JAKARTA (Suara Karya) : Setelah cabang bulutangkis tenggelam, alias tidak mempersembahkan medali bagi kontingen Indonesia di Asian Games XIX di Hangzhou, China, cabang dayung melalui nomor Dragon Boat Men’s 1000m tampil sebagai pahlawan menyuguhkan medali emas bagi sang “Merah Putih”.
Raihan medali emas dari cabang dayung, membuat kontingen Indonesia mencatat sejarah baru melampaui jumlah dari keikut sertaan Asian Games di luar Indonesia yaitu langsung menambah perolehan medali emas menjadi 7 keping dua hari menjelang penutupan Asian Games di Hangzhou.
Prestasi terbaik Indonesia saat bukan menjadi tuan rumah adalah meraih 6 medali emas di Asian Games 1998 di Bangkok, ketika KONI dan KOI masih jadi satu atap dibawah pimpinan Alm. Jenderal TNI (Purn.) Wismoyo Arismunandar.
Selebihnya, kontingen Indonesia hanya mendapatkan kurang dari 6 medali emas. Tercatat, di Asian Games 1982, Indonesia hanya merebut 4 emas, lalu di edisi 1986 dengan 1 emas, 1990 (3 emas), 1994 (3 emas), 2002 (4 emas), 2006 (2 emas), 2010 (4 emas), 2014 (4 emas).
Perolehan medali emas yang cukup menakjubkan ketika Asian Games 18 tahun 2018 digelar di Indonesia dengan mengumpulkan 31 emas. Perolehan medali emas cukup membanggakan ketika cabang pencak silat langsung menyumbang 14 medali emas. Selebihnya disumbang cabang lainnya termasuk bulutangkis.
Dayung Bikin Kejutan
Namun sangat diyangkan ketika cabang pencak silat tidak lagi dipertandingkan di Hangzhou, cabang bulutangkis yang menjadi primadona kontingen Indonesia dan selalu menyumbang medali emas di Asian Games sebelumnya, kini di multi event empat tahunan Asia ke XIX pulang tanpa membawa medali.
Hal itu yang membuat masyarakat bulutangkis Indonesia kecewa, karena sebelum berangkat Kabinpres PP PBSI memberikan target 3 medali emas masing – masing dari nomor beregu putra, ganda putra dan tunggal putra. Namun kenyataannya semua sirna.
Kondisi seperti itu patut dipertanyakan, dan harus segera dievaluasi kenapa prestasi cabang bulutangkis Indonesia yang selama ini cukup disegani dan dikenal didunia prestasinya terpuruk.
Cabang yang diandalkan terpuruk, cabang lain seperti menembak, sepeda BMX, panjat tebing, angkat besi, wushu dan cabang dayung membuat kejutan menyuguhkan medali emas bagi sang Merah – Putih.
Prestasi yang ditoreh lewat cabang dayung nomor Dragon Boat Men’s 1000m mampu menjadi yang tercepat saat mencatat waktu 4 menit 31,135 detik atau lebih cepat 0,047 detik dari tim Cina yang catatkan waktu 4 menit 31,182 detik. Adapun diperingkat ketiga diambil Myanmar dengan waktu 4 menit 32,959 detik.
Tim Dragon Boat Indonesia beranggotakan Paddler Zubakri, Andri Agus, Harjuna, Tri Wahyu, Yuda Firmansyah, Indra Tri, Joko Andriyanto, Maizir Riyondra, Mugi Harjito, Sutrisno, Sofiyanto, Angga Suwandi. Ada juga Dedi Saputra sebagai steerer dan Muhammad Burhan sebagai drummer.
Sedang tim Dragon Boat Putri tak mau ketinggalan meraih medali perak di Asian Games. Tim putri diperkuat paddler Tika Ayuning Vihari, Anisa Yulistiawan, Fazriah Nurbayan, Cinta Nayomi, Dayumin, Iin Damiri, Maryati, Sella Monim, Nadia Hafiza, Ramla Baharuddin, Reski Wahyuni, Ester Daimoi. Ada juga Ratih sebagai drummer dan Raudani Fitra sebagai steerer. Tim Dragon Boat Putri mencatat waktu 4 Menit 55,385 detik, lebih lambat 3,937 detik dari Cina yang menjadi juara. (Warso)