UT Beri Gelar Wisudawan Kehormatan kepada 2 Profesor dan 1 Doktor!

0

JAKARTA (Suara Karya): Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Periode 2019- 2023, Prof Agus Joko Pramono mendapat gelar kehormatan dari Universitas Terbuka (UT) lulus dari S1 Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FHISIP).

Gelar Wisudawan Kehormatan UT juga disematkan kepada Prof Nandang Alamsyah Deliannoor, Guru Besar Ilmu Hukum Tata Pemerintahan Universitas Padjajaran, yang lulus dari S1 Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FHISIP.

Prof Nandang saat ini menjabat Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Pemerintahan dari FISIP Univeristas Padjadjaran.

Penghargaan serupa juga diberikan kepada Sekretaris Daerah Kota Padang, Dr Andree Harmadi Algamar yang lulus dari S1 Program Studi Ilmu Hukum FHISIP.

Sebelumnya, pada tahun yang sama Andree juga meraih gelar Doktor Ilmu Pemerintah dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Prestasi tiga senior tersebut mendapat apresiasi dari Rektor UT, Prof Ojat Darojat. Meski sudah meraih sederet gelar akademik, ketiganya masih semangat tinggi dalam belajar, melengkapi keilmuan yang sudah dimiliki.

“Waktu belajar yang fleksibel di UT, memungkinkan para pejabat, pekerja kantoran maupun artis yang ingin memperdalam bidang yang ditekuni saat ini. Sehingga keilmuannya selalu update,” Prof Ojat disela kegiatan wisuda UT di kampus UT Pondok Cabe, Jakarta, Selasa (14/11/23).

Hal itu dibenarkan Prof Agus Joko Pramono. Jabatan barunya sebagai Komisaris PT Pertamina Hulu Energi mendorongnya untuk belajar ilmu baru di bidang hukum, melengkapi sederet gelar akademiknya di bidang ekonomi dan akuntansi.

“Saya tak menyangka belajar di UT bisa seserius itu. Meski belajar jarak jauh, saat kita bertanya pada tutor selalu dijawab dengan cepat. Itu yang saya suka belajar di UT,” kata Prof Agus yang kini mengajar di UI dan Unsoed Purwokerto tersebut.

Saking sukanya dengan model pembelajaran di UT, lanjut Prof Agus, ia meng’copy paste’ untuk model pendidikan yang dikembangkan di tempat kerjanya dahulu, yang diberi nama Corporate University.

“Model pembelajaran di Corporate University kami buat fleksibel sama persis dengan UT, tetapi mutunya tetap terjaga. Kita tidak akan bisa belajar ke materi kedua, jika materi pertama belum lulus,” ujarnya.

Masa belajar Prof Agus hanya 2 tahun, karena UT menerapkan kebijakan RPL (Rekognisi Pembelajaran Lampau) yang mengakui pengalaman akademik calon mahasiswanya.

Ditanya soal pembagian waktu belajar, Prof Agus mengatakan, setiap waktu luang digunakan belajar, termasuk disela waktu perjalanan dinasnya. “Saya ini suka belajar mandiri, karena itu cocok model pembelajaran di UT,” kata pemilik tujuh gelar di belakang namanya.

Hal senada dikemukakan Prof Nandang Alamsyah Deliannoor. Ia mendaftar sebagai mahasiswa UT sejak 1991, namun kesibukannya sebagai dosen di Unpad pada 1993, rencana studinya di UT lalu terbengkalai.

“Pada 2018 saya diingatkan seorang teman kalau nama saya masih terdaftar di UT. Lalu tahun itu juga saya mulai kuliah lagi di UT, hingga lulus saat ini. Total kuliah selama 32 tahun,” ujar Prof Nandang sambil tergelak.

Hal senada dikemukakan, Sekretaris Daerah Kota Padang, Andree Harmadi Algamar. Katanya, 4 tahun terakhir menjadi tahun tersibuknya karena kuliah di dua tempat.

“Kelelahan itu terbayarkan karena tahun ini saya lulus program doktor dari IPDN dan S1 Program Studi Ilmu Hukum UT. Ilmu-ilmu ini saya butuhkan agar bisa menjalankan tugas secara optimal,” kata Andree menegaskan.

Wakil Rektor Bidang Akademik UT, Mohamad Yunus menambahkan, ketiga wisudawan kehormatan mengambil program S1 lagi, karena perlu ilmunya untuk bidang pekerjaan yang digeluti saat ini.

Ia mencontohkan Prof Agus Joko Pramono yang telah lulus S1 ilmu akuntansi, tetapi perlu menambah ilmunya dengan kuliah studi S1 ilmu hukum di UT, agar kinerja di pekerjaan barunya lebih optimal.

“Ketiga narasumber kita hari ini terus mengembangkan secara optimal bidang keilmuan yang mereka geluti untuk mendapat perspektif pengambilan keputusan manajerial yang komprehensif,” ujarnya.

Menurut Mohamad Yunus, wisudawan UT yang lulus studi dengan baik menunjukkan keberhasilan yang diraih tak hanya karena kemampuan akademis, tetapi juga karena kemandirian, kerja keras, dan pengaturan diri yang luar biasa.

“Mahasiswa dituntut untuk pandai membagi waktu, membagi perhatian dan tenaga, membangun motivasi yang tiada henti sampai bisa lulus kuliah,” katanya.

Dalam bagian akhir acara, Rektor UT Prof Ojat Darojat menyatakan, keberhasilan UT meraih PTNBH, semakin memperteguh komitmen UT sebagai pelopor perguruan tinggi jarak jauh (PTJJ), yang memiliki peran strategis dalam peningkatan akses pendidikan tinggi di Indonesia.

Disebutkan, lulusan yang diwisuda kali ini ada 1.957 orang. Wisudawan yang datang ke Jakarta dibatasi karena keterbatasan tempat duduk.

“Total lulusan UT mulai jenjang diploma, sarjana S1, dan pascasarjana mencapai 50-60 ribu orang pertahun. Yang tidak bisa hadir di Jakarta akan menerima ijazah di kampus UT yang tersebar di seluruh Indonesia,” ujar Prof Ojat menandaskan. (Tri Wahyuni)