Tinggi, Peluang Sembuh Pasien Kanker Payudara Jika Ditangani Komprehensif

0

JAKARTA (Suara Karya): Penanganan kanker payudara yang komprehensif sejak stadium dini, akan memberi peluang sembuh yang lebih tinggi. Hal itu akan mengurangi dampak sosio ekonomi di masyarakat. Karena 90 persen pasien kanker payudara berada di usia produktif.

Hal itu terungkap dalam webinar bertajuk “Akses Penanganan Kanker Payudara HER2 Positif, Tantangan dan Harapan” untuk memperingati Hari Perempuan Internasional itu, pekan lalu.

Riset Kementerian Kesehatan pada penduduk berusia 25-64 tahun di perkotaan menunjukkan 90 persen pasien kanker payudara di Indonesia berusia produktif antara 25-55 tahun. Hal itu secara tidak langsung akan memberi dampak terhadap aspek sosio ekonomi masyarakat.

“Kondisi seperti jika dibiarkan tak hanya menjadi beban keluarga, tetapi juga berpengaruh pada sistem kesehatan. Karena riset menunjukkan penanganan kanker payudara secara komprehensif sejak stadium dini, angka kesintasan 5-tahun dapat mencapai 99 persen,” kata dokter spesialis onkologi, Sonar Soni Panigoro.

Disebutkan, tujuan pengobatan kanker payudara pada stadium dini tidak saja dapat mengontrol penyakit, tetapi juga kuratif atau mencapai kesembuhan. Sehingga pasien dapat kembali menjalani kehidupannya secara produktif.

Selain tindakan operasi dan radiasi, terapi yang secara ilmiah terbukti efektif pada kanker payudara HER2-positif stadium dini adalah pemberian terapi target dengan trastuzumab dan kemoterapi. Hal itu dapat meningkatkan angka kesintasan dan menurunkan risiko kekambuhan pasien.

Ditambahkan, pengobatan yang optimal pada kanker payudara stadium dini akan meringankan beban pasien, keluarga pasien, sekaligus membantu sistem kesehatan negara ini.

“Kehadiran JKN mempermudah akses terhadap diagnosis, namun perlu diikuti dengan penanganan kanker payudara HER2-positif yang komprehensif untuk meningkatkan hasil pengobatan,” ujarnya.

Permasalahan akses pengobatan dengan trastuzumab ini juga sudah lama menjadi sorotan BPJS Watch. Ketua Advokasi BPJS Watch, Timboel Siregar menilai, harusnya trastuzumab tercakup dalam JKN sejak stadium dini, karena biaya pengobatan akan membesar jika masuk stadium lanjut.

“Apalagi jika kita berbicara tentang hak hidup seseorang. Pemerintah harus mempertimbangkan penyakit katastropik dapat perhatian dalam JKN. Jangan karena ini penyakit katastropik malah dianggap membuang-buang uang,” tuturnya.

Harapan yang sama juga diserukan anggota komunitas Cancer Information and Support Center (CISC), “Kami mewakili ribuan pasien kanker payudara di Indonesia ingin menyuarakan aspirasi akses penanganan kanker payudara, baik stadium dini maupun stadium metastasis agar dapat perhatian dari pemerintah.”

Ketua Umum Indonesian CISC, Aryanthi Baramuli Putri menambahkan, kanker payudara saat ini termasuk jenis kanker dengan angka kejadian tertinggi di Indonesia. Perempuan yang bisa sembuh dari kanker payudara berpotensi untuk terus berkontribusi secara produktif.

Karena itu, lanjut Aryanthi, penting bagi kita semua untuk mendorong terciptanya kesetaraan akses kesehatan dasar bagi semua perempuan di Indonesia, terutama untuk pasien kanker payudara HER2 stadium dini yang belum memiliki akses penanganan optimal melalui BPJS Kesehatan.

“Kami berharap agar pada peringatan Hari Perempuan Internasional tahun depan sudah ada perubahan nyata terhadap akses kesehatan dasar bagi perempuan. Khususnya penjaminan trastuzumab dari BPJS Kesehatan untuk kanker payudara stadium dini,” kata Aryanthi menandaskan. (Tri Wahyuni)