih dari 4.100 kepala sekolah, guru, pengawas dan komite sekolah sudah kami latih untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan ragam budaya baca. Mereka juga difasilitasi agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan memahami isi buku,” tuturnya.

Stuart menambahkan, para pengelola sekolah perlu bekerja sama memikirkan penyediaan buku-buku bacaan secara berkelanjutan. Buku tersebut juga harus mudah diakses oleh siswa, agar dapat membangkitkan ketertarikan mereka untuk membaca.

“Tahun ini, Tanoto Foundation menargetkan lebih dari 160 ribu buku bacaan ramah anak dihibahkan ke 440 sekolah dan madrasah mitra Program PINTAR,” ucap Stuart.

Penyediaan buku bacaan anak yang ramah anak, menurut pendiri Sekolah Tara Salvia, Angie Anggari, menjadi kunci keberhasilan sekolah dalam menumbuhkan minat baca anak. Jika di sekolah tidak tersedia buku bacaan yang bisa menarik minat membaca, dipastikan sekolah akan gagal dalam membuat mereka senang membaca.

“Kebiasaan membaca akan berkembang menjadi budaya, jika didukung berbagai faktor, seperti ketersediaan buku bacaan, kondisi siswa, lingkungan belajar serta dukungan orang tua,” katanya.

Angie menambahkan, kebiasaan membaca memiliki peran penting dalam proses belajar. Anak dengan keterampilan membaca yang baik, biasanya memiliki pencapaian akademik yang baik pula. (Tri Wahyuni)