UTBK bagi Peserta Tunanetra Kini Gunakan ‘Screen Reader’

0

JAKARTA (Suara Karya): Pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) kini sediakan screen reader untuk peserta tunanetra. Tercatat ada 70 peserta tunanetra akan ikut UTBK pada Sabtu (4/5) di 18 Pusat UTBK seluruh Indonesia.

“UTBK dengan metode screen reader ini sudah diujicoba pada 12 tunanetra. Hasil sementara, mereka tak kesulitan,” kata Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dalam penjelasannya kepada wartawan, di Jakarta, Jumat (3/5).

Hadir dalam kesempatan itu, Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), Ravik Karsidi dan Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemristektikti, Ismunandar dan Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI), Kadarsah Suryadi.

Nasir menilai, penggunaan screen reader untuk peserta tunanetra membuat pelaksanaan UTBK menjadi lebih efektif dan efisien. Pasalnya, peserta tunanetra tak perlu pendamping untuk membaca soal dan menuliskan jawabannya.

“Di masa lalu, setiap peserta tunanetra dapat 2 pengawas untuk membaca soal dan menuliskan jawabannya. Sekarang, pendamping semacam itu tak diperlukan lagi. Kecuali, peserta tunanetra yang belum terbiasa dengan komputer,” tuturnya.

Karakter UTBK untuk peserta tunanetra, disebutkan, antara lain semua materi dinarasikan dalam bentuk audio dan materi tes setara dengan peserta yang dapat melihat. Waktu ujian sama dengan peserta lain, tetapi jumlah soal dikurangi hingga 50 persen.

“Tingkat kesulitan soal sama dengan mereka yang melihat, tetapi dari sisi jumlah soal dikurangi hingga 50 persen. Dan teks bacaan pada setiap soalnya tidak lebih dari 3 paragraf,” ucapnya.

Peserta tunanetra terbanyak pada Pusat UTBK di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang mencapai 16 orang dan Pusat UTBK Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung sebanyak 12 orang. Dari 70 peserta tunanetra, 63 peserta masuk dalam kelompok soshum dan 7 orang pada saintek.

Pelaksanaan UTBK gelombang pertama pada 4 Mei akan diikuti 38 peserta tunanetra. Gelombang kedua digelar pada 25 Mei untuk 32 peserta. “Kami berupaya agar kebijakan pendidikan ramah difabel. Karena setiap orang punya kesempatan yang sama masuk PTN,” ujarnya.

Penyediaan screen reader untuk peserta UTBK tunanetra disambut baik Ketua Yayasan Mitra Netra, Bambang Basuki dan Ketua Umum Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni), Aria Indrawati.

Basuki berharap teknologi semacam itu mulai diperkenalkan pada anak sejak bangku sekolah. “Kami berharap Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) juga bisa mengadopsi model screen reader ini. Siswa jadi terbiasa dengan teknologi itu sejak bangku sekolah,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Aria Indrawati. Adalah kebanggaan bagi penyandang disabilitas jika bisa melakukan pekerjaan dengan tangan sendiri. Jika perlu bantuan dari orang lain, itu harus dilakukan seminim mungkin.

“Kami berharap pembelajaran dengan komputer dapat menjangkau anak-anak tunanetra di pelosok negeri. Sehingga mereka bisa menjadi sosok mandiri dan cerdas, yang berguna tak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga orang lain,” kata Aria menandaskan. (Tri Wahyuni)