JAKARTA (Suara Karya): Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim mengubah aturan seleksi masuk di perguruan tinggi negeri (PTN). Perubahan itu tak perlu dikhawatirkan, asalkan sekolah atau guru paham isi dari aturan baru tersebut.
“Perubahan skema seleksi masuk PTN ini dianggap memberi transformasi positif terhadap dunia pendidikan,” kata Founder sekaligus Chief Education Officer Zenius, Sabda PS dalam diskusi media, di Jakarta, Selasa (27/9/22).
Kebijakan itu, lanjut Sabda, juga dianggap mampu mendorong pembelajaran menyeluruh, lebih berfokus pada kemampuan penalaran, lebih transparan, lebih inklusif, dan mengakomodasi keragaman peserta didik, serta lebih terintegrasi.
Karena itu, Sabda menyebut ada 3 strategi yang harus dipersiapkan sekolah dan guru agar siswanya bisa tembus PTN dengan aturan baru tersebut.
Pertama, siswa untuk belajar mata pelajaran secara menyeluruh. Kedua, siswa harus diasah kemampuan bernalarnya. Ketiga, guru dan sekolah harus mampu membuat materi soal yang sesuai.
Sebagai informasi, perubahan skema seleksi masuk PTN terjadi pada semua jalur, baik pada seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN), seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN), dan Ujian Mandiri.
SNMPTN mengacu pada rata-rata nilai rapor dan minat dan bakat siswa. Untuk Ujian Mandiri, Kemdikbudristek meminta PTN transparan terkait jumlah daya tampung, metode ujian dan besaran biaya masuk.
Kemdikbudristek juga menghapuskan tes potensi akademik (TPA) pada SBMPTN, dan hanya menyisakan tes potensi skolastik (TPS) saja.
Pada seleksi jalur prestasi atau biasa disebut SNMPTN, nantinya akan menggunakan perhitungan minimal 50 persen nilai rapor pada seluruh mata pelajaran dan maksimal 50 persen komponen penggali minat bakat.
Hal itu diharapkan mendorong siswa untuk berprestasi pada seluruh mata pelajaran. Siswa tidak lagi belajar secara serius pada beberapa mata pelajaran tertentu saja.
Dengan demikian, siswa diminta fokus pada seluruh mata pelajaran. Terlepas dari itu, siswa juga dituntut untuk tidak mengabaikan nilai-nilai mata pelajaran yang lain.
“Ini bisa jadi kesempatan bagi siswa untuk belajar bidang-bidang sesuai passion yang selama ini tidak menjadi mata pelajaran utama, termasuk mata pelajaran yang berkaitan dengan kesenian, olahraga, dan lain-lain,” kata Sabda.
Pada jalur SBMPTN, siswa dituntut untuk fokus pada kemampuan penalaran dan pemecahan masalah (tes skolastik), yang terdiri dari potensi kognitif, penalaran matematika, literasi Bahasa Indonesia dan literasi Bahasa Inggris.
“Siswa kini tidak lagi dibebankan untuk menghafal materi atau rumus. Namun, siswa mendapat masalah baru yang menuntut kemampuan bernalarnya. Bagaimana rumus atau konsep dalam mata pelajaran bisa dipahami dalam materi soal.
Untuk itu, lanjut Sabda, penting bagi guru dan sekolah membuat materi soal yang sesuai dengan aturan baru tersebut. Sehingga siswa memiliki penalaran yang baik terhadap materi soal yang diberikan.
“Sebagai pendidik, guru kini tidak lagi harus mengejar standar nilai. Namun, mereka harus bisa melatih peserta didik untuk bernalar dalam memecahkan masalah, tak sekadar menghafal materi atau rumus pelajaran,” katanya.
Guna melatih soal-soal TPS, Zenius memiliki ratusan ribu soal yang bisa digunakan sekolah atau guru untuk meningkatkan potensi skolastik para siswa. Platform tersebut bisa dimanfaatkan guru dan sekolah untuk persiapan materi yang dibutuhkan siswa.
“Zenius memiliki ratusan ribu soal TPS yang bisa digunakan sekolah atau guru untuk meningkatkan potensi skolastik para siswa mereka,” ucap Sabda.
Karena sejak 2004, Zenius selalu menekankan pada pemahaman konsep dan pemahaman fundamental dalam menyampaikan materi pelajaran.
Untuk UTBK, misalkan, dari sisi siswa memang terlihat lebih mudah karena tidak terlalu banyak mata pelajaran yang harus dipelajari. Tapi ini akan menjadi tantangan tersendiri, karena TPS dianggap mudah bagi kebanyakan siswa, UTBK tahun depan akan menjadi lebih sulit atau lebih kompetitif.
Untuk itu, siswa tetap harus mempersiapkan UTBK dengan maksimal. Khusus bagi siswa, Zenius juga telah mengembangkan cara belajar adaptif melalui fitur ZenCore.
Setiap siswa dapat melatih kemampuan fundamental di tiga bidang yaitu Matematika, Bahasa Inggris, dan logika verbal, yang sesuai level kemampuan masing-masing. (Tri Wahyuni)