UP Dirikan Perpustakaan buat Anak di Sekitar Kampus

0

JAKARTA (Suara Karya): Universitas Pertamina (UP) mendirikan perpustakaan bernama “Tekun Belajar” untuk anak-anak yang tinggal di sekitar kampus. Peminjaman untuk sementara dilakukan secara online, lalu buku-buku tersebut diantarkan ke rumah anak masing-masing.

“Selama pandemi, peminjaman buku hanya dilakukan secara online,” kata Kepala Lembaga Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Inovasi (LPPMI) Universitas Pertamina, Wahyu Agung Pramudito dalam keterangan pers secara daring, Rabu (28/4/2021).

Wahyu menjelaskan, pendirian perpustakaan itu juga terkait dengan penerimaan donasi sekitar 800 judul buku dari para donatur program charity “Hero Run Up” yang digelar pada November 2020 lalu. Untuk sementara, buku hasil donasi tersebut dititipkan di perpustakaan kampus UP.

“Donasi tersebut semakin memperkaya koleksi buku yang ada di perpustakaan Tekun Belajar,” ujarnya.

Perpustakaan untuk anak, menurut Wahyu, sangatlah penting jika merujuk pada hasil penelitian badan dunia untuk pendidikan dan kebudayaan (Unesco) pada 2016 di 61 negara dunia. Terkuak data minat baca anak Indonesia berada di angka 0,01 persen.

“Itu artinya, dari 10 ribu anak Indonesia hanya 1 anak yang gemar membaca,” ujar Wahyu Agung Pramudito.

Namun pernyataan berbeda dikemukakan Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando. Dalam kesempatan terpisah dinyatakan, para siswa sebenarnya bukan malas membaca, tetapi sulit mengakses buku bacaan yang menarik.

Belajar dari pengalaman itu, lanjut Wahyu, Universitas Pertamina menggagas pendirian perpustakaan Tekun Belajar bagi anak-anak yang berada di sekitar kampus. Dengan harapan anak mendapat akses atas buku-buku yang menarik minat bacanya.

Hal itu dibenarkan Ketua RW 06 Kelurahan Grogol Selatan, Sakiman Wiroutomo. Ia mengucapkan terima kasih atas upaya kampus membuatkan perpustakaan bagi anak-anak yang ada di wilayahnya.

“Para orangtua di RW 06 merasa khawatir anaknya kecanduan main game. Dengan hadirnya perpustakaan ini, mudah-mudahan menjadi sarana mengisi waktu luang dengan kegiatan membaca,” ungkapnya.

Hal senada dikemukakan Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan dan Kerjasama Universitas Pertamina, Wawan Gunawan A Kadir. Ia berharap keberadaan perpustakaan itu dapat menumbuhkan budaya membaca pada anak.

“Saat ini beberapa sekolah dasar juga mulai menerapkan kurikulum berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS). Salah satu kompetensi yang harus dipenuhi adalah kemampuan berpikir kritis, yang harus dilatih sejak dini dengan cara membaca buku-buku berkualitas,” ujarnya.

Di Universitas Pertamina, lanjut Wawan, budaya untuk berpikir kritis diterapkan melalui mata nuliah critical thinking. Mata kuliah yang cukup jarang ditemui di kampus-kampus lain itu menjadi kewajiban bagi seluruh mahasiswa di Universitas Pertamina. (Tri Wahyuni)